PART 4

8 0 0
                                    

Belum sempat Arka menanyakan sesuatu pada Freya, Bagus langsung datang dari arah belakang dan merangkul Arka untuk mengajak teman sekelasnya itu duduk dan memesan sesuatu yang dapat mengeyangkan perut mereka.

Arka hanya memberi senyuman saat melintasi Freya, dia terus memperhatikan gerak-gerik Freya. Dia merasa tidak asing dengan wajah cewek itu. Tentu karna wajah Freya identik dengan wajah Fenita. Namun Arka tidak tau bahwa mereka adalah saudara kembar. Meskipun begitu, Arka tahu benar di mana perbedaan di antara mereka, yaitu senyuman yang dimiliki Freya.

"Eh, dia bukannya siswa baru itu ya? Ganteng juga," bisik Eka mendekat ke arah Freya yang tatapannya masih mengikuti arah ke mana Arka akan duduk.

"Seperti barusan bom atom meledak di sini," gumam Freya menepuk-nepuk dadanya sendiri sembari tersenyum melihat ke arah Arka.

Eka hanya bengong dengan ucapan Freya yang ngelantur. Eka lalu coba mendekat ke dada Freya untuk memastikan suara bom atom yang barusan Freya maksudkan.

Freya spontan memeluk dadanya. "Apa yang lo lakukan?"

"Heh?" Eka mendelik. "Ternyata lo udah dewasa." Terkekeh Eka. Freya lalu menjitak kepala Eka sampai sahabatnya itu mengelus kepalanya.

Arka langsung membersihkan bajunya dengan tisu dari mejanya sekarang, juga tetap memperhatikan Freya yang mulai pergi dari kantin bersama teman-teman ceweknya. Bagus sempat menanyakan kenapa baju Arka sampai kotor begitu, Arka hanya menjawab kalau dia tidak sengaja menabrak minuman seorang siswa. Bagus hanya geleng-geleng kepala dan memilih berjalan menghampiri penjual minuman di kantin, juga tak lupa menanyakan Arka tentang apa yang ingin temannya itu beli.

☔☔☔

Setelah pulang sekolah, Arka menyempatkan untuk tidak pulang, mencatat pelajaran yang sempat tertinggal dari buku Erik. Kebetulan hari ini, Bu Ningsih-penjaga perpustakaan-tidak menutup perpustakaannya karna sedang sibuk bersih-bersih.

Arka terus memutar pulpennya berharap cepat selesai. Walau dia sudah merasa jenuh. Tapi apalah daya, dia harus menyelesaikannya hari ini juga.

"Arka," panggil Bu Ningsih membuat Arka menoleh. Entah dari mana Bu Ningsih tahu nama Arka, mungkin saja karna dia anak baru yang tiba-tiba jadi populer, atau Bu Ningsih diam-diam melirik badgename di saku seragamnya. Tapi tidak mungkin juga karna Arka sekarang memakai jas almameter untuk menutupi bekas tumpahan minuman Freya tadi pagi. Sekaligus dia ingin memakai jas sekolah barunya itu.

"Kamu udah selesai belum? Soalnya mau saya tutup," tanya Bu Ningsih.

Arka melirik jam dinding, menunjukkan pukul empat. "Ya sudah, Bu, saya akan pulang."

"Oh, yaudah kalo gitu."

"Makasih ya, Bu." Arka menutup buku-bukunya, lalu beranjak dari tempat duduknya dan keluar perpustakaan. Sekalipun dalam benaknya tidak terima jika tugas mencatatnya belum selesai.

Arka berjalan menyelusuri koridor menyaksikan hujan yang mengguyur lapangan basket. Ia lalu mengumpat karna hujan turun pada saat dia akan pulang. Walau sebenarnya dia tidak ingin membenci hujan. Karna Arka sangat suka dengan rintik hujan. Saking sukanya dia tidak bisa berpaling menatap hujan yang turun begitu deras.

Brruukkk!!

Arka sangat kaget ketika seorang cewek menabrak pundaknya. Tidak ada kata maaf dari cewek itu. Cewek dengan kuncir ekor kuda itu berlari kencang menutup telinganya. Dia mulai heran karna sikap yang kurang wajar cewek itu. Bukannya, cewek itu yang dia temui di kantin? Freya? Sepertinya Freya suka sekali menabraknya. Meski Arka tidak mengenalnya, Arka mencoba untuk mengikuti Freya.

Arka mengikuti Freya yang berlari menuju lorong dan terduduk di sebelah loker. Freya menutup telinganya ketakutan sembari terus membaca mantra-mantranya. "Kamu kenapa?" Arka menyentuh pundak Freya, seketika cewek itu mendongkak melihat Arka yang berdiri di hadapannya, Freya langsung bangun. Dengan langcanganya ia memeluk erat Arka.

All I Hear Is Raindrops [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang