by sirhayani
part of zhkansas
...
Aku menjauhkan wajahku dari sentuhan tangannya dengan hati-hati.
Hanya laki-laki itu lah satu-satunya yang berada di ruangan ini. Aku tak tahu bagaimana keadaan di luar sana. Hal yang bisa aku lakukan adalah tetap berusaha tenang dan mengamati keadaan sekitar yang benar-benar asing dan aneh meskipun aku merasakan ketakutan yang luar biasa.
Daripada aku memberontak dan hanya akan membuang-buang tenaga, lebih baik aku tetap tenang sambil mempelajari apa yang sebenarnya terjadi padaku.
Tak ada siapa pun yang bisa aku percayai di tempat asing ini. Ini terlalu nyata untuk aku katakan sebagai sebuah mimpi yang aneh.
"Saya River," kata laki-laki itu. "Orang yang selalu mengamati kamu di tabung itu selama tiga tahun."
Aku masih saja terkejut karena suaranya membuatku membayangkan bahwa yang baru saja bicara adalah Kaisar versi dewasa. Suara mereka mirip. Aku berharap tudak sendirian dan dia memanglah Kaisar, tetapi wajah mereka berbeda jauh. Laki-laki bernama River itu jelas adalah orang lain.
Kuteliti wajahnya dengan penuh kehati-hatian. Di wajahnya tak ada ekspresi yang bisa aku baca, tapi matanya seolah menjelaskan dia memiliki sebuah rencana.
"Pak Ri ... River?" tanyaku dengan suara pelan dan gemetar. Aku benar-benar takut, tetapi tak bisa berbuat banyak. Dia tak setua itu untuk aku sebut Pak. Sepertinya dia belum berumur 30 tahun, tetapi aku tetap harus menghargainya sebagai orang yang jauh lebih tua dariku. "Saya tiga tahun... di tabung i—ini?"
Dia terdiam sebentar. "Lebih tepatnya, empat tahun. Satu tahun pertama yang mengawasi kamu adalah kakak saya yang sudah mati."
Dia begitu tenang saat mengucap kata mati. Tak ada kesedihan sama sekali di matanya padahal baru saja dia mengatakan bahwa kakaknya telah meninggal.
"Tiga tahun sisanya yang mengawasi kamu adalah saya." Dia berjalan ke sebuah meja berwarna putih dan bersandar di sana sambil menatapku lekat-lekat. "Kamu seperti terjebak di antara ruang dan waktu. Antara ada dan tidak ada. Sepertinya efek samping dari kerusakan mesin waktu yang pernah kamu gunakan."
Aku menggeleng tak mengerti. Lidahku kelu. Aku tak sanggup berkata-kata.
"Kamu bisa segera keluar dari sana dan coba berjalan, lalu apa yang kamu rasakan?" tanyanya.
Ini membuatku frustrasi, tetapi tak ada yang bisa aku lakukan selain mengikuti apa yang dia katakan. Aku keluar dari tabung itu dan merasa biasa saja. "Biasa aja."
Dia terdiam menatap tepat ke mataku. Aku segera memalingkan wajah dan mencengkeram ujung baju yang aku gunakan. Kenapa aku mengalami kondisi yang begitu aneh dan asing? Aku ingin pulang. Aku ingin kembali ke tempat aku berdiri dan bertemu Ivy dan Dena. Aku harap ini hanyalah salah satu mimpi anehku.
Ah, bagaimana pun aku berharap, logikaku sudah menjawab bahwa apa yang aku alami sekarang adalah nyata. Semua terasa nyata. Semua inderaku berjalan dengan baik. Aku benci kenyataan ini.
Kuedarkan pandanganku ke sekitar dan menatap sebuah nama. Profesor River Arche. Dia ... seorang profesor?
Gerakan laki-laki itu membuatku langsung memusatkan perhatianku padanya dengan waspada. Dia melakukan sesuatu di mejanya dan sebuah dinding putih tak jauh dariku terbuka. Terlihat dinding kaca tebal di baliknya yang memperlihatkan suasana di luar tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Paradox
Teen FictionSELESAI ✔️ Aku memejamkan mata. Ingatan samar kembali muncul. Kegelapan dan sesuatu seperti petir muncul di mana-mana. Hawa panas, rasa takut, tangisan pilu yang terus memanggil-manggil papa. Rasa terbakar di kaki yang bekasnya sampai sekarang. Inga...