Prolog

11.3K 336 5
                                    

Tepat dihari ini. Seorang Marsha Lenathea sudah berhasil menamatkan tiga tahun hari putih abu abunya.

Di lapangan sekolah ini terdengar suara sorak sorai para siswa yang memenuhi lapangan, sebagai bentuk ekspresi suka cita mereka atas hari kelulusan ini.

Tapi tidak dengan Marsha. Dia termenung dipinggir lapangan sekolah. Ia masih teringat akan perkataan bundanya beberapa minggu yang lalu.

"Kamu ngak boleh lanjut kuliah di Jakarta Sha, bunda takut akan ada hal yang tidak diinginkan terjadi sama kamu"

Kata-kata itulah yang sedari tadi berputar didalam otak Marsha.

Marsha pun terus termenung memikirkan perkataan itu, sambil menatap teman-temannya yang lain, yang sedang bermain dan bercanda tawa. Hingga akhirnya seorang laki-laki bertubuh jangkung datang dan duduk disebelahnya.

Kevin.

"Sha, tumben kamu ngak ikut main. Kamu lagi sakit?" Tanya Kevin.

Marsha menggeleng. "Ngak kok, aku cuma capek aja tadi habis berdiri" jawabnya.

Kevin menggeleng, ia tahu kalau Marsha berbohong. Ia bisa melihatnya dari bola mata Marsha.

"Kamu masih mikirin kata bunda kamu Sha?"

•◇•

"Zee! Papa udah puluhan kali bilang sama kamu, tinggalkan perempuan sampah itu!" Ucap Gracio.

Sontak Zee menatap Gracio dengan tatapan tajam kemudian bangkit dari tempat duduknya. "Jaga omongan papa! Ashel bukan perempuan seperti itu pa!" Ucap Zee menyangkal perkataan ayahnya itu.

"Tapi itu kenyataannya Zee, dia itu anak dari keluarga yang rusak. Ayahnya seorang koruptor, ibunya penipu. Apa kata orang orang kalo kamu menikah sama dia? Nama keluarga kita, akan hancur dimata publik Zee!" Ucap Gracio dengan intonasi yang mulai menanjak.

Zee pun kembali duduk, kemudian memalingkan wajahnya dari Gracio. Rahangnya mulai mengeras saat mendengar cercaan yang keluar dari lidah Gracio tentang Ashel, kekasihnya. Jika saja Gracio bukan ayahnya, mungkin saat ini Zee sudah menghantam kepala Gracio dengan kuat.

"Kalau kamu berani untuk menikah diam-diam dengan perempuan itu, papa akan cabut semua fasilitas yang sudah papa beri sama kamu Zee!"








TBC









Terima kasih sudah membaca cerita saya yang sebenernya mungkin agak aneh. Maaf kalau belum bisa sebagus itu, karena saya juga bukan tipe yang suka nulis. Tapi semoga kalian suka cerita ini. Sampai bertemu dibagian selanjutnya.

Aku, Kamu, dan Kita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang