~Happy Reading~
Kalau kalian baca cerita ini dan judul babnya udah nggak cuma angka, itu berarti udah aku revisi wkwk, kalau nemu komen sama tulisan kurang singkron maap (kayak bude yang aku ganti bulek di sini menyesuaikan bab sebelumnya).Srekkk srekk srekk
Meta berjalan dari dapur menuju ruang keluarga sambil terus mengocok bungkus makanan kucing, sebagai panggilan kepada bola bulu itu untuk segera datang ke tempat makannya. Tetapi sampai dryfood di tuang dalam tempat makannya, mahluk itu masih belum datang juga, Meta melihat kanan-kiri bergantian mencari kucing milik adiknya itu.
"Imeng!" panggil Meta di luar rumah, siapa tau kucing itu sedang jalan-jalan di sekitar rumah.
"Anak itu kemana sih?" Meta keluar rumah menyusuri jalan, masalahnya sedari tadi dia memarahi gumpalan bulu itu, dia langsung menghilang hingga menjelang malam seperti sekarang.
"Cari kucing ya mbak?" Segerombolan anak yang pulang bermain menyapanya, menyadari apa yang dilakukan.
"Iya nih, lihat si Imeng?"
Mereka kompak menggeleng, tetapi memiliki jawaban,"Kucingnya mas Arya biasanya suka kabur ke kebun bunga sana mbak."
Sampai anak-anak itu tau kebiasaan si Imeng, berarti memang kucing itu sering melarikan diri dari rumah, lagian si pemilik -Arya- lebih sering mengajak kucing itu ribut daripada memanjakannya.
Meta sampai di depan tiga greenhouse yang berisi bunga warna-warni, setahun yang lalu seingat Meta masih ada dua greenhouse di sana. Setau Meta kebun bunga ini memang sudah ada tiga tahun di sana, milik salah satu kenalan kepala desa yang pindah ke kampung ini.
Meta mendekat, melihat ke dalam dengan kagum,"Waw."
Sambil mencari Imeng dan melihat-lihat, Meta mengelilingi greenhouse dengan hati-hati, tidak ada orang di sana hanya ada dispenser tempat makan kucing di dekat pintu masuk salah satu greenhouse.
"Wah, makanan mahal, pantes Imeng suka ke sini," gumam Meta berjongkok memperhatikan makanan kucing.
Selesai memperhatikan Meta kembali berdiri, tersentak ketika menyadari di belakangnya ada manusia yang berdiri. Lelaki itu tampak menatap Meta dengan tatapan mengintimidasi, gadis itu jadi salah tingkah dan gugup sendiri.
"Jadi...?" tanya lelaki itu karena gadis di hadapannya hanya diam menatap tanah.
Meta gelagapan sedikit memundurkan dirinya ke belakang, rasanya seperti ketahuan akan mencuri, padahal dia hanya mencari kucing,"Aku cari kucing."
Lelaki itu melirik belakang mereka, seekor kucing sedang berguling-guling di rerumputan, Meta menatap bengis kucing dengan corak kumis itu, merepotkan.
"Silahkan," kata lelaki itu bermaksud mempersilahkan Meta pergi dari sana.
Gadis itu menatap bingung, tidak paham dengan lelaki di hadapannya,"Ya?"
Sesaat kemudian dia tersentak, menyadari sesuatu,"Oh, permisi." Dengan buru-buru Meta menggendong kucing bernama Imeng itu, lalu berlari menjauh.
Entah siapa lelaki itu, wajahnya asing sekali, walaupun dia tidak akrab dengan warga desanya secara keseluruhan, tetapi untuk lelaki itu? Entahlah.
***
Seperti pagi-pagi sebelumnya, urusan berbelanja sekarang menjadi tugas Meta selagi masih pengangguran. Sayang sekali pagi ini gerimis membuat orang-orang malas keluar rumah, Meta berjalan menuju warung dengan payungnya, melihat kiri-kanan dimana semua pintu tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Romance [End]
ChickLitMeta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ketika dia memilih pulang berarti dia siap kehilangan ketenangan dalam hidupnya. Dan tanpa di duga dia...