19

6.5K 733 22
                                    

by sirhayani

part of zhkansas

...

"Kaisar!" seruku dengan suara aneh seolah pita suaraku terjepit oleh sesuatu. "Lo ngpain, siiih?"

"Meluk lo," bisiknya lagi.

"Lo gila, ya."

"Haha." Dia tertawa, membuat mataku membelalak. Pelukannya yang hampir membunuhku itu kini mengendur perlahan. "Selesai."

Aku langsung bangkit dan berlari ke belakang sofa yang dia duduki. "Lo ngapain, sih, barusan?" Ah! Aku tahu yang dia lakukan adalah memelukku, tetapi kenapa ... dia tiba-tiba aneh.

"Lo nggak enak dipeluk," katanya sambil mengambil novelku yang masih tergeletak di lantai. "Katanya meluk cewek itu bikin nyaman. Makanya gue coba."

Alasan yang aneh.... Aku merampas novelku dari belakang. "Jangan coba-coba lagi."

Dia menoleh padaku, menaikkan alisnya sambil memasang ekspresi pura-pura polos. "Kenapa?"

Ck. Dia malah bertanya kenapa? Apa dia tak merasa aneh? Entah, lah. Aku kesal padanya. Kutarik kursi belajarnya ke dekat jendela, lalu duduk di kursi dan melanjutkan bacaanku.

"Tiara?" Suara Mama! Mama memanggilku dari luar. Hujan di luar sana membuat tak mendengar suara mobil.

"Mama Papa udah pulang?" tanyaku dengan suara keras sambil berdiri. Tak lupa menjitak kepala Kaisar saat melewati cowok itu yang sedang asyik dengan televisi yang baru saja dia nyalakan.

"Kamu di sini...?" Mama berdiri di depan sambil menatapku.

"Mama baru pulang banget, ya?" Kupeluk Mama dengan erat. "Kangen."

"Mama juga kangen banget, ish, gemes!" seru Mama sambil membalas pelukanku jauh lebih erat.

Kudongakkan kepalaku untuk menatap sepasang mata Mama yang berwarna coklat gelap. "Terus Papa mana?"

"Di kamar." Mama mendorongku pelan dan menarikku pergi dari sana. "Ayo."

Aku mengangguk. Kupeluk lengan Mama sambil menyandarkan kepalaku di sana. Aku berhenti di depan pintu kamarku dan menoleh ke kamar Kaisar ketika mendengar langkah kaki.

"Ikut Papa sekarang." Itu suara Papa yang berasal dari kamar Kaisar.

"PAPA!" seruku. Ketika aku ingin berlari kembali ke kamar Kaisar, Mama menahan tanganku. Papa keluar dari kamar Kaisar dan tersenyum. Kaisar ikut di belakangnya tanpa menoleh padaku sedikitpun.

"Ayo!" seru Mama sambil membuka pintu dan menarikku memasuki kamar. Aku masih berusaha melihat Papa dan Kaisar. Mereka memasuki ruang kerja Papa dan pintu itu kemudian ditutup rapat.

"Tumben Papa...." Aku tidak meneruskan kata-kataku karena bingung juga ingin mengatakan apa. Kuhampiri Mama yang baru saja duduk di tepi tempat tidur. Mama menggapai tanganku sambil menatap mataku dengan serius.

"Kamu sering, ya, main di kamar, Kaisar?" tanya Mama, membuatku langsung membisu.

Ada apa tiba-tiba? Bukannya selama ini Mama tahu bahwa aku memang sering bermain di kamar Kaisar?

"Tiara sayang, walaupun kalian saudara, tapi kalian sudah sama-sama gede. Kamar bukan tempat yang baik untuk main."

"Hah? Memangnya ... kenapa?"

"Apa kamu nggak merasa aneh?"

Aku terdiam sesaat, lalu mengangguk dengan ragu. Aku tahu arah pembahasan Mama, tetapi entah kenapa sikapku merespons seolah-olah aku anak polos yang tak tahu apa-apa. Apa aku terlalu terkejut karena nasihat yang tiba-tiba dari Mama?

Time ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang