》Ketenangan Suara Hujan《
__________
Freya langsung menghirup udara yang segar di sore hari ketika sampai di kebun teh. Perjalanan ke sana sekitar 2 jam membuatnya tertidur di mobil. Pada akhirnya dia memakai baju alakadarnya. Dia juga harus merahasiakan pada Arka kalau dia tidak sempat mandi pagi.Pemandangan yang indah di area kebuh teh langsung membuat mata Freya melek. Senyumnya lagi makin lebar karna dia jarang sekali datang ke tempat terbuka sejak ayahnya sering berkerja ke luar kota.
"Yuk," ajak Arka menggenggam tangan Freya. Perlakuan Arka yang lembut membuatnya merasa nyaman.
Mereka lalu melewati jalanan di antara ribuan tumbuhan teh itu. Freya lalu berlari, di wajahnya terlihat berseri-seri memandang panorama di sekitar kebun. Arka melihat Freya juga ikut tersenyum. Dia tidak salah memilih tempat kencan.
"Besok-besok kalo ngajak aku ke sini itu pagi-pagi biar udaranya lebih kerasa sejuk," teriak Freya tak jauh di depan Arka.
Arka hanya tersenyum menghampiri Freya. "Mungkin kamu bisa ke sini sama Fenita, atau Eka sama Indah," balas Arka.
"Kan ada kamu? Lebih romantis tahu kalo berduaan aja," tegas Freya langsung memalingkan wajahnya, berjalan mendahului Arka, perkataannya tidak sepercaya diri itu.Arka membisu, lalu berjalan lebih cepat menghampiri Freya. "Aku ajak ke tempat lain." Arka lagi-lagi menarik Freya mengalihkan pertanyaan cewek itu.
☔☔☔
Keduanya duduk di salah satu pintu gubuk di puncak. Pemandangan kebun teh lebih indah dan luas ketika dilihat dari atas.
"Arka, ada yang ingin aku tanyakan," ucap Freya membuka obrolan.
"Tanyakan aja," jawab Arka.
"Kamu selama ini ke mana aja? Maksudku, kamu udah lama tinggal di Jakarta, katanya kamu juga sempat sekolah ke Singapura, aku nggak tahu apa pun soalnya tentang kamu. Aku bahkan nggak tahu alasan kamu pindah ke Jakarta?" cecar Freya sudah kehilangan banyak informasi tentang Arka selama ini.
Arka terdiam sejenak untuk mempersiapkan jawaban yang akan dia ungkapkan pada Freya yang terlihat sangat penasaran dengan kehidupannya setelah meninggalkan cewek itu.
"Aku nggak tahu kalau kamu pindah ke Jakarta, kalo aku tahu pasti sudah aku cari kamu sejak aku kembali ke rumah. Meskipun kita tinggal dalam satu kota, aku baru bisa melihatmu saat SMA. Itu aja udah buat aku bersyukur," urai Freya tersenyum.
Arka juga ikut tersenyum yang masih menahan jawabannya. Jujur dia belum begitu mengingat dengan jelas masa kecilnya. Tentang Fenita, tentang bagaimana keadaan saat dia pergi meninggalkan cewek itu. "Kami pindah karna mama dan papa ditawari seseorang mengelolah restoran. Tapi setelah semua berjalan dengan baik, papa jatuh sakit. Mereka nggak bisa meneruskan usaha itu, lalu papa dibawa berobat ke Singapura, itulah kenapa aku juga sekolah di sana. Dengan mengorbankan seluruh harta benda yang kita punya, pada akhirnya, papa nggak selamat," cerita Arka bukan berdasarkan ingatan alaminya. Dia hanya mengingat-ingat cerita mamanya. Dia juga tetap menyelipkan penyataan yang membohongi Freya. Faktanya, papanya meninggal karna kecelakaan sebulan setelah mereka pindah ke Jakarta.
Freya menunduk sedih mendengar cerita tragis yang menimpah keluarga Arka sebagai tetangganya dulu.
"Lalu, kami tinggal berdua di apartemen kecil sewaan murah, susah payah, mama berkerja jadi resepsionis hotel. Mulai dari sana, dia mengenal papa tiriku sekarang, si pemilik hotel itu," lanjut Arka menyelesaikan ceritanya."Itulah kenapa, kamu membiarkan tante Dewi menikah lagi?" tanya Feya.
Arka mengangguk pelan. Freya juga pernah dia ceritakan secara singkat alasan dia sedikit tidak relah mamanya menikah lagi. Meski begitu, dia tidak egois. Dia selalu memikirkan keadaan mamanya agar tak sendirian lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
All I Hear Is Raindrops [END]✔
Teen Fiction"Aku bisa mendengar rintik hujan yang damai hanya dengan memejamkan mata." Arka El Raffi Arham, candu dengan rintik hujan. Anehnya di hari itu, bayangan masa lalu yang selalu menghantuinya tiap kali hujan turun tiba-tiba sirna. - - -- - Arka mulai...