38

5.2K 735 67
                                    

by sirhayani

part of zhkansas

*  *  *

Aku tak menyangka melakukan perpindahan waktu akan separah ini. Tubuhku lemas. Aku merasakan mual dan nyaris muntah ketika kami tiba di sebuah titik acak. Profesor River tentu saja tak akan tahu segala hal tentang abad 21 sehingga kami tiba di sebuah keramaian pasar malam. Ada untungnya bagi kami karena orang-orang sibuk menikmati suasana pasar malam sehingga tak begitu menyadari kami yang berteleportasi.

Aku bahkan lupa bahwa aku belum makan dan minum semenjak "bangun" karena aku terlalu fokus berpikir. Profesor ternyata memang sengaja tidak menawarkan apa pun untuk mengisi perutku karena sedari awal memang tahu efek samping bagi orang-orang yang belum terbiasa melakukan perpindahan tempat apalagi perpindahan waktu. Aku biasa saja ketika hanya melakukan perpindahan tempat, tetapi aku baru merasakan efek yang dikhawatirkan oleh Profesor ketika aku melakukan perpindahan waktu ke masa ratusan tahun sebelumnya.

Perkataan Prefosor tentang kami yang bisa saja tiba di waktu yang berbeda ternyata benar. Kami tidak sampai di tahun 2023, melainkan tahun 2033.

Sepuluh tahun setelah aku menghilang.

Kenyataan itu membuatku khawatir berlebihan. Apa yang terjadi selama aku pergi?

Sekarang, kami berada di sebuah kamar hotel yang sebentar lagi akan didatangi oleh pemesannya. Tentu saja saat ini masih kosong. Entah bagaimana Prof. River sampai bisa tahu jadwal reservasi orang-orang di hotel ini. Dia juga sudah memastikan tak ada kamera tersembunyi sehingga kami bisa meluangkan waktu untuk membicarakan hal yang tak boleh sampai didengar oleh orang lain.

"Kita bisa melakukannya sekali lagi, kan?" tanyaku, berbisik. Aku benar-benar orang yang tidak tahu diri karena terus meminta hal yang memberatkan. Bagaimana lagi? Aku benar-benar tidak tahu harus bergantung pada siapa selain dirinya. "Kembali ke tahun 2023, tahun di mana saya menghilang."

"Apa bedanya kamu di tahun sekarang dan coba ke tahun 2023?" tanyanya. "Pada akhirnya tidak akan ada yang berubah."

"Jelas beda," balasku, frustrasi. "Selama saya nggak tahu apa yang terjadi selama sepuluh tahun ini, saya masih bisa ke tahun 2023, kan? Saya ... takut. Saya takut andaikan saya menemui Kaisar dan ada perempuan lain yang bersama Kaisar dan bukan saya."

"Kaisar...."

Kutatap Prof. River penuh harap. "Dia laki-laki yang saya cintai. Kalau kenyataannya bukan saya perempuan yang di sampingnya? Atau sesuatu yang terjadi? Atau dia sudah melupakan saya...?"

"Maka itu sudah takdir, kan?" tanyanya sambil menatap pemandangan lewat kaca jendela hotel. "Kalau dia menikah dengan perempuan lain, maka dia tidak mencintai kamu. Dan menyerah menunggu kamu."

"Tapi," aku menggigit bibir, "selama saya nggak tahu kenyataannya seperti apa, saya masih bisa berharap kalau kekhawatiran saya nggak mungkin menjadi nyata."

"Tetap tidak bisa."

Aku menatap Prof. River dengan mata berlinang air mata. "Kenapa...?"

"Karena saya sudah tahu akhirnya akan seperti apa."

"Maksud Prof?"

"Kamu tidak pernah kembali ke tahun 2023."

Aku membeku.

"Di tahun 2023, kamu dinyatakan menghilang. Dan tidak ditemukan sampai tahun-tahun setelahnya. Kamu tidak pernah bertemu laki-laki itu apalagi orang lain."

Time ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang