10. Hujan bawa ...

44.5K 3.3K 28
                                    

~Happy Reading~
Versi ramadhan nih wkw

Matahari masih belum sepenuhnya terlihat, hanya cahayanya yang mengenai langit sehingga menciptakan rona di sana. Meta memejamkan mata menghirup udara pagi dari jendela kamarnya, damai sekali di temani suara ayam, burung dan anak-anak yang sedang mengaji dari speker masjid.

Suara orang berlari dari bukit belakang rumah Meta terdengar, gadis itu membuka mata dan melihat Satria tengah berlari dari atas bukit. Mungkin sambil melihat-lihat tanamannya yang dia tanam hampir dua bulan lalu, selama waktu itu mereka sering sekali tak sengaja bertatapan di jalan itu sementara Meta di jendela kamarnya.

"Kuat banget jam segini udah olahraga aja," gumam Meta melihat Satria sampai hilang dari pandangannya, dia harus bersiap-siap pergi bekerja.

Ini minggu terakhir sebelum cuti bersama hari raya, tentunya harus semangat mengingat sebentar lagi libur dan mendapatkan tunjangan hari raya, siapa yang tidak suka? Yah walaupun dia tidak jarang harus menerjang gerimis maupun hujan, karena Ramadan taun ini rasanya sering kali dilanda hujan, tapi vibes bulan penuh makna tentu masih terasa.

Seperti sore ini, sepulang kerja Meta mampir ke pusat kuliner ramadan di sekitar kantor untuk mencari takjil untuk berbuka puasa dan camilan untuk mengerjakan sesuatu nanti malam. 

"Langsung ramai gini ya, maklum sih jam pulang kantor." Bahkan karyawan kantornya pun sepertinya lebih dari setengah nya berjalan ke tempat ini, apalagi tempatnya yang memang berada di dekat kantor, Meta bahkan memutuskan mampir dulu sebelum mengambil motornya dari parkiran kantor.

Meta berhenti di penjual macam-macam sosis bakar, sepertinya enak dan mengingat Arya pulang hari ini, dia akan membeli dua porsi,"Monggo mbak." Penjual itu menyerahkan piring untuk menampung jenis-jenis sosis yang Meta pilih.

"Ini aja Bu." Gadis itu menunggu pesanannya sambil berfikir akan membeli apa lagi, sejujurnya banyak yang dia inginkan, tapi Meta sadar sekali itu hanya lapar mata akibat dari perutnya yang sudah lapar pula.

Setelah menenteng satu kantong, dengan segera Meta berjalan mencari toko lain, dia yang awalnya santai karena masih cukup siang, akhirnya harus terburu-buru karena langit yang tiba-tiba mendung,"Es teler nya 2."

Meta tertarik dengan kurma yang di jajakan, terlihat fresh dan cantik sekali dalam kotak cantik kemasan 500 gram, tangan Meta sudah memegang satu kotak kurma ketika ada tangan lain yang justru memegang tangannya,"Eh."

Dia dan si pemilik tangan sepertinya sama-sama kaget, mereka menoleh dan semakin kaget melihat siapa si pemilik tangan itu. Satria menarik tangannya, membiarkan Meta mengambil kotak kurma yang awalnya akan dia ambil pula, tidak ada interaksi apapun kecuali senyuman yang sama-sama mereka layangkan.

"50 ribu mawon." kata pedagang di sana ketika Meta menyerahkan pesanannya.

"Mas nya yang pesen kemaren kan? sudah siap angkut Mas." Satria mengangguk dengan senyum ramahnya, pandangannya beralih ke kardus yang lelaki paruh baya itu tunjuk.

Satria mengalihkan pandangan lagi pada gadis di sebelahnya, memutuskan bertanya terlebih dahulu,"Baru pulang kerja?"

Meta mengangguk,"Mas bukanya harusnya sudah pulang dari tadi?" Setaunya kampus akan tutup lebih cepat selama Ramadan.

"Tadi cari beberapa makanan buat THR karyawan sama tetangga," jawab Satria sambil mengecek kotak kurma pesanannya.

Menutup kotak besar itu kembali,"Nitip dulu Pakde, mau nyari makanan dulu."

Satria mempersilahkan Meta untuk berjalan bersama, Meta terkesiap, jalan barengan nih?,"Kamu selalu beli makan buat buka?"

Lelaki itu menggeleng,"Cuma pas nggak sempet kayak hari ini." Mendung yang Meta khawatirkan dari tadi akhirnya menurunkan titik air.

"Sini." Satria menarik tangan Meta menuju tempat berteduh di dekat sana, lumayan lah tidak terus menerus terkena air, karena walaupun terlihat hanya gerimis nyatanya bisa membuat mereka lumayan basah.

"Astaga, akhirnya keduluan hujan juga kan," keluh Meta melihat langit yang semakin menggelap, tidak ada tanda-tanda akan reda.

"Bareng saya aja, hujan," kata Satria menyadari mungkin gadis di sebelahnya butuh bantuan.

Meta menoleh dengan tatapan kaget,"Ha?" Ia pikir dia salah dengar, apa yang barusan lelaki itu katakan?

"Motor kamu dimana?" tanya Satria mendekat pada Meta supaya gadis itu mendengarnya dengan jelas, wajarlah dalam kondisi ramai dan hujan.

Meta menunjuk bangunan kantornya dari tempat mereka berdiri,"Masih aku taroh di kantor." 

"Bareng saya aja, kan hujan nanti basah." Meta menatap pakaiannya, untung saja pakaian yang di pakai berwarna pekat, tidak akan mencetak apa yang ada dibaliknya.

Dia tertawa saja, menolak halus tawaran manusia di sampingnya,"Ya sekarang juga udah basah."

Sedangkan Satria masih menatapnya, bergantian antara menatap Meta dan langit juga hujan yang turun,"Bahaya bawa motor hujan-hujan, jam segini juga."

Meta tertawa kecil saja, tepatnya tertawa kaku, rasanya di tolak atau di terima tidak enak semua, mengingat mereka tidak begitu akrab,"Nggak apa-apa, udah biasa kok aku."

Angin menghembus kencang membawa butiran hujan lebih banyak lagi, Meta menunduk meratapi nasibnya, yang awalnya gerimis justru sekarang hujan dengan angin, dia perlaham menoleh menatap Satria,"Oke, kita ke kantor sebentar boleh? aku mau nitipin motor ke satpam."

***

Pagi-pagi sekali Meta sudah siap dengan setelan kantornya, menunggu di teras rumah sambil melihat orang-orang mulai pergi ke sawah. Kemarin Satria menawarkan untuk kembali bersama untuk berangkat kerja, Arya yang juga baru saja pulang juga tidak mau repot mengantar kakaknya.

"Ya ampun makasih banget loh mas, maaf ya Mbak aku ngerepotin," katanya sambil tertawa ketika menyambut kepulangan Meta di antar Satria kemarin, dia bahkan mengedipkan mata pada kakaknya, entah apa maksudnya itu.

Dan akhirnya sekarang Meta sudah siap menunggu Satria di depan rumah, dia berusaha sepagi mungkin untuk bersiap karena sadar diri menumpang orang. Meta segera berdiri, turun dari teras rumah menghampiri kendaraan yang kemarin mengantarnya pulang.

Dia tersenyum mendapati Satria disana,"Makasih."

Walaupun Meta bukan pendiam akut, tapi dihadapkan dengan Satria tidak membuatnya berbicara, rasanya lelaki itu bukan lawan bicara seimbang untuknya, atau Meta saja yang belum menemukan titiknya. Jadilah perjalanan ke kantor hanya di isi keheningan dan masing-masing sibuk melihat jalanan dan pemandangan pagi hari.

Bangunan tinggi kampus Argawijaya sudah terlihat,"Kita berhenti di sekitar kampus nggak apa-apa kok."

Satria menoleh,"Kamu nggak mungkin jalan kaki sampai kantormu." Walaupun terlihat dekat tetapi jarak kampus dan kantor jika di tempuh dengan berjalan kaki lumayan memakan waktu, bisa-bisa dirinya telat sampai kantor dan bonus dengan kakinya yang akan copot kelelahan berjalan dengan sepatu hak nya.

Jadi pemberhentian pertama tetap di kantor Meta, gadis itu membungkuk sopan mengucapkan terima kasih,"Makasih, sekali lagi."

"Sama-sama." Akhirnya terdengar juga suara itu, bonus senyum tipis sekali yang di tunjukkan.

Meta masih berdiri di tempatnya sampai mobil Satria hilang di pandangan, lalu dia berbalik dan malah menemukan Aini dan Kevin berdiri di belakangnya, melihat kepergian mobil Satria juga,"Hah."

Aini memasang wajah menggoda,"Siapa tuh?" Kevin hanya tersenyum paksa melihat kedua sahabat itu melempar senyuman, dia tentu sudah tau dulu siapa itu.

Bersambung...
Vote dulu dong, sepi amat dahhhh
Akhirnya bisa up juga, akhir-akhir ini emang lagi kena virus males, jadilah beberapa kerjaan termasuk nulis nggak kepegang sama sekali, maap yahhhh
Nanti malem hari raya mau up gak nih? ramein dulu nape 😂 vote komen jangan lupeee
see you
Salam

Kuncup Peony 🌷

Flower Romance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang