Selamat pagi, siang, sore, malam, atau kapanpun kalian membaca part ini, dan dimanapun kalian membaca part ini.
Saya hanya ingin mengingatkan. Alangkah baiknya jika kalian meninggalkan jejak disini. Berupa vote dan juga comment.
Okayy, selamat membaca semuanya!
Enjoy
______________________________________
Malam ini Marsha terjaga dari tidurnya, mungkin karena selama di perjalanan menuju Jakarta, ia hanya menghabiskan waktunya di mobil untuk tidur.
Marsha memutuskan untuk mengambil ponselnya yang berada diatas nakas, yang terletak tepat disebelah ranjang kasur ini.
Marsha membuka ponselnya. Terlihat, ada beberapa pesan singkat yang dikirimkan Cindy untuknya.
Dengan cepat Marsha menjawab pesan yang telah Cindy kirim.
Marsha mendesah lelah. Ia menatap pola plafon kamar ini. Tak ada artinya memang, ia hanya melamun. Sambil berfikir, apakah dia bisa bertahan sampai beberapa tahun kedepan.
○◇○
Pagi ini Zee bilang pada Marsha bahwa ia akan pergi keluar. Entah apa yang akan dilakukan Zee, Marsha juga tak peduli.
Sedangakan Marsha hanya bisa menghabiskan harinya di rumah besar yang kosong -dalam artian sepi- bersama seorang art.
Wanita itu berusia sekitar 47 tahun. Beberapa helai rambutnya ada yang berwarna putih. Pustur badannya tidak terlalu tinggi, dan juga kulitnya berwarna sawo matang.
Namanya Bu Anita Pratiwi, namun orang-orang mengenalnya dengan nama panggilan " Bi Irma". Kenapa bisa seperti itu? Saya pun tidak tau.
Dia telah bekerja di rumah Gracio sejak Zee berusia 2 tahun. Oleh karena itu, Zee bisa dibilang dekat dengannya.
Zee meminta Bi Irma untuk bekerja di rumahnya, karena Zee sudah sangat cocok dengan Bi Irma. Lagi pula di rumah Gracio masih banyak art lain toh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Kita [END]
ChickLitTentang bagaimana seorang Marsha Lenathea dan Arzhie Adriano Harlan bisa mengubah kata "aku" dan "kamu" didalam kamus hidup mereka menjadi satu kata. Kita.