Hari ini Marsha tak memiliki kegiatan lain selain menghabiskan waktu di pulau kapuk. Hitung-hitung juga untuk membalaskan dendamnya ketika musim ujian kemarin, jam tidurnya sudah banyak terpakai untuk belajar.
Sampai akhirnya Marsha terbangun dari alam bawah sadarnya. Ia segera meraih ponselnya yang berada diatas nakas sebelah ranjangnya.
Waktu menunjukkan pukul 12 siang. Marsha pun memutuskan untuk mengakhiri liburannya di pulau kapuk dan beranjak menuju kamar mandi.
Setelah selesai bertapa di kamar mandi, Marsha pergi keluar kamarnya menuju meja makan, dan mencari sesuatu yang bisa mengisi perutnya.
Hingga akhirnya tidak mendapatkan makanan diatas meja makan. Ia pun terpaksa harus melakukan suatu hal yang paling ia benci. Memasak.
Marsha tidak ingin bergelut dalam jangka waktu lama dikegiatan ini. Oleh karena itu ia hanya memilih untuk memasak telur mata sapi.
Telur mata sapi, nasi putih, dan juga ditambah dengan siraman kecap manis adalah menu sarapan sekaligus makan siang Marsha. Ia menikmati makanannya sambil menonton anime favoritnya. Sampai ia sudah menyelesaikan sarapannya yang terlambat itu, ia tetap melanjutkan untuk menonton anime.
Hingga tak terasa waktu terus bergulir, matahari sudah selesai dari tugasnya dan bergantian dengan bulan yang harus bekerja.
Marsha pun tampak gelisah. Ia berjalan mondar-mandir di ruang tamu rumahnya sambil mencoba menghubungi bunda dan ayahnya. Sesekali ia mengintip kearah jendela, berharap kalau orang tuanya pulang saat ini.
Sampai hampir tengah malam, Marsha tetap menunggu. Pikirannya melayang tak pasti, ia takut akan ada sesuatu yang tidak diharapkan terjadi kepada orang tuanya.
Hingga akhirnya, Marsha mendengar suara mobil yang ia kenal. Ia pun segera keluar dari rumahnya dan membuka pagar rumahnya.
Seorang wanita paruh baya turun dari mobil itu. Lalu langsung memeluk putrinya yang sedang berdiri didepan pagar sambil terisak.
Marsha mengerutkan keningnya, menatap bingung bundanya. Ada apa ini? Bahkan ayahnya pun ketika baru selesai memasukkan mobil kedalam garasi menghampiri mereka berdua, lalu menatap Marsha dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ayah, bunda, ada apa?" Tanya Marsha dengan suara bergetar karena menahan tangis.
Jinan tersenyum kaku, lalu menggeleng sebagai isyarat jawaban untuk putrinya.
"Gak ada apa-apa sayang. Yok masuk, sekarang sudah larut malam" ajaknya pada Marsha.
Marsha pun mengangguk. Lalu mereka bertiga pun masuk kedalam rumah. Namun, Marsha tak yakin dengan jawaban dari ayahnya. Iya sangat yakin ada sesuatu yang sedang mereka sembunyikan.
•◇•
Zee mengeraskan rahangnya saat mendengar rencana yang Gracio susun untuknya. Ruang keluarga di rumah ini, mendadak menjadi tempat yang sangat ia benci saat ini.
"Pa! Aku masih umur 23 tahun pa! Bahkan aku pun gak tau siapa perempuan itu? Bagaimana sifatnya? Apakah akan cocok dengan aku? Lagi pula aku udah sama Ash-"
"Kamu ngak akan pernah bisa menikah sama perempuan itu Zee! Dia itu pacaran sama kamu cuman buat morotin kamu!" Ucap Gracio dengan nada yang sudah mulai meninggi.
Zee yang mulai panas oleh perkataan Gracio barusan pun langsung bangkit dari sofa tempat ia duduk, dan menatap Gracio dengan tajam.
"Pa, aku udah seribu kali bilang, kalau Ashel itu ngak seperti yang papa bilang!"
Gracio pun ikut bangun dari sofa tersebut dan menarik kerah baju Zee dengan kuat. "Kamu itu susah banget buat nurutin kata papa! Papa nyuruh kamu buat menikah dengan Marsha itu untuk kebahagiaan kamu Zee!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Kita [END]
Chick-LitTentang bagaimana seorang Marsha Lenathea dan Arzhie Adriano Harlan bisa mengubah kata "aku" dan "kamu" didalam kamus hidup mereka menjadi satu kata. Kita.