02

11.4K 1K 49
                                    


by sirhayani

part of zhkansas

...

Kaisar adalah saudara tiri yang aku maksud.

Itulah kenyataan yang selalu aku sembunyikan dari teman-temanku. Bukan karena aku yang ingin menyembunyikannya, tetapi sejak kecil Kaisar tak pernah menganggapku sebagai saudaranya.

Meski kami satu TK, SD, SMP, bahkan SMA, tetapi kami seolah-olah tak saling kenal di sekolah. Dia selalu memberi peringatan setiap kali kami mulai memasuki tingkatan sekolah baru agar tidak memunculkan diri di hadapannya dan agar tak sok kenal dengannya.

Dia membenciku dan juga membenci Mama karena kami berdua tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya disaat dia tak menerima orang asing. Walau sikapnya pada Mama sudah melunak karena dibesarkan sejak kecil, tetapi itu tak berlaku padaku.

Toh, kami memang tak dekat.

"Habis dari mana?" Dia bertanya lagi.

"Ah, rumah temen." Kutatap matanya dengan canggung. "Mama mana?" tanyaku, basa-basi.

"Di dalam."

Aku baru ingin melangkah, tetapi dia berdiri dan mendekat. "Tadi siapa?"

Aku mengernyit. "Driver online...?"

Aku berdiri kaku. Tangannya terulur, melewati bahuku begitu saja. Suara pintu ditutup rapat, lalu suara kunci yang hanya hanya mengisi ruangan ini. Aku meneguk ludah. Aku pikir dia akan melakukan sesuatu....

Misalnya, memukulku tiba-tiba. Mengingat apa yang telah aku lakukan di sekolah.

Dia lalu pergi tanpa meninggalkan kata-kata.

Hah.... Aku menghela napas panjang setelah dia tak terlihat. Untunglah dia tak membahas perihal apa yang terjadi di sekolah. Kuhempaskan tubuhku ke sofa sembari membuka sepatu dengan ujung sepatu dan juga kaki. Aku berbaring di sana sambil menghela napas panjang.

Aku yakin barusan dia sengaja menjulurkan tangan tiba-tiba seolah akan melukaiku. Padahal dia cukup menyuruhku untuk menyingkir atau langsung saja menyuruhku untuk menutup dan menguncinya.

Aku menyukainya. Aku yakin perasaanku hanya sebatas karena dia tampan. Itu bukanlah sebuah perasaan tulus, kan? Bukan definisi cinta yang pernah aku baca di internet.

Meskipun kami tidak sedarah, tetapi aku merasa berdosa.

Kapan aku menyukainya? Apakah saat dia berkali-kali mengatakan bahwa tak akan pernah menganggapku suadara dan membuatku tanpa sadar melihatnya bukan suadara juga?

Kaisar nyaris tak pernah berbicara denganku. Kalaupun ada hal mendesak, maka itu hanyalah peringatan-peringatan. Apa yang aku tahu selama ini adalah hubungan kami canggung. Namun, saat aku SMP, Mama bercerita tentang masa kecilku dengan Kaisar yang sebagian besar sudah aku lupakan.

Mama bilang, saat awal-awal aku dan Mama menjadi bagian keluarga Papa dan Kaisar, aku selalu mendekati Kaisar dengan ceria dan menganggapnya sebagai kakakku.

Aku tak tahu bagaimana akhirnya aku tak lagi mendekatinya. Hari-hari yang aku ingat hanyalah berusaha untuk menghindar dari hadapan Kaisar—selain saat waktu makan—karena terus terbayang ancamannya.

"Bersikap baik kepada siapa pun yang kamu temui pertama kali, maka hidupmu akan lebih baik." Mama selalu bilang seperti itu dan aku selalu menerapkannya kepada orang-orang yang aku temui. Bersikap baik. Bersikap ramah. Aku merasa hidupku memang berjalan baik.

Time ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang