by sirhayani
part of zhkansas
...
Sepertinya, misi balas dendam itu menguras tenagaku. Aura negatif juga mengikutiku ke mana-mana.
Itu melelahkan. Pantas saja Mama selalu membiasakanku untuk selalu menebarkan kebaikan dan hal-hal yang bersifat positif.
Lupakan tentang balas dendam itu. Semua hanya akan menjadi buang-buang waktu dan menguras tenaga. Lebih baik aku melakukan semuanya dengan tulus. Pada dasarnya aku memang ingin dekat dengan Kaisar. Peringatan Kaisar lah yang membuatku menjaga jarak darinya hingga timbul rasa segan selama bertahun-tahun sementara pada dasarnya aku ingin dekat dengannya.
Kugoreskan penaku di sebuah kertas kosong halaman belakang buku catatan Matematika.
di rumah: jadi adik yang imut dan perhatian.
di sekolah: jadi fans berat.
Dua kepriadian yang bertolak belakang. Ini menarik! Lagipula, sejak dulu aku kan tidak tahu bagaimana rasanya punya saudara. Aku ingin jadi diriku sendiri, yaitu menjadi adik yang imut dan perhatian. Hehe. Aku memang imut dan perhatian, kok.
Karena aku menghargai keputusan Kaisar untuk tidak memberitahukan kepada siapa pun bahwa kami bersaudara, maka aku tidak akan melakukan itu. Aku juga hanya akan rugi jika orang-orang tahu bahwa kami bersaudara. Para cewek akan mendekatiku hanya untuk bertanya segala hal tentang Kaisar dan bersikap baik padaku dengan tidak tulus. Belum lagi aku akan menghadapi Denallie dan Ivy. Membayangkannya saja sudah mengerikan.
Di sekolah ini, aku akan menjadi pengagum berat Kaisar. Jika dulu dia tak tahu aku menganguminya sebagai seorang pemain basket yang hebat, maka kali ini aku akan menjadi pengagumnya secara terang-terangan.
Di depannya langsung? Siapa takut.
Keinginan untuk balas dendam kemarin ternyata tak berlangsung lama. Sepertinya karena yang aku rasakan kemarin adalah kekesalan yang memang akan hilang dengan sendirinya.
"TIARA!"
Aku yang sedang berguling-guling malas di lantai kelas yang sudah kubersihkan jadi terganggu oleh teriakan duo maut itu. Dena dan Ivy melangkah ke arahku, lalu keduanya menarik masing-masing tanganku agar berdiri dari rebahan yang menyenangkan ini.
"Ayo!" Dena memeluk tubuhku yang seperti belut. "Ayo, kita triple date."
Aku langsung berdiri. "Date? Triple? Di antara kita bertiga, gue nggak punya cowok, loh."
"Maka dari itu!" Denallie menggenggam kedua tanganku. "Gue udah ngomongin ini ke Kak Juno. Kak Juno punya temen yang lagi pengin kenalan sama cewek juga dan Kak Juno cerita tentang lo ke cowok itu. Terus dia tertarik, deh. Pengin ketemu sekalian triple date!"
Ivy mengangguk. "Mana tahu lo cocok. Kan kenalan dulu gitu. Enak tahu pacaran sama cowok beda sekolah. Di sekolah ini gue bisa selingkuh sama kalian berdua."
"Ganteng, loh," kata Dena, membuat telingaku rasanya bergerak. "Katanya dia juga tipe yang setia gitu. Gue yakin dia bakalan kepincut sama lo."
Aku juga ingin punya pacar....
Akan tetapi, apa definisi dari triple date? Bukankah kencan untuk tiga pasangan? Aku kan tidak punya pasangan di sini. Double date dan satu pasangan kencan buta?
Kencan buta! Itu terdengar menyenangkan. "Kapan?" tanyaku penuh harap.
"Malam ini juga!" seru Ivy. "Kita nggak pulang sampai larut malam, kok. Tenang aja. Nyokap lo pasti ngizinin. Kalau nggak, biar gue ke rumah lo dan jemput—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Paradox
Teen FictionSELESAI ✔️ Aku memejamkan mata. Ingatan samar kembali muncul. Kegelapan dan sesuatu seperti petir muncul di mana-mana. Hawa panas, rasa takut, tangisan pilu yang terus memanggil-manggil papa. Rasa terbakar di kaki yang bekasnya sampai sekarang. Inga...