14

7K 956 53
                                    

"Tada!" Aku menyatukan tanganku setelah menaruh tas bekal yang rencananya akan aku bawa ke taman. Dena dan Ivy melotot, memperhatikan perhatian berlebihanku pada Kaisar.

"Gue nggak nyangka lo tipe yang bucin parah!" seru Ivy.

"Hei, memangnya bawain pacar bekal itu bucinnya udah tingkat parah? Biasa aja kali," balasku heran.

"Jadi, lo sekarang mau ke taman?" tanya Dena dan aku langsung mengangguk. Kedua jempolnya terangkat. Dia mengedipkan mata dengan centil. "Ah, walaupun kita nggak makan bareng, tapi gue dukung lo seratus tiga persen!"

"Gue boleh pergi, nih?" tanyaku, menatap mereka curiga. Ekspresi mereka tergambar jelas di wajah. "Nggak akan ikutin gue, kan? Awas ya kalau ganggu."

"Iya, iya." Bahu Dena terkulai lemas. "Ngintip dari jauh boleh?"

"Nggak boleh. Gue nggak akan ngomong sama kalian selama tiga hari!" seruku, lalu berdiri memeluk kotak bekal. "Bye, ya!"

"Makan di kantin ajaaa!" seru Dena, memelas.

"Enggak!" Aku segera kabur dari hadapan mereka menuju taman yang merupakan tempat paling strategis untuk bertemu Kaisar. Kuambil ponselku dan mulai mengirimkan pesan kepadanya.

Ini adalah pesan pertamaku padanya lewat ponsel seumur hidup. Aku tak berharap Kaisar membalas pesanku. Syukur jika Kaisar membacanya. Jika mungkin saja Kaisar akan mengabaikan pesanku, maka terpaksa aku akan sedikit mengusili cowok itu.

BangKai

Alo kak

Ketemuan di taman yuk?

Buat apa?

"Eh?" Aku sampai berhenti karena terkejut. Dia membalas pesanku secepat itu. Pasti dia kebetulan memegang ponselnya.

BangKai

Gue bawain lo bekal hehe. Buat gue juga sih

Makan bareng yuk! Dimakan ya

Soalnya gue susah payah buatnya nih :(

Tapi kalau gamau yaudah

Entar gue titip ke kak davi deh

Aku menghela napas panjang. Satu menit terlewat dia tak juga membalas pesanku sampai akhirnya aku tiba di taman dan terkejut melihat Kaisar berdiri seperti mencari-cari seseorang. Ketika mendapatiku berdiri menatapnya, dia langsung memasang tampang kesal.

"Lo dari mana aja?" tanyanya, menusuk. Berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang kesal.

"Kelas?" balasku, masih loading. "Ngapain lo di sini?"

"Katanya lo bawain gue bekal?"

"Sebelum gue chat, lo memang udah di taman?"

"Nggak."

"Terus di mana?"

"Kantin."

"Jadi, lo lari ke sini?"

Kaisar hanya menatapku tanpa mengatakan apa-apa. Waduh, aku terlalu banyak tanya sampai memancing amarahnya.

"Hehe, jadi tuh tadi gue chat lo sambil jalan ke sini. Kaki lo lebar banget, ya?" Kulirik beberapa orang sekitar yang juga ada di taman ini. Mereka menatap kami dengan penasaran. Sepertinya, mereka berpikir aku dan Kaisar sedang bertengkar. Kulangkahkan kakiku ke arah Kaisar dan langsung memeluk lengannya sembari menuntunnya ke meja dan bangku taman terdekat yang masih kosong.

Time ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang