dua puluh sembilan

496 41 86
                                    

Author POV

Di malam yang sedang di selimuti gerimis ini, ada sepasang anak manusia duduk di sebuah sofa kamar hotel. Sejak awal memasuki kamar hotel ini, mereka hanya duduk dan saling diam.

Katrina yang sejatinya suka bicara dan ceria bahkan lebih memilih diam dibanding memulai pembicaraan dengan pria di sebelahnya. Padahal, ada banyak hal yang ingin dia katakan pada Dhanu Mahesa.

Dhanu sendiri, diamnya dia sedang memikirkan banyak hal. Juga sekaligus sedang menahan rasa amarahnya. Sejak pulang dari Supermarket—lebih tepatnya sejak pertemuan mereka di Supermarket sebenarnya dia sudah sangat marah.

"Bukannya aku sudah bilang berkali-kali ke kamu, untuk jangan pergi sama pria bajingan itu?" Mulainya menatap si lawan bicara dengan lekat.

Katrin balik menatap Dhanu. "Aku cuma ngajak Rama nemenin beli buah buat Irfan, Sa. Apa itu salah?"

"Oh, jadi kamu yang pertama ngajak. Romantis banget ya. Kelihatannya kalian cocok."

Napas Katrin semakin naik turun mendengar ucapan kekasihnya. Wanita dengan tinggi badan 160cm ini berdiri di depan Dhanu sambil berkacak pinggang.

"Jangan ngomong sembarangan. Kamu tau sendiri kalo Rama sudah tau hubunganku sama kamu. Dan, sejauh ini dia masih merahasiakan itu dari publik."

"Dan nggak menutup kemungkinan kalo dia mulai tertarik sama kamu." Kompor Dhanu membuat suasana semakin mencekam.

Katrin menghembuskan napas panjang sambil membuang pandangan ke sisi lain.

"Ternyata, punya hubungan sama yang usianya jauh lebih muda dari kita itu melelahkan, ya." Ucapnya lirih.

Giliran Dhanu yang berdiri kali ini. "Kat, kita sudah sepakat untuk nggak ngebahas masalah usia!"

Katrin kembali melihat Dhanu, kali ini dengan tatapan nyalang. "Dan sekarang kamu sendiri yang bikin aku harus bahas masalah usia, Sa! Tapi emang kenyataannya usia kita beda jauh kok. Lima tahun. Jauh banget, kan?"

"Kat, stop! Oke, aku minta maaf. Aku minta maaf sudah kekanakan. Maaf, oke?"

"Apa harus kayak gini dulu biar kamu mau ngertiin aku, Sa?"

Bukan jawaban yang pria itu berikan, Dhanu justru memeluk Katrin. "Maaf." Lirihnya.

"Aku selalu memaafkan kamu, aku selalu memaklumi kamu kok." Balas Katrin sambil menghapus air mata yang terus bercucuran. Entah karena efek lelah atau karena memang kemarahan Dhanu sedikit berbeda kali ini, yang jelas Katrin ingin menangis.

Melepas pelukan, Dhanu menghapus air mata kekasihnya sambil bicara. "Aku marah begitu karena takut kehilangan kamu, Kat. Aku—takut Rama tertarik sama kamu."

"Rama nggak sebrengsek kamu yang macarin istri orang padahal sendirinya sudah punya istri, Sa."

"Oh, jadi menurutmu aku ini brengsek?"

"Memangnya kamu nggak ngerasa?"

Sekarang mereka sedang berdiri di jendela kaca besar dengan pemandangan jalan raya perkotaan. Dengan posisi Dhanu memeluk mesra kekasihnya dari belakang. Mereka seolah melupakan pasangan masing-masing.

"Kalo aku brengsek, terus kamu apa?"

"Eum... kita sama-sama brengsek sih sebenarnya."

Dhanu terkekeh kecil mendengar jawaban jujur Katrin. Dia mengecup berkali-kali puncak kepala wanita itu.

"Sa?"

"Hemm?"

"Apa kamu melakukan apa yang beberapa waktu lalu aku katakan?"

All About Me and Him!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang