Marsha sudah sadarkan diri tadi pagi. Dokter mengatakan, tidak ada cidera serius yang mengharuskan Marsha untuk operasi.
Zee benar-benar menjaga Marsha seharian ini. Bahkan Zee tidak pergi bekerja, menemani Marsha. Berjaga-jaga jika Marsha memerlukan sesuatu, ataupun keperluan lainnya.
Seperti saat ini, Marsha tidak mau makan. Bahkan Zee harus memutar otak agar Marsha mau makan.
"Plis Sha, makan dong. Ini nasinya kamu anggurin terus" bujuk Zee.
"Aku ngak selera makan Kak"
"Makan dikit aja, plis. Biar kamu cepet sembuh"
"Gak mau"
"Jangan gini dong, Sha. Makan aja susah, tinggal ngunyah doang loh, terus kamu telen" nada bicara Zee sedikit meninggi.
"Kak Zee kok malah marah gitu sih?" Ucap Marsha dengan mata yang berair. Marsha memalingkan wajahnya dari Zee, mendongak, menatap langit-langit ruangan agar air matanya tidak jatuh.
Zee mengusap wajahnya kasar. Marsha sekarang seperti balita yang tengah memasuki fase GTM. Zee menarik napasnya, mengubah mimik wajahnya agar tidak terlihat kesal pada Marsha.
"Marsha Lenathea yang cantik, paling cantik satu Indonesia, paling pinter, putrinya Ayah Jinan dan Bunda Cindy, istrinya Arzhie Adriano. Makan dulu dong cantikku, nanti kalo Marsha makan, Zee kasih hadiah, terserah Marsha mau apa, Zee kasih pasti"
Marsha yang tadi memalingkan wajahnya dari Zee, sekarang menatap wajah Zee.
"Makan ya Sha. Biar cepet sembuh, udah kangen rumah kan?" bujuk Zee sekali lagi, sambil tersenyum.
"Zee suapin ya" lanjut Zee.
Marsha mengangguk. Zee menyuapi Marsha dengan telaten. Sesekali dia mengajak Marsha bercanda, agar keadaan tidak terlalu canggung.
Zee tidak mau Marsha mengingat kembali kejadian malam itu. Ketika Kecelakaan itu terjadi.
"Kak Zee udah pernah pacaran sebelum sama Ashel?" Tanya Marsha tiba-tiba.
Zee menggeleng.
"She's Your first love?"
"No. Aku pernah suka sama adek kelas aku pas aku kelas 9"
"Oh ya?"
Zee mengangguk. "She's pretty, dia itu orangnya ceroboh. Aku pertama kali ketemu dia deket sekolah. Hari itu, hari terakhir sekolah sebelum libur, hari itu, dia jatuh dari sepeda, trus nangis, aku liat dia duduk di deket trotoar deket sekolah aku dulu. Lututnya waktu itu berdarah, akhirnya aku samperin dan aku bantuin dia"
"Trus? Setelah itu gimana?"
"Aku bantu dia. Aku bawa sepedanya, dan aku bonceng dia. Trus kita ke UKS. Kita ngobrol banyak banget di UKS, dan cukup lama juga. Dari percakapan singkat itu, aku bisa menyimpulkan, kalo aku suka sama dia. Gak lama setelah itu, aku izin ke dia, karena aku ada urusan, dan harus ninggalin dia. Dan ketika aku balik lagi ke UKS, ternyata dia udah pulang, dijemput sama orang tuanya. Dan setelah hari itu kita ngak pernah ketemu lagi"
"Kak Zee masih inget namanya?"
Zee mengangguk lagi. "Dia bilang namanya Lala"
Lengang untuk beberapa saat.
"Sekarang aku yang tanya, boleh?" Tanya Zee.
Zee mengangguk. "Boleh, sok atuh"
"Kamu sama Kevin pernah pacaran?"
"Ngak pernah. Kita cuman temen sejak SMP"
Zee mengangguk. "Kamu pernah suka sama dia?"
Marsha menggeleng, "dia yang pernah suka sama aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Kita [END]
ChickLitTentang bagaimana seorang Marsha Lenathea dan Arzhie Adriano Harlan bisa mengubah kata "aku" dan "kamu" didalam kamus hidup mereka menjadi satu kata. Kita.