Selamat pagi, siang, sore, malam, atau kapanpun kalian membaca part ini, dan dimanapun kalian membaca part ini.
Saya hanya ingin mengingatkan. Alangkah baiknya jika kalian meninggalkan jejak disini. Berupa vote dan juga comment.
Okayy, selamat membaca semuanya!
______________________________________________
Zee kembali ke kamarnya dengan perasaan gelisah. Dia mencoba untuk masuk ke alam mimpi, tapi bayangan itu menghantuinya. Dia baru saja mencium Marsha? Ini sungguhan?
Jam menunjukkan pukul 11:20 malam, artinya sudah hampir 3 jam dia mencoba untuk tidur. Zee mengubah posisinya, yang sebelumnya tertidur menghadap kiri, sekarang menjadi duduk. Lalu Zee mengusap wajahnya.
Zee meraih ponselnya, dia memutuskan untuk bermain game online. Satu match telah Zee memangkan, sekarang dia merasa haus. Zee melirik ke arah nakasnya, tidak ada air putih disana.
Terpaksa Zee harus turun ke dapur. Zee menuruni anak tangga satu persatu, berjalan menuju dapur. Zee tidak jadi mengambil air putih, dia malah mengambil susu cokelat yang ada di kulkas, lalu mengambil rokok yang dia beli sekitar satu minggu lalu diatas kulkasnya.
Zee membuka pintu teras belakang rumahnya, yang menghadap langsung kearah halaman belakang dan kolam renang. Dia duduk di teras itu, menikmati sebatang rokok dan susu cokelat, sambil bermain sosmed.
15 menit berlalu, rokok yang Zee hisap sudah habis. Dia beralih mengambil sepuntung rokok yang baru, lalu menyalakannya. Zee bukan tipe perokok yang selalu menghisap rokok setiap harinya, tergantung dari suasana hatinya, ada saatnya dia ingin merokok, ada saatnya dia tidak mau.
Malam ini sangat indah. Bulan purnama utuh menerangi malam ini. Dia menatap langit malam ini, pikirannya melayang tidak pasti, memikirkan apa aja.
"Kak, ngapain malem-malem diluar?"
Tiba-tiba sosok Marsha muncul tanpa sebab. Marsha mengambil tempat duduk disebelah Zee. Ditangannya ada segelas coklat panas, lalu dia memberikannya pada Zee.
"Apa ini?" Tanya Zee.
"Cokelat panas, disini lagi dingin kan? Aku buatin Kak Zee ini biar ngak kedinginan"
Zee meraih gelas itu, lalu meminumnya sedikit.
"Kamu mau?" Ucap Zee menawarkan Marsha.
"Ngak ah, bau rokok pasti rasanya"
Zee melirik kearah rokok yang terselip antara jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu segera mematikan rokok itu.
"Kenapa dimatiin rokoknya?" Tanya Marsha.
"Kamu ngak suka rokok kan?" Zee malah bertanya balik.
"Tapi aku ngak suruh Kak Zee buat matiin rokoknya loh"
Hening sejenak.
"Aku kira Kak Zee bukan perokok" ucap Marsha.
"Aku jarang merokok sebenernya, kalo lagi mau aja"
Marsha mengangguk paham.
"Kamu ngak suka kalo aku merokok?"
Marsha menggeleng. "Aku ngak mau larang kamu, aku ngak ada hak buat larang kamu. Lagi pula harusnya kamu tau yang mana yang baik untuk kamu"
"Kamu maunya aku gimana?"
"Tanpa aku harus jawab, harusnya kamu tau"
Zee terdiam sejenak. Berpikir. Marsha tidak paham dengan Zee, apa perkataannya barusan itu adalah soal yang sulit? Marsha rasa soal UN semasa di bangku sd lebih sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Kita [END]
Literatura FemininaTentang bagaimana seorang Marsha Lenathea dan Arzhie Adriano Harlan bisa mengubah kata "aku" dan "kamu" didalam kamus hidup mereka menjadi satu kata. Kita.