~ Happy Reading~
Meta menghirup udara dalam-dalam, suasana kampung halaman sudah sangat terasa, dia akhirnya sampai di jam 12 siang, dan dia lihat adiknya sudah menunggu di deretan kursi tunggu.
"Mbak," sambut adiknya dengan senyum lebar, menyambut kakaknya dan membantu membawa bawaan yang begitu banyak itu.
"Ke sini sama siapa?" Mereka berjalan keluar terminal, menuju sebuah mobil putih yang di bawa adiknya.
"Sendirian, pinjam mobil tetangga." Mereka langsung menuju rumah karena pasti yang lain sudah menunggu, Meta tersenyum ketika mulai memasuki kawasan perdesaan yang dia kenal, hanya sedikit berubah dari satu tahun lalu.
Memasuki pekarangan rumah penuh bunga, terlihat ibu mereka berdiri di sana,"Alhamdulillah akhirnya sampai juga," katanya ketika melihat putri dan putranya keluar dari mobil.
"Aku kembalikan ini dulu ya bu." Arya menunjuk mobil yang usai di gunakan setelah mengeluarkan semua barang kakaknya, karena dia sudah berjanji langsung kembalikan.
"Ah, iya hati-hati." Sang ibu mengangguk setuju.
Lalu mengajak anak pertamanya memasuki rumah,"Ayo masuk, ibu masak oseng rebung kesukaan mu."
Bagi Arya ada kebahagiaan tersendiri ketika mendengar kakak nya akan pulang, tetapi entah sudah berapa kali dia menghela nafas malam ini, dia harus bolak-balik mengantarkan oleh-oleh ke sanak saudara dan menjawab pertanyaan di setiap rumah, dimana pertanyaan yang selaras.
"Udah to?" tanyanya lemas, malam-malam ada aja kerjaanya.
"Udah." Meta menggeser dirinya mempersilahkan Arya duduk di sana.
Arya mengulurkan tangannya,"Aku mana?"
"Itu makan aja." Meta mengisyaratkan untuk memakan berbagai makanan yang tersaji di meja, makanan khas kota tempatnya merantau.
Remaja itu tampak tidak tertarik,"Nggak ada yang lain?"
"Kapan-kapan kita jalan beli kebutuhan kuliah mu, kamu udah cari kost-kosan belum?" Arya tersenyum menampilkan giginya, senang sekali mendengar apa yang keluar dari mulut kakaknya.
Dengan wajah bangga,"Udah dong, clear."
"Sama siapa kesana nya?" Kota tempat kuliah Arya sekitar 4 jam dari rumah, dan setau Meta adiknya anak rumahan sekali sampai jarang sekali bepergian sendiri, untuk pertama kalinya harusnya dia di dampingi.
"Sama Mas Satria, dia alumni pertanian di sana dan ada banyak temen di daerah sana juga Mbak."
Entah siapa yang di maksud adiknya, tetapi dia lega ada yang membantu Arya saat dirinya tidak ada, semoga anak itu dipertemukan dengan orang-orang baik nantinya,"Okey."
Karena ketika merantau, kita akan jauh dengan orang-orang terdekat, dan orang-orang sekitar lah yang menjadi gantinya.
***
Pagi ini Meta di bangunkan dengan suara dentingan alat dapur dari aktifitas pagi ibu nya, entah kenapa ibu-ibu suka sekali beraktivitas disertai dengan keributan di pagi hari. Gadis itu membuka jendela kamar, melihat langit merona dan pemandangan pepohonan yang di hinggapi embun.
"Mbak, Adek, Ibu sama Bapak ke sawah," teriak Ibu dari tengah rumah dan di sambut teriakan Arya.
Meta memilih keluar, melihat sekitar rumah di pagi hari, melihat bapak sedang mempersiapkan banyak makanan untuk di bawa,"Ada panen jadi bakal pulang agak sore, buat makan siang masak sendiri ya Mbak."
"Okay." Seingat Meta akan ada tukang sayur yang akan menjajakan jualannya di perempatan ujung jalan, dia akan ke sana nanti.
"Kalau bosen bisa nyabutin rumput di sekitar sayuran ya kak," pesan Ibu menunjuk kebun belakang rumah, yang di angguki Meta, anak sekarang kalau bosan yang di cari smartphone, bukan lagi cabut rumput.
Meta memutari rumah, melihat apa saja tanaman baru yang ada di sana setelah hampir satu tahun dia tinggalkan. Sebenarnya Meta juga suka dengan tanaman, dia memiliki beberapa tanaman indoor di kost dulu, dan dia bagikan ke beberapa teman ketika akan pulang kemarin.
Setelah berjalan lumayan lama gadis itu memutuskan duduk di ayunan yang terbuat dari kayu, men-scroll sosial media dan melihat video memasak.
"Udah lama nggak makan chicken katsu." Meta jadi ingat dengan langganan chiken katsu di kota tempat kuliahnya, tetapi sepertinya dia bisa membuat sendiri.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 dan Arya belum juga bangun, pasti begadang main game anak itu. Meta mengambil dompet dan berjalan kaki ke warung yang biasanya membawa belanjaan dari pasar, biasanya memang pagi-pagi sekali karena sayur pun akan masih fresh sampai tangan pembeli.
Meta melotot kaget ketika melihat satu wanita hamil sedang berbelanja juga, hampir semua yang ada di sana Meta kenal, tetapi gadis itu adalah Mery, sial sekali nasibnya harus bertemu gadis itu dan ibunya.
"Permisi ibu-ibu." Sapa Meta menyelip di ntara yang lain dan turut memilih sayuran.
"Eh Meta, duh setaun rantau lagi tambah cantik nih." Gadis itu hanya tersenyum malu menanggapinya.
Pemilik toko turut tertawa kecil,"Makasih oleh-olehnya kemarin ya Ta."
"Iya Bulek, sama-sama." Oleh-oleh kemarin di bagikan ke orang-orang terdekat dari rumah mereka, karena biasanya yang akan banyak berinteraksi dengan kita.
Ibu Mery menatap anak tetangganya itu heran,"Kenapa memutuskan balik ke sini Ta, di sana kan lebih enak, gaji udah gede juga."
Masih dengan memilih sayur dan bahan masakan, sekilas Meta menatap wanita paruh baya dan anaknya yang sudah menatapnya terlebih dahulu,"Mau nemenin bapak sama ibu, kan Arya mau kuliah, rantau juga."
"Duh sayang kerjaan nya." Meta hanya tersenyum mendengar suara lain, tetapi yang namanya kehidupan itu harus tetap berjalan dan akan ada saja pilihan sulit dalam hidup, disertai dengan resiko masing-masing tentu saja, tidak ada pilihan yang salah.
Meta menggaruk tengkuknya,"Ini juga lagi cari kerjaan lagi kok Budhe."
"Yaudah to wong keputusannya Meta, kok kamu yang pusing." Duhh sayang sekali Meta dengan ibu yang membelanya.
"Udah Mi, Bima udah jadi mantu mu gitu kok masih ributin Meta," canda yang lain, siapa sih yang tidak tau riwayat masa lalu mereka, kalau saja beritanya tidak sebesar itu, mana mungkin Meta sampai merantau meninggalkan hiruk pikuk kampungnya.
Tidak ambil pusing, Meta menyerahkan beberapa belanjanya,"Meta ini ya Bulek."
"Wah banyak belanjaan mu."
Tertawa kecil,"Meta mau coba-coba resep baru, mumpung lagi punya waktu luang." Meta pulang dengan sekantong belanjaan, dan memikirkan apa saja yang belum dia beli, ada beberapa hal yang perlu dia beli ke minimarket, nanti akan Meta minta Arya menemani.
"Kakak mau masak apa?" Remaja lelaki itu duduk di meja makan, padahal baru melakukan sarapan dan sekarang sudah bertanya terkait makan siang.
"Masakin apa kek yang enak, aku tinggal beberapa hari loh di rumah ini." Arya memasang muka melas, walaupun kakaknya jarang memasak tetapi apa yang dimasak pasti hal baru, ibunya mana mau memasak makanan yang aneh-aneh.
"Bentar lagi Ramadhan, terus pasti ada liburan hari raya dan kamu pulang," kata Meta sebal, sudah seperti akan pergi lama sekali.
Arya mengerucutkan bibirnya,"Tapikan tetep aja, Ya Tuhan jahatnya kakak hamba, pantes jodohnya seret."
Meta tersenyum sinis,"Padahal mau buat chicken katsu, males ah." Kurang ajar sekali anak itu, perlu di kasih pelajaran sekali mulutnya
"Loh jangan gitu Mbak cantik." Arya mengikuti Meta yang malah menjauh dari dapur, berujung kembali memasuki kamar dan menguncinya, apakah ini artinya dia gagal makan ayam teriyaki?.
Bersambung...
Waduh banyak yang warning CLBK sama Bima, tpi Bimanya udah ber-istri dan sedang bunting 😭
Jadi Meta sama siapa nihh??
Btw makasih support nyaaa yapss lope sekebon untuk kalian, semoga cerita ini gak kalah seru yak 😗
Semoga bisa serame pak pacar dahh
Sekian
SalamKuncup Peony 🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Romance [End]
ChickLitMeta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ketika dia memilih pulang berarti dia siap kehilangan ketenangan dalam hidupnya. Dan tanpa di duga dia...