☔☔☔Cuaca yang cukup panas tak menyurutkan semangat siswa kelas XI IPA 1 untuk mengikuti pelajaran penjas. Bagaimana pun pelajaran itu bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan jasmani mereka. Beberapa siswa berlari bergantian diiringi tiupan selurit Pak Herry, guru Penjas. Setelah cukup lama berlari mengelilingi lapangan. Pak Herry memberikan istirahat pada semua siswa XI IPA 1 selama sepuluh menit. Fenita duduk di tengah-tengah lapangan bersama siswi yang lain. Sesekali Fenita mengusap keringatnya yang membasahi dahinya. Seseorang tiba-tiba saja menyodorkan botol air mineral ke arahnya. Fenita pun mendongkak ke arah siswa yang tidak memakai seragam olahraga sendiri itu. Dilihatnya Arka tersenyum di depannya sembari menyodorkan minuman ke arahnya.
"Kamu pasti haus, kan?" tebak Arka tanpa takut salah.
"Enggak, gue nggak haus, sok tahu lo!" tolak Fenita.
"Udahlah, terima aja, meskipun kamu nggak haus. Kebetulan ada yang perhatian, jadi jangan menyia-nyiakan," paksa Arka.
Fenita lumayan risi karna semua cewek yang ada di sampingnya sekarang memperhatikannya, termasuk Rina yang kini duduk di samping kirinya menaikkan alisnya setengah senti.
"Gue nggak haus! Minum aja sendiri!" bentak Fenita.
"Masalahnya ini spesial buat kamu, bukan buat aku. Yakin nggak mau nerima?"
"Buat gue? Tapi kalo gue nggak mau gimana? Maksa?"
Arka lalu menurunkan tanganya yang memegang botol air mineral. "Oke, kamu udah kecewain orang yang ngasih minuman ini. Aku tinggal bilang ke Erik kalo kamu nggak suka dengan pemberiannya. Gampang kok."
Fenita berkerut dahi. "Erik?"
"Ya, ini sebenarnya dari Erik."
Arka segera meninggalkan Fenita, tapi sebelum berjalan cukup jauh, Fenita lantas berdiri dan mencegatnya. "Tu-tunggu!" Tangan Fenita menahan tangan Arka, membuat semua siswa bertanya-tanya dalam hati, bahkan banyak yang berbisik-bisik melirik keduanya. Wajar karna Arka baru kemarin resmi menjadi siswa SMA Cendrawana, tapi terlihat keduanya sudah akrab. Apalagi karakter Fenita yang jarang bergaul dengan teman sekelas kecuali Rina dan Erik.
"Dari Erik?" tanya Fenita sekali lagi. Arka pun menganggukkan kepalanya dengan senyum yang mengulas bibirnya.
Fenita lupa kalau tangannya masih menggenggam lengan Arka. Ia pun cepat melepaskan ikatannya dan mengambil sebotol air mineral dari cowok itu. Sok manis banget nich cowok!
"Erik kakinya terkilir Ja-" Belum sempat Arka menyelesaikan ucapannya, tapi Fenita keburu melintasi Arka dan berjalan menghampiri Erik yang duduk tak jauh dari dirinya bersama siswa cowok yang lain. Erik tersenyum, lalu menganggukkan kepala, mengisyaratkan bahwa apa yang dikatakan Arka benar.
Dalam hati kecil Arka ada kekecewaan. Entahlah, seperti sesuatu yang membuat Arka tercabik-cabik ketika Fenita mengabaikannya. Arka menghembuskan napas pelan, setelah itu menghampiri Fenita dan Erik.
KAMU SEDANG MEMBACA
All I Hear Is Raindrops [END]✔
Teen Fiction"Aku bisa mendengar rintik hujan yang damai hanya dengan memejamkan mata." Arka El Raffi Arham, candu dengan rintik hujan. Anehnya di hari itu, bayangan masa lalu yang selalu menghantuinya tiap kali hujan turun tiba-tiba sirna. - - -- - Arka mulai...