PART 15

3 2 0
                                    

Freya bejalan bersisihan dengan Arka di koridor menuju kelas Fenita. Semua pasang mata siswa memperhatikan mereka bedua. Ada juga yang mencibir mereka berdua, tapi Arka dan Freya tidak begitu peduli. Apalagi Freya, manik matanya selalu berbinar-binar melihat Arka berjalan di sampingnya, sekalipun Arka tidak melihat ke arahnya.

Hari ini, waktunya cukup puas berada di sisi Arka. Entah kenapa mimpinya begitu panjang. Sesampainya mereka di pintu kelas Fenita dan saat Arka hendak masuk, Arka menarik tangan Freya, hampir saja Freya terbarak tembok karna langkahnya tidak lurus dengan pintu masuk kelas.

"Kalo jalan lihat-lihat," tegur Arka terkekeh.

Freya sampai malu sendiri, tapi saat Arka masuk duluan, dia memegang pergelang tangannya  yang barusan Arka genggam sembari tersenyum sendiri. Freya lalu mengekor di belakang Arka. Kebetulan sekali kelas XI IPA 1 sepi. Di dalam, Arka lalu merogoh rak mantan mejanya itu.

"Apa ada yang ketinggalan?" tanya Freya.

Arka menghela napas dan menoleh ke arah Freya. "Nggak. Beberapa hari ini aku nggak nemuin secarik kertas di rak mejaku," jelas Arka.

"Secarik kertas? Maksudnya surat? Apa itu dari seorang pengagum rahasia?" cercah Freya.

Arka sampai melongo menatap cewek di hadapannya itu begitu penasaran. "Entahlah. Sudah nggak penting lagi, karna aku sudah tahu pengirimnya."

"Sudah tahu?" ulang Freya.

"Ya, sejak awal dia udah membuatku penasaran. Dia adalah Fenita." Arka lalu tersenyum dan berjalan menuju pintu kelas.

Wajah ceria Freya mulai redup. "Fenita memang sangat romantis," gumamnya.

"Tentu Karna dia pacarku," tegas Arka tersenyum. Sementara gadis di balik punggungnya menundukkan kepalanya.

Pengakuan yang merobohkan pertahanan Freya. Berkali-kali dia mendengar Arka mengatakannya sendiri di hadapannya tentang Fenita. Seharusnya Freya tidak pantas di samping Arka dalam keadaan hatinya yang hancur.

Freya masih berdiri di tempat meski Arka sudah sampai di ambang pintu. Arka lalu menoleh Freya yang diam mematung. Dia lantas menghampiri Freya dan menarik tangan cewek itu pelan.

"Ayo ke kantin, Fenita sudah menunggu," ajak Arka. Freya melihat genggaman tangan Arka. Bisa tidak, Arka tidak melakukan hal itu. Menyakitkan saat tahu kenyataannya Arka bukan miliknya.

☔☔☔

"Oh iya. Apa hubungan lo sama Sani baik-baik saja?" tanya Erik. Fenita yang hendak meminum es jeruknya sampai tidak jadi berhenti meminum.

"Iya,” jawab Fenita singkat.

"Syukurlah. Soalnya, gue lihat kemarin kalian kurang akrab."

"Nggak seperti yang lo lihat. Kita hanya canggung karna lama nggak ketemu."

Erik menangguk mendengar penjelasn Fenita. Baiklah.
"Fenita!"

Suara itu menggema di dalam kantin. Fenita lalu menoleh ke asal suara itu dan didapati wajah saudarinya itu tak jauh di belakangnya. Freya lalu berjalan ke arah Fenita dibuntuti oleh Arka. Fenita mendengus kesal.

All I Hear Is Raindrops [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang