by sirhayani
part of zhkansas
...
Aku membuka mataku perlahan, lalu membelalak saat melihat baju seseorang yang pertama kali aku pandangi. Ingatanku langsung memperlihatkan momen semalam, yaitu ketika Kaisar memelukku cukup lama karena aku terus menangis tanpa henti. Aku tak ingat apa pun setelah Kaisar membaringkanku di tempat tidur tanpa melepas pelukannya yang membuatku merasa aman.
Sepertinya, aku tertidur nyenyak bahkan tak lagi memimpikan apa pun. Perlahan-lahan aku bangkit. Kupegang kepalaku yang sedikit pusing sembari melihat jendela kamar Kaisar yang gordennya tak tertutup. Di luar sana masih gelap. Kaisar juga tak bangun meski aku beberapa saat lalu menyingkir dari pelukannya yang membuatku nyaman.
Kutolehkan wajahku ke samping untuk melihat Kaisar. Aku merasa canggung melihat Kaisar tertidur di ranjang yang sama denganku. Tentu saja aku merasa gugup, tetapi aku berusaha untuk bersikap biasa saja seolah terbangun dalam pelukan Kaisar bukanlah sesuatu yang spesial padahal kenyataan berkata sebaliknya.
Kupandangi jam dinding yang menunjukkan pukul empat subuh. Sepertinya, sudah seharusnya aku kembali ke kamarku. Aku turun dari tempat tidur Kaisar dengan hati-hati, lalu berhenti di depan pintu dan membuka kunci dengan berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Namun, tetap saja bunyi kunci yang diputar ini menimbulkan suara yang cukup keras di tengah-tengah keheningan ini.
Setelah berhasil membuka pintu, bahkan aku baru melangkah satu kali, tetapi aku berhenti mendadak ketika melihat om Kaisar baru saja akan turun anak tangga.
Kamar tamu berada di lantai 1, tetapi kenapa dia ada di sini?
Pertanyaan yang muncul sepintas di benakku itu tergeser oleh pikiranku tentang om Kaisar yang mungkin saja akan berpikir macam-macam tentangku yang baru saja keluar dari kamar Kaisar. Apalagi wajah bantal dan rambutku yang kusut karena baru bangun.
Laki-laki itu menatapku dengan penuh tanda tanya. Ketika dia ingin mengatakan sesuatu, Kaisar bersuara dan membuatnya kembali mengatupkan bibir.
"Kenapa?" tanya Kaisar di belakangku dengan suaranya yang serak.
Aku terkejut ketika tangan Kaisar sudah menarik perutku ke belakang.
"Di kamar gue aja," katanya lagi, yang membuatku semakin terdiam dan jantungku berdegup kencang.
Mungkin karena aku tidak mau dipandang buruk telah melakukan hal-hal aneh bersama Kaisar sekalipun itu om Kaisar yang menyebalkan. Kupegang tangan Kaisar dan perlahan aku berusaha melepasnya, tetapi cowok ini malah makin mempererat pelukannya.
Om Kaisar melihat Kaisar dengan sok bersahabat. Tetap saja dia terlihat seperti rubah. "Padahal udah sama-sama gede, tapi masih tidur bareng?"
"Terus kenapa?" tanya Kaisar pada omnya. Kaisar menarikku hingga aku berjalan mundur, lalu Kaisar menutup pintu dan menguncinya lagi. "Lo mau ke mana?"
"Mau ke kamar gue, lah!" bisikku sambil menjauh dari Kaisar.
"Di sini aja," katanya sambil berjalan ke sofa, lalu duduk di sana. Dia masih mengantuk. Matanya masih terlihat berat, tetapi dia tetap berusaha untuk memandangku. "Untuk sekarang di kamar gue aja. Gue lupa ngunci pintu kamar lo semalam. Mana tahu dia pasang kamera tersembunyi. Harus gue pastiin dulu kamar lo aman."
Aku menghela napas panjang. "Lo terlalu paranoid. Buat apa juga sih dia naroh kamera tersembunyi? Ngintipin gue? Nggak ada yang bisa dilihat dari gue."
Dia memandangku tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Paradox
Teen FictionSELESAI ✔️ Aku memejamkan mata. Ingatan samar kembali muncul. Kegelapan dan sesuatu seperti petir muncul di mana-mana. Hawa panas, rasa takut, tangisan pilu yang terus memanggil-manggil papa. Rasa terbakar di kaki yang bekasnya sampai sekarang. Inga...