25. Malam minggu

29.4K 2.3K 51
                                    

~Happy Reading~
Boleh vote dulu dan komentar yahh

Merasakan perasaan lelah secara fisik dan mental pasti pernah dirasakan semua orang, perasaan yang beberapa kali pernah dirasakan tetapi rasanya akan tetap sama, sama lelahnya.

Rasanya tetap sama walaupun sudah ke dua atau bahkan kesekian kalinya, itu suatu hal yang wajar karena perasaanmu juga benar, terkadang kita memang perlu istirahat, terkadang kita memang ingin dimengerti, ingin tidak merasa bersalah tentang apa yang diluar kendali.

Sudah empat hari ini Meta banyak sekali melamun dan bicara seperlunya, energinya terkuras habis padahal dia melakukan hal seperti biasanya.

"Kenapa si Mbak Meta?" Dari pintu masuk Ardi menatap khawatir Meta yang sedang memunggungi mereka sambil memakan paket ayam krispi dari restoran fast food terdekat.

"Dia masih belum cerita," kata Karina yang juga tengah mengintip dari tempat yang sama, mereka berdua di tambah Rio tidak langsung memasuki ruangan selesai makan siang di kantin kantor.

Mas Rio mengalihkan perhatiannya dari Meta ke dua rekan kerja lainnya,"Suram banget suasananya."

"Jangan di apa-apain dulu," saran lelaki itu melihat situasi akhir-akhir ini, bahkan Meta lebih sering makan diluar sendirian atau membawa makanan ke mejanya, seperti tidak ingin berkomunikasi dengan siapapun.

Ardi tampak berfikir,"Udah 4 hari juga itu Abang dosen nggak keliatan ya."

"Stttt." Secara bersamaan Karina dan Mas Rio menyuruhnya untuk diam, masalah pribadi seperti itu bukan ranah mereka kecuali Meta sendiri yang akan membagikannya.

Meta berbalik ketika selesai dengan makanannya, dia tampak kaget melihat ketiga rekan kerjanya mengintip dari pintu ruangan. Seketika ketiganya gelagapan karena ketahuan, dan berakhir memasuki ruangan seolah tidak terjadi apapun.

"Ada yang mau ice cream? aku terlanjur beli tapi ternyata sudah kenyang." Gadis itu sekarang memasang senyum lebar, berbeda sekali dengan beberapa hari lalu.

Ardi mendekat, mengintip dari kubikel-nya,"Beneran ini Mbak?"

"Iya, nih." Meta menyodorkan cup ice cream ke tangan Ardi, sedangkan dia memberesi mejanya.

Dengan senang hati lelaki itu menerima,"Makasih mbak." Rezeki mana boleh ditolak kan?.

Meta mengacungkan jempolnya sambil berlalu,"Sama-sama."

Karina memperhatikan gerak-gerik Meta, yang sudah tampak biasa saja bahkan mulai membahas beberapa hal dengan Ardi sambil sesekali tertawa,"Udah nggak apa-apa Ta?"

Meta menoleh dan mengangguk,"Nggak apa-apa, namanya juga hidup kan memang naik turun dan selalu butuh waktu untuk recovery." Karena menerima memang butuh waktu.

***

Lagi-lagi Meta pulang lebih dari jam biasanya, menghabiskan banyak waktu di jalan untuk menikmati sunset dan segala ciptaan Tuhan. Setidaknya itu mampu membuatnya ingat banyak sekali keberkahan yang sudah dia dapat, daripada terus-terusan mengingat hal yang menurutnya menyakitkan yang memang diluar kendalinya.

Sudah beberapa hari dia tidak mengambil foto, jadi sepulang kerja Meta hanya bermalas-malasan di atas kasurnya.

"Taaaaa!" Panggilan dari luar kamar membuat Meta bangkit dari posisi rebahannya.

Dia hanya melirik pintu kamarnya, menjawab dengan malas-malasan,"Hmmm."

"Taaaa." Untuk kedua kalinya suara Ibunya menggema, kali ini dibarengi ketukan pintu.

Flower Romance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang