Selama ujian, Fenita melarang Arka mengajak Freya keluar rumah. Dengan sabarnya Arka menunggu ujian berakhir. Di akhir ujian semua nilai di tempelkan di mading. Bahagianya, di ujian kali ini nilai Freya cukup memuasakan. Indah dan Eka pun tidak menyangkah, mereka sedari tadi melongo di depan mading yang dipenuhi banyak siswa yang penasaran dengan nilai mereka. Sedangkan Freya tersenyum melihat ke arah Fenita yang berdiri tak jauh darinya sembari mengacungkan jempol.
Seseorang cowok tiba-tiba menarik tangan Freya dari kerumunan siswa dan membawa Freya ke tangga lantai tiga. Keduanya sekarang duduk berdampingan di anak tangga. Freya yang wajahnya berseri-seri penuh senyuman menular ke Arka.
"Cuaca mendung di luar, kamu nggak takut?" Freya geleng-geleng menatap mata Arka.
"Ada anak kecil yang dulu selalu menghampiriku saat hujan turun. Dia bilang bahwa guntur tidak akan menyambarku, karna aku terlalu manis," jelas Freya. "Dia sekarang ada di sampingku."
Arka hanya tersenyum, dia tidak ingat perkataan itu. Dia pikir ingatannya sepenuhnya kembali tentang Freya, ternyata dia hanya ingat sebagian saja tentang Freya. Itu sangat menyakitkan.
"Kamu ingat, kan?" tanya Freya.
"Ya. Tentu saja aku ingat," balas Arka.
Freya melebarkan senyumnya. "Kenapa kamu membawaku ke sini?" tanya Freya, "pasti ada yang perlu diomongin."
"Ng...nanti sore, gimana kalo kita jalan-jalan?"
"Ke mana?"
"Ada dech. Aku punya tempat yang asik buat jalan-jalan. Gimana?" Arka mengangkat alisnya, menunggu jawaban Freya.
Freya terlihat masih menggantungkan jawabannya, tapi setelah itu dia mengangguk.
☔☔☔
Freya dan Arka sudah sampai di Danau Situ Babakan. Mereka berdua naik perahu bebek, menikmati keindahan Danau. Banyak orang yang juga naik perahu bebek sama seperti mereka berdua. Kaki mereka sama-sama mengayu perahu bebek yang mereka tumpangi.
"Aku baru pertama kali naik yang kayak beginian. Jadi, kayak anak kecil kalo naik kayak ginian," celoteh Freya.
"Masa kecil kamu kurang bahagia donk!" cibir Arka.
Freya lalu mengerucutkan bibirnya. "Emang kamu berapa kali ke sini?" tanya Freya.
"Cuma sama kamu doang," jawab Arka.
"Iihhh..." Freya memukul bahu Arka sampai cowok itu sedikit ngilu. "Gitu ngatain masa kecilku kurang bahagia, padahal kamu juga cuma kali ini aja ke sini."
Arka lalu tertawa. Dia berhasil melihat wajah Freya saat kesal. Sebelumnya hanya raut wajah Freya yang manis dan malu-malu di hadapannya. Dia memang masih sama seperti Fenita kecilnya.
Setelah mereka naik perahu bebek, Freya dan Arka memakan es krim bersama di pinggir Danau. Ada tawa di sana yang jarang sekali didapatkan Arka mereka saling bercanda. Arka melihat wajah manis Freya saat Freya tertawa lepas di sampingnya.
Angin seakan ikut menyanjung gelak tawa mereka. Ujung rambut panjang Freya sampai berterbangan. Tercium wangi di hidung Arka. Tak ada yang ingin Arka ungkapkan tentang perasaannya, dia hanya ingin membuat Freya tertawa bersamanya di sisa umurnya. Rasanya daripada dia suntuk melihat pemandangan rumah sakit dan bahkan itu tidak akan bisa membuatnya sembuh. Karna yang membuatnya merasa lebih baik adalah senyuman Freya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All I Hear Is Raindrops [END]✔
Teen Fiction"Aku bisa mendengar rintik hujan yang damai hanya dengan memejamkan mata." Arka El Raffi Arham, candu dengan rintik hujan. Anehnya di hari itu, bayangan masa lalu yang selalu menghantuinya tiap kali hujan turun tiba-tiba sirna. - - -- - Arka mulai...