by sirhayani
part of zhkansas
...
"Heiii, lo kenapa sih dari tadi gigit jari mulu?" Denallie mengomel dan menarik pergelangan tanganku.
Ah, aku tak sadar menggigit kuku. Bagaimana aku bisa tenang jika masih memikirkan kejadian siang tadi?
"Ya ampun lo gugup banget apa?" tanya Dena, bertopang dagu sambil memandangku dari samping.
Hah.... Andai aku bisa mencurahkan hatiku pada Dena tentang hal memalukan apa yang telah terjadi.
Kaisar pasti membuang pandangan karena tak pernah melihatku menggunakan tank top sebelumnya, bukan karena hal lain. Tak ada yang bisa dia lihat juga. Punyaku masih kecil karena masih tahap pertumbuhan, jadi tak ada tonjolan maupun belahan dada yang membuatnya salah fokus. Lagipula tanktop yang aku pakai berwarna hitam. Apa yang terbuka hanyalah kedua bahuku, tulang selangka, dan juga leher.
Ck, tapi tetap saja aku tidak tenang. Kenapa aku gelisah, sih? Toh, aku tidak telanjang.
"Tiaraaa! Berhenti gigit kuku!"
"Siap." Aku menaruh kedua tanganku di atas meja.
Fokus. Fokus. Sebentar lagi calon pacarku datang. Semoga kali ini tidak berakhir sama seperti cowok-cowok lainnya.
Aku dan Dena datang lebih awal karena Dena peduli padaku yang ingin menyiapkan diri. Kak Juno dan teman Kak Juno yang belum aku ketahui siapa namanya akan datang bersama.
"Ivy udah di depan. Katanya papasan bareng Kak Juno dan temennya," kata Dena, mengalihkan perhatiannya dari ponselnya dan melihat ke dinding kaca.
Lokasi pertemuan kami di sebuah kafe dalam ruangan yang dipesan khusus oleh para cowok. Aku sedang berusaha kalem sekarang. Perlahan-lahan wajah teman Kak Juno terlihat dari jauh.
Ivy dan Varen melangkah beriringan. Di belakangnya ada dua cowok yang berbincang dan salah satu di antara mereka adalah Kak Juno. Dan satunya lagi, sudah dapat dipastikan dialah cowok yang akan menjadi pasangan kencan butaku.
"Omg," gumam Dena, aku yakin dia terpana melihat ketampanan cowok di samping pacarnya. Ekspresi Ivy juga aneh.
Hoho. Mata keranjang mereka aktif bahkan di depan pacar masing-masing.
Pintu kaca itu dibuka oleh Varen. Ivy senyum-senyum sendiri sambil melirikku dan Dena bergantian, memberi kode akan sesuatu yang menakjubkan di belakang mereka.
"Hai, agak telat, ya?" tanya Kak Juno pada Dena.
"Nggak kok, Yang," balas Dena sembari mengulurkan tangannya.
Aku terdiam ketika bertatap mata dengan cowok di samping Kak Juno itu. Aku gugup! Dia tampan, tinggi, wangi, dan yang paling penting cowok itu murah senyum.
"Hai?" sapanya sembari mengulurkan tangan sebelum duduk di hadapanku. "Nama gue Sarkara."
Aku tersenyum kecil. "Gue Tiara. Kelas dua belas, ya, Kak?"
"Iya, bener. Teman kelas Juno." Kak Sarkara lalu duduk berhadapan denganku. Semua sudah duduk di tempat masing-masing dan Kak Sarkara kemudian memperkenalkan dirinya pada yang lain. Pun sebaliknya.
Untung saja tanganku tidak gemetaran. Aku yakin sudah berusaha bersikap anggun dan berwibawa. Dena dan Ivy pasti sedang berusaha untuk setia sekarang. Aku melihat bagaimana mata mereka memandangi Kak Sarkara pertama kali; tatapan jatuh cinta di pandangan pertama. Seperti apa yang aku alami. Di situlah kesetiaan mereka diuji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Paradox
Teen FictionSELESAI ✔️ Aku memejamkan mata. Ingatan samar kembali muncul. Kegelapan dan sesuatu seperti petir muncul di mana-mana. Hawa panas, rasa takut, tangisan pilu yang terus memanggil-manggil papa. Rasa terbakar di kaki yang bekasnya sampai sekarang. Inga...