~Happy Reading~
Satria selesai berlari pagi dan melihat Meta membuka jendela kamarnya, seperti biasa gadis itu sedang menyirami tanaman-nya di jendela kamar.
Lelaki itu tersenyum, melepas earphone-nya untuk menyapa Meta yang berdiri di seberang sana,"Pagi."
Terkejut tentu saja, tetapi lebih terkejut lagi melihat senyuman Satria, akhirnya Meta melambaikan tangan menjawab sapaan, "Pagi juga."
Meta melanjutkan kegiatan menyiram tanaman, giliran bunga-bunga di halaman yang pagi ini beberapa bermekaran,"Gimana tadi tidurnya?"
"Hah?" Untuk kedua kalinya Meta kaget dengan keberadaan Satria, dia kira lelaki itu melanjutkan rutinitas lari-nya, ternyata sudah berdiri di depannya tepat di luar pagar tanaman.
Saking kagetnya tidak sengaja air dari selang mengenai baju Satria, Meta semakin kaget dan dengan cepat mematikan air,"Maaf-maaf," katanya sembari berlari ke arah Satria dan mengajak lelaki itu duduk .
Mata Satria mengikuti pergerakan Meta, padahal dia ingin berbicara jika dia tidak masalah apapun, tetapi gadis itu sudah sibuk sendiri. Gadis itu kembali dengan satu mug dan beberapa buah potong, di tangannya ada handuk kecil berwarna pink.
Memberikan-nya pada Satria,"Ini buat lap."
"Terima kasih." Lelaki itu mengelap bajunya yang basah.
Kembali menatap Meta yang kali ini sudah duduk di sampingnya,"Kamu belum jawab pertanyaanku."
Kening gadis itu mengkerut, seperti mempertanyakan pertanyaan mana yang lelaki itu maksudkan,"Gimana tidurnya?" ulang Satria lagi.
"Ooo, nyenyak." Tidak menyangka mendapatkan pertanyaan seperti ini dari Satria, dibanding melihat wajah lelaki disampingnya, Meta melihat lurus ke kebun belakang rumahnya.
Sengaja supaya tidak menjadi bahan gosip lagi, pagi-pagi sudah di apeli pacar saja.
"Kamu jarang tidur di jam secepat itu ya?" Satria terlihat serius memperhatikan wajah Meta, sampai si empunya paham sedang diperhatikan.
Dia melotot, memegang bawah matanya,"Astaga, aku lupa pakai concealer."
Satria menangkap kedua tangan Meta, dibawanya di pangkuannya,"Nggak perlu barang itu, kamu cuma perlu istirahat yang cukup."
Untuk sejenak keduanya terdiam, Meta menghela nafas lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursinya, dengan Satria yang masih memperhatikan, siap menanggapi apapun yang akan gadis itu ungkapkan.
"Aku merasa masih belum cukup memberi yang terbaik ke orang sekitar, aku berusaha cari tambahan juga selain dari gaji kantoran." Setelah dipikir-pikir mungkin Meta memang butuh seseorang untuk berbicara tentang ini, terkadang dia juga butuh didengarkan tentang isi hatinya yang paling dalam.
"Yang terbaik itu yang bagaimana?" Pertanyaan Satria mampu membuat Meta diam sejenak, berfikir tentang jawabannya yang ternyata begitu butuh waktu, banyak sekali indikasi 'yang terbaik' sampai-sampai entah dia bisa mencapainya atau tidak.
"Mewujudkan mimpi Bapak dan Ibu, memberi yang terbaik buat mereka dari segi financial maupun yang lain," jawabnya setelah berfikir dan menyortir apa yang ada dalam kepalanya.
Satria turut menyandar, tetapi masih menepuk-nepuk punggung tangan sang pacar,"Dengan kamu over work?"
"Nggak." Sangkal Meta dengan suara meyakinkan, tapi sepertinya tidak cukup meyakinkan Satria.
Satria menarik tangan Meta, membuat gadis itu sedikit lebih dekat lagi,"Kamu tau seberapa penting istirahat itu?."
"Dampak jangka panjangnya itu banyak, jangka pendek juga nggak kalah banyak nya, mau di sebut satu persatu dampaknya?" lanjutnya dengan wajah serius, satu tangannya melepas tangan Meta dan mengambil smartphonenya, ingin menunjukkan bukti dari ucapan-ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Romance [End]
ChickLitMeta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ketika dia memilih pulang berarti dia siap kehilangan ketenangan dalam hidupnya. Dan tanpa di duga dia...