Aku, Kamu, dan Kita [17]

3.6K 257 13
                                    

Pagi ini Zee dan Marsha bangun lebih awal untuk bersiap-siap mengantar Jinan dan Cindy menuju bandara. Marsha memeluk kencang kedua orang tuanya, dan Zee hanya menatap mereka sambil tersenyum menatapnya. Zee berharap dia bisa membangun keluarga kecil yang harmonis seperti keluarga Jinan, bersama Ashel ataupun Marsha kelak.

Setelah mengantar Jinan dan Cindy, Zee mengajak Marsha untuk sarapan terlebih dahulu. Karena hari ini Marsha tidak ada kelas pagi.

Bubur ayam menjadi mufakat dari musyawarah antara Zee dan Marsha.

Zee membukakan pintu mobil untuk Marsha. Lalu memberikan tangannya pada Marsha.

"Ngapain?" Tanya Marsha keheranan.

"Ngak mau gandengan?"

"Dih, najis"

Marsha meninggalkan Zee untuk berjalan menuju bangku yang disediakan di tempat makan ini.

Tempat makan ini adalah salah satu tempat makan favorit Zee. Tempatnya memang bukan tipikal tempat makan yang mewah, hanya tempat makan sederhana yang dikelola oleh satu keluarga. Tempat makan ini berada si salah satu ruko dipinggir Kota Tangerang.

Ada beberapa alasan mengapa Zee menyukai bubur ini. Yang pertama, karena bubur yang dijual memiliki topping yang cukup banyak, lalu kuah kuning bubur ini, menjadi khas dari bubur ini, tak lupa juga kenangan Zee di masa SMA juga ada di tempat ini.

Zee menghampiri Marsha dan duduk disebelah Marsha.

"Kamu udah pesen?" Tanya Zee.

Marsha menggeleng.

"Mas-mas nya belum dateng"

Zee mengerutkan keningnya. "Disini kalo mau pesen, kita yang pesen kedepan sana Sha, mau kamu nunggu sampai sore ngak bakal didatengin"

Zee menarik tangan Marsha untuk ikut menemaninya memesan bubur. Zee menghampiri seorang pria tua yang sedang mengenakan songkok hitam, dan juga celana batik.

"Babeh, apa kabar?" Sapa Zee dengan ramah. Zee mengambil tangan pria itu dan menyaliminya. Disusul dengan Marsha, yang ikut menyalimi Babeh.

"Wahh, Elu Zee, udah lama kagak maen kesini, Alhamdulillah, gue baek. Enih siape nih? Pacar baru?" Tanya pria yang dipanggil Babeh oleh Zee dengan logat betawinya yang kental itu.

Zee terkekeh mendengarnya, lalu menggeleng.

"Bukan pacar Beh, istri saya ini"

Babeh langsung membelalakkan matanya.

"Buset, udah kawin aja lu"

"Ya masa kecil mulu Beh. Saya kan mau punya istri juga"

Mereka semua tertawa disana.

"Oh iya Beh, bubur ayam spesialnya dua porsi ya Beh, saya di meja lima sama istri saya" 

"Sipp, ntar gue anterin, lu duduk aja dulu" suruh Babeh. 

Zee mengangguk, mengajak Marsha untuk kembali menuju meja nomor lima. Zee mengambil tempat duduk disebelah Marsha. Zee mengambil ponselnya dan mulai fokus dengan ponselnya, sedangkan Marsha hanya duduk dan memperhatikan sekitarnya. 

"Tumben" 

"Apa?"

"Sinis banget sih neng, jangan galak-galak gitu dong sayangku"

"Ih, apaan sih Kak! Ngomong tuh yang jelas"

"Hehehe,  maaf ya Macha"

Marsha hanya berdehem menanggapinya.

"Kamu ngak main HP?" 

"Ketinggalan di mobil"

"Mau aku ambilin?"

Aku, Kamu, dan Kita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang