~Happy Reading~
Tadi ada yang dapet notif update? monmaap tadi sore kepencet wkwk"Mbak, tadi ada yang datang." Baru saja dia pulang dari kantor dan sampai rumah di sambut dengan pernyataan tersebut.
Dahi Meta mengkerut, sepertinya dia tidak memesan apapun secara online, dan tidak ada janjian dengan siapapun,"Siapa?"
"Katanya dia kerja di tempat Satria sih," kata Ibu sembari mengingat-ingat siapa pemuda yang datang satu jam lalu.
Meta terperangah kaget,"Hah? mau apa?" Dua kali bertemu dengan lelaki itu tidak ada hal apapun yang membuat mereka harus berurusan.
"Pesen kue katanya, ini dia ninggalin nomor buat konfirmasi." Ibu menyerahkan sebuah kertas kecil, berisi deretan angka dan nama Abizar.
Dia semakin bingung mendengar perkataan ibunya, tentang alasan Abizar mencarinya,"Hah." Gadis itu menghela nafas lelah.
"Konfirmasi aja kalau nggak bisa." Si Ibu memperhatikan wajah lelah anaknya.
Meta hanya mengangguk,"Aku ke kamar dulu bu."
Sepanjang jalan dia memijit pelipisnya, sembari terus berfikir kenapa bisa hal ini terjadi,"Dia tau aku bisa bikin kue dari mana lagi, kita nggak ngobrol sejauh itu."
"Kerjaan kantor aja udah cukup bikin pusing," keluh Meta setelah memikirkan segala kemungkinan dan tingkah anak buah Satria itu.
Meta meletakkan tas nya di meja rias lalu tanpa babibu merebahkan dirinya di kasur, menghela nafas untuk kesekian kalinya hari ini. Beberapa saat kemudian smartphoen-nya berdering, di ambilnya secara malas-malasan dan tertera nama Satria di sana.
Begitu tombol hijau di geser terlihat lelaki itu sedang duduk,"Hai, kok kusut gitu mukanya." Lelaki itu langsung bisa menangkap wajah tak enak pacarnya.
Gadis itu meringis,"Belum mandi." Akunya malu-malu.
Satria tersenyum kecil,"Yaudah kamu mandi aja dulu biar seger."
"Kamu di sini aja ya, jangan di matiin, nih ngomong sama temen aku dulu." Meta meletakan smartphone-nya di meja, di hadapkannya pada deretan pot-pot kecil tanaman.
"Oke," jawab lelaki itu sambil menahan tawa.
Satria menunggu sampai pada akhirnya mendengar lagi suara pintu terbuka dan tertutup, itu mungkin Meta yang kembali setelah membersihkan diri,"Kalian ngobrolin apa?" Dan benar saja, gadis itu muncul dengan handuk di kepala dan kali ini lebih segar.
"Deeptalk," jawab Satria singkat, sedari tadi dia diam saja.
Meta mekembali mengarahkan kamera ke arahnya yang kali ini melakukan perawatan rambut, sambil meneruskan obrolan mereka,"Itu karyawan kamu kalau weekend nggak pulang cepet Mas? kasian tau."
"Dia rajin banget loh, jadi kalau Jum'at dan Sabtu aku bolehin dia masuk agak siangan, biar jam kerjanya nggak over." Satria memperhatikan gerak-gerik gadis itu, sementara Meta sibuk menatap dirinya sediri dan rambutnya.
"Iya, weekend lalu ketemu aku tuh." Beberapa waktu lalu dia sempat menanyakan masalah Abizar, dan lelaki itu membenarkan tetapi mereka tidak membahas lebih lanjut.
"Oh ya? pas dia ke kebun atas ya?" Pasti begitu karena hanya kebun atas yang berdekatan dengan Rumah Meta, apalagi Abizar tempatnya hanya di kantor dan kebun.
Setelah selesai, Meta ingin memperlihatkan sesuatu,"Lihat aku habis beli ini."
Dia memperhatikan sepotong kue dan mencoba nya sedikit,"Aku mau coba dulu sebelum recooke."
"Cheese cake ya?" tanya Satria memperhatikan.
Meta mengangguk, setelah beberapa saat dia memukul-mukul pelan pelipisnya,"Nunggu kamu atau Arya pulang, nggak mungkin aku makan sendiri," katanya yang baru saja merasa sedikit pusing karena manisnya cake.
"Cookies buatan kamu juga sudah habis sejak hari ke tiga di sini." Lapor Satria membuat Meta lega, itu berarti masakannya disukai kan?
Mereka mengobrol seperti biasa hingga menyentuh jam makan malam, dan setelah itu akan kembali melanjutkan komunikasi ketika mendekati jam tidur, setelah waktu dengan keluarga selesai.
***
Tapi apa-apaan, sebelum matahari benar-benar tenggelam Meta malah dipusingkan dengan laporan jika kucingnya belum juga kembali, dan berakhir dia harus menjemput anak itu ke tempat nongkrongnya, di kebun Satria.
Dia menggerutu sepanjang jalan,"Hari-hari si Imeng berulah."
Karena sudah hafal dimana biasanya anak berbulu itu ada, Meta berjalan menyusuri kebun,"Ahh!" Dia berteriak kaget karena ada seseorang yang muncul dari samping bangunan.
"Kamu belum pulang?" tanya Meta heran setelah mendapati Abizar masih saja berkeliaran di sekitar greenhouse, masalahnya ini sudah hampir malam.
Lelaki itu menggaruk tengkuknya, tidak enak telah membuat gadis di hadapannya kaget,"Tadi ada yang ketinggalan, jadi balik lagi."
"Ng, gimana Mbak pesanan aku? bisa?" Dia dengan cepat mengajukan pertanyaan.
Meta menghela nafas dan menatap serius lelaki di hadapannya,"Gini, aku kerja di kantor berangkat pagi pulang sore, jadi nggak bisa."
Lelaki itu tertawa pelan, menutup kecewa mendengar penolakan barusan,"Padahal pengen ngerasain kue buatan Mbak Meta."
Nah, Meta semakin bingung dengan jawaban lelaki itu sekarang,"Kamu dapet info dari mana sih?"
"Mas Bima cerita mbak Meta terima orderan kue," Abizar menjawab dengan ringan, dan berarti mereka berdua beberapa hari ini membicarakannya?
Di bicarakan orang memang hal yang lumrah dan tidak bisa di hindari, tetapi kenapa harus mengarang?"Duh jangan kebanyakan gosip sama dia deh, kerja aja udah."
Padahal biasanya dia mau membuat untuk orang-orang karena membantu tetangga yang ada acara, bukan untuk membuka pesanan, untuk saat ini cukup begitu. Meta langsung mengambil Imeng, hendak pergi dari sana sebelum semakin gelap.
"Mbak, saya memang ada niatan lain." Gadis itu berhenti setelah mendengar Abizar yang ternyata masih belum pergi dari sana, dan ucapannya lebih mengagetkan lagi.
"Saya mau kenal lebih dekat," katanya lagi memandangi punggung Meta yang akan pergi, berharap apa yang dilakukan sudah benar, tidak mengulur waktu lagi.
Tanpa berbalik Meta menjawab,"Kita bahkan baru bertemu 2 kali." Di otaknya masih memproses segala hal ini.
"Saya yang sering perhatiin Mbak Meta dari awal." Bisa dibilang cinta pandangan pertama, hal seperti itu memang ada kan?.
Meta menghela nafas lagi,"Tetep aja, dan saya ada pasangan." Ada apa sih dengan semua ini? kenapa juga harus terjadi sih?, dari pada memikirkan di sini Meta beranjak maju berjalan untuk pulang.
Abizar sedikit terkesiap, antara mendengar jawaban Meta dan gadis itu yang langsung pergi dari sana,"Tetap nggak ada kesempatan? saya berniat serius."
Umurnya juga sudah cukup untuk menjalin hubungan serius,"Saya nggak akan buat mbak Meta menunggu, dan dapat perkataan nggak enak dari orang-orang lagi." Dia mencoba mengikuti gadis itu.
Tetapi berhenti ketika Meta menaiki tangga untuk ke jalan desa dan lelaki itu bisa melihat wajah tidak enaknya,"Mbak Meta," panggilnya pelan, namun tidak mau mengejar gadis itu lagi.
Meta berusaha mengatur nafasnya sembari berjalan pulang, dadanya bergemuruh membuat nafasnya tidak beraturan, rasanya antara kesal dan sedih menjadi satu, apalagi mendengar kalimat terakhir yang dia dengar dari Abizar.
"Apa coba maksudnya begitu." Tidak terasa air matannya jatuh begitu saja, dalam hati terus merapalkan bahwa dia tidak apa-apa.
Meta terus menampik apa yang akhir-akhir ini sering dia dengar.
Bersambung....
Selamat malam minggu bree
Mari kita lalu part nyebelin ini bersama wkwk
SalamKuncup Peony 🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Romance [End]
Chick-LitMeta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ketika dia memilih pulang berarti dia siap kehilangan ketenangan dalam hidupnya. Dan tanpa di duga dia...