16

7.2K 935 61
                                    

by sirhayani

part of zhkansas

...

"Kaisar tiba-tiba gendong aku, Ma!" Aku memukul lengan Kaisar keras dan akhirnya dia menurunkanku. "Katanya aku ketiduran di kamarnya, terus mau bawa aku balik ke kamar aku, tapi dia nggak mau nurunin aku."

Aku jujur apa adanya. Kulirik Kaisar yang memelototiku. "Jadinya aku iseng juga manggil Kaisar sayang."

Mama tersenyum. Tangannya bergerak, isyarat memanggil. "Kalian berdua ayo ikut Mama kalau nggak ada kerjaan."

"Mau apa, Ma?" Aku menghampiri Mama dan memeluk lengannya. "Mama baru pulang kayaknya?"

"Tadi Mama keluar sekalian singgah ke supermarket beli bahan-bahan kue. Bantuin Mama buat biar cepet."

"Mau bikin bolu apa, Ma?"

"Bolu kukus mau?"

"Oke! Udah lama nggak makan bolu kukus." Aku menoleh pada Kaisar saat kakiku sudah menuruni anak tangga satu per satu. "Nggak mau ikut?"

Dia tak menjawab, tetapi langsung berjalan sesaat setelah aku bertanya. Aku semakin dibuat takjub olehnya. Dia benar-benar ingin membuat kue bersama kami? Bagus, lah. Momen kebersamaanku dan Kaisar jadi bertambah.

Ketika kami tiba di dapur, Mama mulai mengeluarkan bahan-bahan yang baru Mama dibeli. Aku ke lemari gantung, berniat mengambil beberapa mangkuk untuk wadah bahan-bahan yang akan ditakar. Kubuka lemari gantung dan melihat set mangkuk yang aku cari ada di rak paling atas. Biasanya aku memakai kursi mengambilnya, tetapi aku langsung menatap Kaisar yang sedang menganggur.

Aku bahkan belum berseru, tetapi dia langsung berjalan ke arahku dan mengarahkan tangannya ke rak paling atas ketika berhenti tepat di sampingku. Dia ternyata peka juga.

"Berapa?" tanyanya.

"Ambil lima yang kecil, satu sedang, satu besar," kataku, menengadahkan tangan.

Kaisar mengoper mangkuk-mangkul kecil padaku, lalu dia memegang mangkuk besar dan sedang yang langsung dibawanya ke meja. Mama mulai menakar bahan satu per satu. Kutarik lengan Kaisar menuju wastafel dan menyalakan keran air.

"Cuci tangan dulu," kataku sambil menuntun tangannya ke air yang mengalir.

"Gue bisa sendiri," katanya, dingin.

"Pakai ini." Aku menunjuk sabun khusus pencuci tangan. Dia langsung menyemprotkan sabun ke tangannya dan mulai membersihkan tangannya itu.

Setelah mengelap tangan dengan kain bersih, kami kembali ke meja. Mama sedang menakar bahan-bahan dan memasukkannya ke dalam mangkuk. Sebenarnya pekerjaan ini tak membutuhkan banyak tangan. Kaisar lebih banyak menganggur dan hanya menonton aku dan Mama. Semua bahan dimasukkan ke dalam mangkuk besar dan mesin mixer yang lebih banyak bekerja.

"Kaisar, tolong siapin panci buat kukus kue nanti," kata Mama dan Kaisar segera mencari alat tanpa bertanya yang mana.

Aku mencolek adonan yang sudah menyatu sempurna dan memasukkannya ke dalam mulutku. Rasanya mentah, tapi enak! Mama langsung memelotiku tanpa bisa menghalangi keinginanku karena makanan belum jadi itu sudah terlanjur masuk ke dalam mulutku.

"Tiaraaa, ya ampun kamu ini!" seru Mama dengan suara rendah. "Nanti perut kamu bermasalah, loh."

Aku cengengesan dan ke wastafel untuk mencuci tangan. Kaisar memandangku dengan ekspresi yang tak bisa kumengerti. Apa yang ada di pikirannya? Dia langsung berpaling setelah mengembuskan napas pelan.

Time ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang