PART 7

6 2 0
                                    

"Hei, Fen, lama nggak bertemu." Cewek itu mengulurkan tangannya kepada Fenita dengan senyuman licik.

Fenita lalu membalas uluran tangannya untuk cewek itu. "Lama juga nggak ngelihat lo." Senyum Fenita kepaksa.

Baik Freya, Arka, Erik, maupun Bagus melihat mereka berdua dengan penuh kejanggalan. Pasalnya, Erik selalu melihat sikap mereka yang akrab saat bersama ketika SMP. Tapi kali ini selama hampir satu setengah tahun tak bertemu, cara bicara mereka jadi agak kaku. Sahabat yang lama tidak bertemu pasti akan memberikan pelukan hangat, tapi mereka hanya sekadar berjabat tangan.

"Akhirnya sahabat lama bersemi kembali." Arka heboh sendiri memecah kesunyian di antara mereka.

"Aku nggak bisa membayangkan betapa tersiksanya kamu, San bersahabat dengan makhluk seperti Fenita," cibir Arka.

Fenita langsung melirik Arka garang tanpa mau membalas dengan lisannya.

"Maksud kamu itu apa sih, Ar?" sahut Sani menepis perkataan Arka. "Fenita itu sebenarnya anaknya perhatian kok. Dia selalu berkorban demi sahabatnya, bahkan mungkin nggak akan tega merenggut kebahagiaan sahabatnya sendiri." Kalimat Sani sekilas terdengar seperti ironi. Sorot mata keduanya langsung beradu tatap seakan saling menantang.

"Ya. Tentu. Sebagai sahabat kita juga saling percaya satu sama lain," balas Fenita dengan senyuman yang tidak biasa.

Sani mulai mengalihkan pandangannya saat menyadari Fenita membalas perkataannya barusan. "Begitulah. Kecuali jika salah satu dari kita benar-benar berkhianat." Senyum miring Sani kembali melirik Fenita.

Erik mulai bingung mendengar pembahasan kedua sahabat SMP-nya itu. Baik Sani maupun Fenita seakan saling melontarkan unek-unek mereka. Erik takut jika ini ada hubungannya dengan dia.

"Gue nggak pernah berkhianat," balas Fenita. Jawaban Fenita membuat teman-temannya terdiam, kecuali Sani yang melototkan matanya terkejut. Sani memang sengaja memacing lidah Fenita. Fenita pun langsung tertegun ketika sadar mengatakannya.

"Wah. Keren! Kalo begitu aku juga boleh, kan menjadi sahabat kamu, Fen? Lebih dari sahabat juga nggak papa, sih," celetuk Arka di tengah-tengah panasnya suasana.

Sani dan Bagus langsung memberi deheman untuk gombalan Arka. Kecuali Freya yang menatap wajah Arka yang terlihat begitu bahagia. Dari sini, Freya mulai mengenal perasaannya sendiri yang mulai merasa cemburu. Sementara Erik geleng-geleng kepala, yang dilakukan Si Ratu Fisika hanya mendengus sekeras mungkin. Gara-gara Arka semua jadi lupa dengan perkataan Fenita barusan. Suasananya pun mulai akrab lagi.

"Aku jadi pengen satu sekolah sama kalian. Kalian benar-benar seru," simpul Sani.

"Boleh juga. Siapa tahu Fenita akan menunjukkan perhatiannya di sekolah saat ada kamu, San. Selama ini dia begitu dingin." Arka terus mencibir Fenita tidak ada habisnya sampai Fenita sedikit geram.

Freya kini hanya memotong-motong Sandwich-nya. Mood makan malamnya tiba-tiba berantakkan. Apalagi, Arka lebih asik bercanda dengan yang lainnya dan membahas tentang Fenita.

"Sepertinya enak, gue boleh minta, Fre. Gue laper, kita belum sempat memesan." Erik meminta sandwich pada Freya. Dia sebenarnya sangat canggung dan tidak tahu siapa yang harus dia ajak bicara. Freya yang barusan bengong lantas meyodorkan Sandwich-nya ke depan Erik.

"Panggilin waitress-nya donk, Gus," pinta Arka. Bagus pun memanggil waitress yang langsung menghampiri mereka.

Erik lalu memotong Sandwich milik Freya menggunakan pisau dan garpu. Saat Erik hendak memakan potongan Sandwich ke mulutnya menggunakan garpu, cewek di samping Erik langsung menyambar Sandwich-nya. Erik hanya menganga, bukan hanya Erik, Arka, Freya, dan juga Fenita hanya bengong melihat prilaku cewek itu yang seenaknya saja memakan Sandwich yang hendak dimakan Erik. Bagus melewatkan adegan itu, dia sibuk memesankan makanan teman-temannya.

All I Hear Is Raindrops [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang