37. Pamit

22.7K 2K 36
                                    

~Happy Reading~

"Saya jadi sedih ditinggal Mas nih." Pak Edi memasang wajah sedih ketika hanya tinggal berdua melepas mobil berisi bunga-bunga yang di kirim, beberapa bulan kedepan tidak akan bertemu dengan Satria.

Satria tersenyum,"Nanti kalau jadwal ngajar saya ada yang offline saya sempetin mampir sini ya Pak."

"Iya, soal kebun insyaallah aman sama Bapak and friend." Mereka berjalan menuju rumah kecil yang selama ini menjadi kantor, mengambil barang mereka.

"Makasih banget Pak, dari awal bangun kebun sudah dibantuin sampai sekarang, kalau nggak ada Bapak dan warga lain nggak sampai segede ini kebunnya, sampai saya sakit juga di urusin, padahal saya orang asing." Mengingat kebaikan warga sekitar membuat Satria nyaman di sana, bahkan saking baiknya mereka, lelaki itu juga tidak menyangka akan mendapat perlakuan sebaik itu.

Pak Edi menepuk pundak lelaki muda di sebelahnya,"Jangan ngomong gitu Mas, di sini kita sudah kayak keluarga semuanya, memang sama tetangga harus tolong-menolong."

"Sayur di rumah saya itu kalau pada butuh sayur boleh di ambil aja Pak, dibagi juga nggak masalah biar nggak sia-sia." Satria menunjuk rumahnya dari tempatnya berdiri, dia juga mempercayakan kebun rumah itu pada Pak Edi dan yang lain sekaligus mereka manfaatkan saja.

"Beres." Lelaki pruh baya di depan Satria itu mengacungkan jempol dan tersenyum.

"Makasih ya Pak." Satria merasa satu kali berterima kasih pada orang sekitarnya pun tak cukup.

Pak Edi mencubit lengan Satria,"Makasih mulu, dari pagi sudah 10 kali bilang makasih loh Mas."

"Pokoknya makasih Pak," kata Satria lagi yang kali ini di akhiri tawa karena kembali mengucapkan terima kasih, yang membuat Pak Edi berdecak.

"Mending Mas ke rumah Bu Ratna -Ibu Meta- dulu sana, dari pada makasih mulu sama bapak, sana." Usir Pak Edi mengingatkan, karena kedekatan mereka Satria juga sering bercerita pada lelaki paruh baya itu tentang hidupnya dan sering kali mendapatkan saran Pak Edi sebagai orang tua.

Satria mengangguk mengiyakan, sudah dalam rencananya hari ini harus ke mana saja untuk berpamitan sebelum besok pagi-pagi sekali dia dan keluarga akan kembali ke kota.

"Hati-hati Mas," pesan Pak Edi sebelum beliau melenggang pulang lebih dulu.

Baru saja hendak pulang, kedua staff karyawannya keluar dari bangunan kantor, mereka Bima dan juga Abizar yang hari ini baru masuk sebagai marketing yang awalnya dia pegang sendiri dengan bantuan Arya, tetapi berhubung dia akan ke luar kota berbulan-bulan dan Arya mulai sibuk magang 

"Sudah lebih akrab?" tanya Satria melihat keduanya keluar bersama.

Abizar mengangguk dan tersenyum sopan,"Sudah mas."

Satria mengangguk dan tersenyum, menepuk pelan bahu Abizar,"Santai aja." 

Pandangannya beralih pada Bima juga,"Nanti data dan lainnya di kirim ke email aja ya, saya bikin grup chat juga supaya kita gampang komunikasi," kata Satria pada keduanya.

Keduanya mengangguk paham,"Oke."

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan ngomong ya Abizar, di sini ada Bima, Pak Edi dan yang lain juga." Satria kembali mengingatkan anak itu, pastinya anak itu perlu penyesuaian.

Satria melirik jam tangannya,"Makasih ya  Bim, Abizar, duluan." pamit Satria pada keduanya, dia harus persiapan ke tempat selanjutnya, rumah Meta.

***

Satria datang ke rumah Meta yang entah kenapa sore ini terlihat sepi, lelaki itu mengetuk pintu yang terbuka,"Assalamualaikum."

Flower Romance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang