PART 2

246 43 3
                                    

Siang ini ada jam tambahan di kelas XI IPA-1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Siang ini ada jam tambahan di kelas XI IPA-1. Tentu saja ini hal yang sangat menyebalkan untuk Arka karna dia baru pertama menjadi siswa di sekolah ini. Saat Arka sampai di lobi, dia tak sengaja melihat Fenita berjalan sendirian menuju gerbang sekolah.

"Hai!!" panggil Arka kepada Fenita. Arka pikir suaranya yang keras itu mampu didengar oleh Fenita, namun ternyata tidak ada respon. Fenita terus berjalan menyisakan jejak samar yang tak bisa Arka tangkap. Ya, tinggal gerbang sekolah yang masih terbuka lebar tergambar di lensa matanya.

Wajah Arka merengut kecewa. Mungkin sikap Arka barusan terlihat sok kenal, sok dekat. Bagaimana mungkin seorang Ratu Fisika merespon panggilan orang yang bahkan belum dikenalinya. Arka lantas memilih untuk menjemput motornya di parkiran sekolah setelah cukup lama dia hanya berdiri di sana.

Arka langsung membelah jalanan kota yang banyak berlalu-lalang transportasi, yang umum maupun pribadi. Dan mungkin kebanyakkan penyebab jalan raya macet karna telalu banyak kendaraan pribadi. Dan termasuk dia penyebabnya. Arka sekarang merasa cukup bersalah dengan keadaan ini, meski hanya sebagai pengendara dua roda.

Sekilas tergores senyuman di bibir Arka, mengingat sudah lama ia tidak menginjakkan kakinya di kota itu. Suasananya memang tidak berubah, hiruk-pikuk sore dan senja damai yang menyongsong terbenamnya matahari di sela bangunan-bangunan tinggi. Saat itu juga Arka melihat Fenita yang berjalan di atas trotoar. Rasanya, takdir memang sengaja mempertemukannya dengan cewek itu. Arka mencoba meminggirkan motornya menghampiri Fenita. Arka membunyikan klaksonnya berkali-kali sembari membuka visor helmnya. Fenita hanya melirik aneh dan terus berjalan dengan sikap cueknya itu.

"Aku nggak ingin kamu lelah karna jalan kaki, aku bersedia kalo misalnya kamu naik ke motorku," tawar Arka sembari memelankan motor matic-nya menyamai langkah Fenita.

Fenita masih terus berjalan menatap lurus ke depan. "Gue selalu waspada sama orang yang belum gue kenal," balas Fenita cuek bebek, "gue nggak butuh tumpangan lo. Lagian rumah gue dekat kok dari sini."

Semakin Fenita bersikap cuek, Arka akan semakin penasaran. Arka lalu turun dari motornya dan mengejar langkah Fenita.

"Kalo nganterin kamu kayak gini, boleh, kan? Kan nggak ngasih tumpangan?" Senyum Arka menggoda sembari tangannya menuntun motor. Benar-benar punya ambisi.

"Ban motor lo bocor atau motor lo yang mogok?" tanya Fenita tetap dengan wajah datarnya.

"Cuma pengen jalan sama kamu aja." Kata-kata gombal Arka tidak ada hentinya.

"Semua orang sedang ngelihatin, mereka pasti ngelihat lo kasian atau sebaliknya malah sedang geram. Lagian trotoar untuk pejalan kaki." Dengusan pelan Fenita dapat Arka dengar.

"Kan aku jalan kaki?" Arka menoleh kearah ruko-ruko yang berjajar di pinggir trotoar. Beberapa orang di sana memang terlihat heran dengannya.

Arka tiba-tiba mengulurkan sebelah tangannya. Sementara tangan kirinya menumpu motornya."Aku ingin kenalan sama kamu."

All I Hear Is Raindrops [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang