18 tahun kemudian....
"CALVIN! CEPETAN, NANTI KAKAK TELAT!"
Gracie berteriak dari dalam mobil. Hari ini senin pagi, pastinya keadaan jalan pasti akan padat. Karena kesal, Gracie menghampiri Calvin yang masih duduk santai di meja makan.
"Vin, ini udah jam 06.30 loh, kita mau berangkat jam berapa lagi"
"Kata mama disuruh tunggu dulu, bekalnya belum jadi"
"Makan siangnya kan bisa beli di kantin, udah yok, buruan"
"Tapi kan mama suruh tunggu dulu"
Gracie berdecak kesal. Tak lama Marsha datang dengan dua tas bekal dengan dua warna berbeda.
"Masih pagi, mukanya udah cemberut gitu" Marsha memberikan kotak makan itu pada si sulung, lalu pada si bungsu.
Gracie tidak menjawab, setelah mendapatkan tas bekal itu, dia bergegas menuju mobilnya. Melihat itu, Marsha sedikit kecewa. Calvin yang paham dengan perasaan mama–nya, segera kembali pada Marsha.
"Ma, dedek belum peluk mama" kata Calvin.
Marsha menundukan badannya, memeluk putranya, mencium pipi Calvin juga.
"Dedek pergi sekolah dulu ya, ma"
"Iya, dek. Belajar yang rajin ya, sayang"
Calvin mengangguk, lalu berbalik badan dan berjalan menghampiri Gracie yang sudah menunggunya di mobil.
Sekarang, Gracie sudah memasuki usianya yang ke-18, yang artinya sekarang dia tengah berada di kelas 12 SMA.
Calvin Adriel Lenadrio, nama yang Marsha dan Zee berikan untuk putra kedua mereka. Calvin artinya orang yang rendah hati, dan Adriel adalah penyelamat manusia. Calvin sendiri lahir ketika Gracie berusia 8 tahun. Artinya, sekarang Calvin masih berada di kelas 4 SD.
○◇○
Marsha duduk termenung di sofa ruang tengah. Zee meletakkan sebuah cangkir kosong di atas meja, ikut duduk disebelah Marsha.
"Melamun mulu" suara Zee membuat Marsha berhenti melamun.
Zee menarik Marsha dalam dekapannya.
"Kamu mikirin apa sih, cerita coba" Zee mengecup pucuk kepala Marsha.
"Kakak kayanya marah lagi deh sama aku, Pa"
Zee mengerutkan keningnya. "Kok gitu?"
"Salah aku juga sih" Marsha menceritakan kejadian tadi pagi pada Zee, ketika dirinya menyuruh Calvin untuk menunggunya membuatkan bekal.
Zee mengangguk, dia paham. "Gapapa, ma. Nanti pulang, paling udah ga marah-marah lagi, biasanya juga gitu kan?"
Marsha mengangguk. Itu benar, Gracie kalau marah, pereda emosinya itu waktu. Tapi tetap saja Marsha masih merasa sedih.
Zee merangkul Marsha, mendekatkan wajahnya pada wajah Marsha, membenarkan poni istrinya.
"Sayang"
Marsha mengerutkan alisnya, kalau Zee memanggilnya dengan kata 'sayang', Marsha mengerti apa yang akan terjadi beberapa saat lagi.
"Kamu ga kangen aku?"
"Hmm, aku tau arahnya kemana ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Kita [END]
ChickLitTentang bagaimana seorang Marsha Lenathea dan Arzhie Adriano Harlan bisa mengubah kata "aku" dan "kamu" didalam kamus hidup mereka menjadi satu kata. Kita.