《Kotak Cerita》
_
_____________
"Halo!"
"Halo!"
Freya membiarkan halaman-halaman komik tersapu oleh angin malam hingga bulir air mata yang menghujani beberapa gambar hitam putih itu meluas.
"Bisa bicara dengan Fenita?"
Freya meremas ponselnya di dekat telinganya.
"Kenapa harus sama Fenita?" jawab Freya.Tawa yang Freya rindukan pun terdengar lemas dengan napas yang terbatas seolah sedang menahan cekikan yang begitu berat. "Aku merindukan Fenita kecilku," ucap suara cowok dalam telpon. "Aku berharap segera pulang," tambahnya.
"Apa kamu sudah sembuh?" Lengan Freya mengusap air matanya. Dia seharusnya senang bisa mengobrol lagi dengan Arka di telpon saat jarak mereka sedang terpisah.
"Aku merasa lebih sehat," jawab Arka dengan nada pelan.
"Kapan kamu pulang?" tanya Freya sudah tak sabar lagi ingin bertemu Arka.
"Mmmm...tunggu aja, aku akan pulang lebih cepat!" Suara Arka terdengar yakin membuat Freya tersenyum.
"Jika masih belum sehat benar, kamu harus tetap dirawat, Ar. Aku ingin kamu sehat total, dan kita bisa jalan-jalan bareng lagi," cerewet Freya mengkhawatirkan cowok itu.
Seketika hening. Freya tidak mendengar tanggapan Arka terkait nasihatnya barusan. "Ar, kamu masih di sana, kan?" panggil Freya karna telponnya masih tersambung.Saat itu juga angin malam membawakan seseorang padanya. Di hadapannya berdiri sosok Arka dengan wajah bersinar terkena pantulan cahaya rembulan. Kehadiran Arka yang tanpa diduga pun membuat Freya tersenyum-renyuh. Arka tidak bicara sekata pun, namun bibirnya yang merah itu selalu tersenyum. Arka bahkan terlihat sangat sehat.
Arka mengulurkan setangkai bunga mawar merah dengan ikatan podcast yang bertuliskan ucapan terima kasih Arka kepada Freya. Wangi dari mawar segar, sekali lagi membuat senyum Freya merekah.Freya menatap hangat Arka yang masih terdiam duduk di sampingnya sekarang. Dia lalu meletakkan bunganya. Ia lantas meraih kedua tangan Arka dari lutut cowok itu. "Kenapa kamu nggak pakai jaket, Ar? Tangan kamu sampai dingin sekali," omeng Freya mulai menggosok tangan Arka dengan kedua tangannya. Namun Arka malah melepaskan tangan Freya. Cowok itu merapikan anak rambut Freya yang mulai panjang. Rupanya Freya sudah menghilangkan gaya poninya. Tangan Arka turun mengambil bunga dan menyerahkannya ke Freya. Meskipun Freya sama sekali tidak mengerti maksud Arka. Bunga itu sudah jelas Ia terima.
Angin kembali mengamuk, memberantakan anak rambut Freya setelah Arka rapikan, juga menghamburkan daun-daun yang berada di perkarangan rumah mengalihkan perhatian Freya.
"Anginnya nggak bersahabat, sebaiknya kita masuk, Ar." Ucapan Freya memelan, seseorang yang dia ajak bicara tiba-tiba lenyap di matanya. Freya menoleh ke setiap arah, tak dia temukan keberadaan Arka. Dia heran kenapa Arka bersembunyi, di mana cowok itu pergi?
Freya terkejut dengan sesuatu yang tejadi pada mawar yang dia pegang. Matanya mengerjap melihat warna mawar makin gelap. Kelopak-kelopaknya juga berjatuhan ke lantai. Seolah semua yang dia lihat hanyalah ilusi. Dia langsung menjatuhkan mawar yang hanya tinggal batangnya, lalu mencari Arka di setiap sudut teras rumahnya.
Dalam hitungan waktu suasana menjadi sunyi. Siul angin tidak terdengar lagi. Malam seakan diam tanpa suara apa pun. Freya berdiri mematung kebingungan. Pelan-pelan seseorang mendekapnya dari belakang. "Jangan takut, aku nggak pernah jauh-jauh dari kamu." Hingga akhirnya Freya tersadar bahwa ucapan Arka hanya dia dapatkan dalam mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
All I Hear Is Raindrops [END]✔
Teen Fiction"Aku bisa mendengar rintik hujan yang damai hanya dengan memejamkan mata." Arka El Raffi Arham, candu dengan rintik hujan. Anehnya di hari itu, bayangan masa lalu yang selalu menghantuinya tiap kali hujan turun tiba-tiba sirna. - - -- - Arka mulai...