by sirhayani
part of zhkansas
...
Aku seperti baru saja menaiki wahana yang memacu adrenalin. Kulepaskan pelukanku pada Kaisar setibanya di parkiran siswa, lalu turun dengan lunglai. Kaisar menyusul turun dari motornya dan segera membuka helm. Aku melakukan hal yang sama dan menaruh helm ini di atas jok penumpang.
"Gamau anterin gue ke kelas?" tanyaku pada Kaisar ketika dia mulai melangkah tanpa meninggalkan kata-kata. Aku mengikutinya dari belakang. "Kaisar?"
Dia tak mengatakan apa-apa. Tak apa. Aku sudah tak sabar waktu istirahat tiba dan membawakannya bekal.
Pandangan siswa-siswi lain tak lepas dari kami. Aku memang menyadari tatapan-tatapan heran itu saat motor Kaisar bahkan belum melewati gerbang sekolah. Segera kulangkahkan kakiku ke koridor yang berbeda dengan Kaisar karena kelas kami yang memang tak searah.
Pacar Kaisar selalu terdengar di sepanjang jalan. Rumor memang bisa menyebar secepat ini. Apa respons Papa dan Mama jika rumor aneh ini sampai ke telinga mereka?
"Lo nggak angkat telepon dari gue sialan!" Dena menyapaku dengan makian di dalam kelas.
"Habis lo berisik. Nelepon mulu padahal udah tengah malem," kataku heran. Kuhampiri kursiku dan duduk di sana. "Ivy telat lagi?"
"Iya, tahu tuh anak satu." Dena duduk di sampingku dan mencerocos. "Astaga gue masih nggak nyangka. Sampe gue nggak bisa tidur karena hubungan lo dan Kaisar. Lo punya utang cerita sama gue!"
Aku menaruh wajahku di atas kedua tangan yang terlipat di atas meja. Sementara Dea terus mengatakan hal yang sama sampai akhirnya dia menerima panggilan telepon dari seseorang.
"Eh, Ivy nelepon. Halo? Hah? Jemput lo? Oke, oke," kata Dena dengan cepat, lalu kurasakan tanganku ditarik paksa olehnya. "Ayooo, jemput Ivy di luar."
"Enggaaak mau!" rengekku.
"Iya aja deh pacar Kaisar," ejek Dena. Aku menegakkan punggung dan melihatnya keluar dari kelas.
Dia pasti diajak Ivy untuk mengemil di kantin. Aku juga sebenarnya ingin ikut, tapi saat ini isi pikiranku kusut setelah tiba-tiba merenung beberapa saat lalu. Aku memikirkan hubunganku dengan Kaisar dan merasakan perasaan aneh di hatiku. Perasaan yang aku rasakan ini, apakah perasaan kepada saudara ataukah dari perempuan kepada seorang laki-laki?
Belum lama sejak terakhir kali aku melihat Kaisar sebagai cowok yang aku sukai atau aku kagumi, tetapi beberapa hari ini aku telah berpikir bahwa selama ini aku salah mengartikan perasaanku padanya. Entah mana yang benar. Aku begitu denial atau entah karena aku memang tak bisa membedakan perasaanku yang sesungguhnya pada Kaisar.
Aku memang berusaha ceria di hadapannya. Bertingkah seperti seorang adik menyebalkan layaknya kebanyakan adik lainnya. Namun, perasaanku jadi aneh setelah tingkah sok dekatku pada Kaisar telah berakhir. Aku tak bisa mendeskripsikan apa yang aku rasakan sekarang. Aku tidak punya saudara asli sehingga aku tidak bisa membandingkan apa yang aku rasakan pada Kaisar.
Kupandangi kedua tangan yang telah memeluk Kaisar di sepanjang perjalanan itu. Jantungku tak nyaman. Kenapa baru sekarang? Apakah karena aku berakting sebagai adiknya? Semua kontradiksi ini membuatku merasa lama-lama akan menjadi gila. Aku harus punya tujuan yang jelas. Tujuanku kan sudah jelas, yaitu agar Kaisar menganggapku sebagai saudaranya. Dianggap saudara oleh Kaisar jauh lebih baik dibanding aku mengutarakan perasaan suka kepadanya sebagai perempuan. Mengingat hubungan kami selama belasan tahun ini adalah saudara.
![](https://img.wattpad.com/cover/209387089-288-k350349.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Paradox
Teen FictionSELESAI ✔️ Aku memejamkan mata. Ingatan samar kembali muncul. Kegelapan dan sesuatu seperti petir muncul di mana-mana. Hawa panas, rasa takut, tangisan pilu yang terus memanggil-manggil papa. Rasa terbakar di kaki yang bekasnya sampai sekarang. Inga...