Fenita mendengus pelan melihat saudari kembarnya terus berdiri di depan cermin. Gadis yang tengah merapikan sabuk kain hitam ke pinggangnya itu begitu serius. Dari atas sampai bawa, perpaduan dua warna yang simpel menyempurnakan style fashion Freya, dengan tunik mini dress berwarna putih dan rompi hitam. Fenita lebih tidak suka dengan warna baju Freya yang sama dengan yang dia pakai.
"Hei, kenapa lo memakai warna baju yang sama dengan punya gue?" gerutu Fenita duduk di ujung ranjang.
Freya melirik Fenita yang sudah siap dengan Blouse putih dan celena jins hitam seperti seorang sales. Membayangkannya membuat Freya menahan tawa. "Memang kenapa? Nggak ada yang salah. Kita, kan anak kembar?"
"Tapi ini buat gue risih," jujur Fenita.
"Lagian lo nggak cuma kembaran sama gue nanti di sekolah. Gue pakai warna hitam-putih karna memang peraturan dari kelas gue, bukan karna lo," jelas Freya.
"Jadi kalian pakai dresscode yang sama?"
"Ya."
"Norak!"
"Anak IPA aja yang nggak tau pentingnya menjaga kekompakkan kelas."
Fenita tidak merespon ucapan Freya lagi. Dia sibuk bermain posnelnya. Sampai akhirnya matanya membulat saat membuka chat watsapp-nya, tau kalau Erik yang mengirim pesan itu.
Erik:
Gue udah ada diperjalanan menuju rumah lo.
Fenita lalu terlonjak dari tempat tidurnya membuat Freya sempat kaget. Freya hanya memperhatikan Fenita yang kembali duduk, tersenyum sendiri ke arah layar ponselnya membalas pesan Erik.
Kadang-kadang sikap Si Ratu Fisika itu membuat Freya khawatir.
Di kamar lain, Arka bercermin dengan kemeja hitam di kamarnya. Arka menyisir poninya ke atas, sesekali memuji ketampanannya. Untuk pertama kalinya dia melepas kupluk Benie-nya. Usahanya keramas rutin berakhir dengan hasil yang cukup memuaskan.
Ponselnya lalu berbunyi di atas kasur. Arka lantas mengambilnya. Matanya terbelalak ketika melihat nama orang yang mengirim pesan di ponselnya.
"Fenita," gumamnya. Arka langsung menggeser layar ponselnya.
Ratu Fisika:
Datang ke rumah gue sebelum berangkat
Arka lalu tersenyum melihat pesan Fenita. Pikirinnya berlari-lari entah ke mana. Banyak sekali pertanyaan dalam hatinya yang dia jawab-jawab sendiri.
Anda:
Okey!
Fenita lalu tersenyum dan melirik Freya yang sedang asyik memainkan gaunnya.
"Fen," panggil Freya membuat Fenita menoleh. Fenita melongo melihat Freya menguraikan rambutnya yang panjang sepertinya. Freya bahkan menarik tangan Fenita untuk berdiri di sampingnya di depan cermin.
Fenita sempat tertegun melihat pantulannya dengan saudari kembarnya di cermin. Mereka memang sangat identik, apalagi saat Freya berpenampilan sepertinya.
Freya merangkul pundak Fenita sembari tersenyum. "Memang mudah ditipu," gumam Freya.
Fenita langsung melepaskan tangan Freya dari pundaknya dan hendak keluar kamar, tapi Freya menahan tangannya. "Sampai kapan kita membohongi semua orang? Bahkan membohongi diri kita sendiri." Ucapan Freya membuat Fenita menyembunyikan tatapannya.
Fenita lalu menepis genggaman Freya dari pergelangannya. "Kita sudah sepakat untuk tidak membahas ini, kan? Jadi, pernah bahas--"
Belum sempat Fenita melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba suara pintu berderik membuat dua pasang mata Fenita dan juga Freya menoleh. Mereka langsung bungkam dan bersikap tidak ada apapun yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
All I Hear Is Raindrops [END]✔
Fiksi Remaja"Aku bisa mendengar rintik hujan yang damai hanya dengan memejamkan mata." Arka El Raffi Arham, candu dengan rintik hujan. Anehnya di hari itu, bayangan masa lalu yang selalu menghantuinya tiap kali hujan turun tiba-tiba sirna. - - -- - Arka mulai...