24. Sudah cukup

29K 2.1K 31
                                    

~Happy Reading~
Tulisan italic berarti flashback yak ges seperti biasa...

Meta berjalan perlahan pulang dari rumah Raya, jalanan lumayan sepi, penerangan jalan sudah baik sekali tetapi kenapa rasanya ada sesuatu yang mengawasi. Gadis itu mempercepat langkahnya, tidak perduli jalan ini menurun, tetapi sekarang justru dia bisa mendengar langkah lain.

'Serius, ini orang jahat atau hantu? seram sekali.' Semakin Meta mempercepat langkahnya, rasanya semakin dekat saja.

Dan memang berjalan cepat di turunan itu tidak bagus, maka hampir saja ia tersungkur ke depan, Iya ... hampir, karena lengannya berhasil di pegang seseorang dari belakang,"Meta."

Syukurlah, berarti sedari tadi mahluk lain dibelakangnya yang dia rasakan adalah manusia, Meta menoleh hendak berterima kasih.

Tetapi berujung memasang wajah kecut,"Apa?" tanya-nya sewot, apalagi melihat wajah Satria yang tampaknya lempeng-lempeng saja.

"Aku antar," kata Satria perlahan melepas genggamannya, memasukkan kedua tangannya ke saku celana siap mengantar mengekori Meta.

"Nggak perlu." Meta tidak perduli, dia berjalan lebih cepat dari Satria namun kali ini lebih berhati-hati masih dengan bibir mengerucut sebal.

Tau masih saja di ikuti, gadis itu berbalik menatap Satria yang dengan santai masih mengikutinya,"Ngapain?!"

Sejenak Satria berfikir sebelum akhirnya menjawab,"Pulang." yang justru mendapat tatapan skeptis dari gadis itu, mata Meta melirik pada sebuah rumah yang baru saja mereka lewati, rumah Satria sudah terlewat.

Satria pun hanya menghardikkan bahu sebagai jawaban, menarik Meta untuk kembali berjalan yang pada akhirnya gadis itu membiarkan Satria  mengantarnya, tapi lama-lama mulutnya gatal juga untuk berbicara,"Anak saya juga dosen mas, kenalin dulu siapa tau nyambung ngobrolnya," katanya mengulang apa yang dia dengar sebelumnya.

Lelaki itu menoleh pada Meta yang mengulang percakapannya tadi, memasang wajah bingung bagaimana menanggapinya, tetapi lelaki itu sekarang merangkul pinggang Meta dan menjaga gadis itu untuk terus berjalan.

Sampai pada pagar rumah Meta, Satria menepuk perlahan pucuk kepala gadis itu, tersenyum lebih lebar untuk mengucapkan selamat malam,"Tidur nyenyak, selamat malam." Dia melambaikan tangan saat Meta berbalik untuk menutup pintu rumah.

Dibalik pintu, Meta menghela nafasnya. Hilang sudah wajah sebalnya diganti wajah sendu, oleh karena itu dia butuh ruang sendiri dalam kamarnya sekarang.

Dia berbaring di kamar dengan helaan nafas yang terdengar begitu jelas, Meta memegang kepalanya dan berulang kali mengatur pernafasannya, berusaha mengusir pikiran tidak sehat yang bersarang.

Bayangan beberapa tahun yang lalu kembali terngiang, dia dulu memiliki banyak impian tinggi hingga menghadapi akhir pendidikan S1-nya.

"Merasa bersalah banget sama orang tua."  Meta dan salah satu temannya sedang duduk di taman kampus, hari ini mengurusi pemberkasan untuk wisuda mereka.

Meta masih terus mengungkapkan  pemikirannya,"Aku kenapa bego banget yaa."

"Apa aku selama ini kurang keras sama diriku sendiri?" Gadis itu masih terus berfikir tetapi temannya tau pikiran Meta sedang dalam fase tidak  sehat.

Semakin lama pikirannya tidak karuan sekali,"Apa aku kurang baik lagi?" 

Cukup sudah, teman gadis itu sudah tidak tahan lagi dengan ocehan Meta,"Nggak gitu Ta." Temannya ini mulai melantur ketika nilai final mereka keluar, dan pribadinya yang cerewet entah hilang kemana.

"Ukuran siapa sih yang nentuin kesuksesan mu? ukuran mana yang mengukur kebahagiaan mu?" omel temannya sekarang, selama Zea kenal dekat dengan Meta dari saat KKN, Meta adalah teman yang dapat di andalkan sekali.

"Kamu pernah dapet masalah di kampus? kamu pernah cuma numpang nama di tugas? nggak! walaupun hasilnya nggak sebaik yang lain menurut mu, tapi kamu bahkan menjadi tumpuan orang lain, kamu selalu mau bantu temen mu, kamu udah melakukan yang terbaik Ta." Justru sekarang Meta yang tidak bisa berkata-kata, antara tersadar dengan ucapan temannya itu, atau kaget karena terkena omelan beruntun dari Zea.

"Allah nggak suka kamu begini, seolah nggak menerima takdir yang sudah ditulis, coba sebutin lagi apa yang dulu sering kamu bilang ke orang-orang."  Meta mulai berfikir lagi , mengingat-ingat apa saja yang dia ucapkan, tetapi apa yang menjadi pedomannya selama ini  hilang entah kemana.

Meta dan Zea sama-sama menghembus nafas dan menatap ke depan,"Katamu semua orang memulai dan punya rintangan tersendiri, setiap orang itu tokoh utama, dan tidak ada kata tertinggal karena setiap manusia berjalan pada ceritanya sendiri."

"Tokoh antagonis dalam hidup itu diri sendiri, aku sendiri emang yang jahat sama aku" Meta tertawa kecil menertawakan dirinya sendiri.

Zea turut menghela nafas lagi menghadapi Meta,"Orang tua mu udah bangga banget kamu besok pakai toga, kamu nggak perlu sempurna Ta."

"Aku cuma merasa ini belum cukup." Sedangkan Meta masih menguarkan energi negatif , memang beginilah biasanya pertemanan, saling berbagi energi negatif dan positif untuk saling mengimbangi satu sama lain.

Zea berdecak kesal,"Itu yang bikin kamu stress, gak pernah merasa cukup, padahal yang orang-orang liat dari kamu nggak seburuk yang kamu kira."

"Coba ingat-ingat gimana kamu bahagia sebelum ini? buka tuh jurnal mu." 

Seperti dulu dimana Meta langsung menyadari sesuatu dan kembali melihat catatan nya, saat ini juga Meta beranjak dari ranjangnya menuju meja kerja, membuka buku catatannya.

"Banyak sekali do'a yang sudah dikabulkan, bahkan terkadang melebihi ekspektasi karena memang hidup itu banyak plot twist nya." Gadis itu membaca evaluasi dan cerita setiap bulannya di tahun ini, banyak sekali yang sudah di lewati dari resign hingga dia kembali mendapat pekerjaan lagi.

Dulu ketika baru saja lulus dia lumayan sulit mendapat pekerjaan, tetapi tetap berprinsip terus belajar sampai dia mendapatkan apa yang selalu dia panjatkan, tidak semua tapi Meta selalu bersyukur dengan apa yang dia dapat saat itu.

Sepulang kerja saat itu Meta akan membersihkan diri, freelance disela menunggu waktu ibadah dan masih melanjutkan freelance-nya hingga malam hari, dia pikir memang ini waktunya untuk mengejar sesuatu karena usianya masih muda.

Sampai akhirnya ...

"Ta? udah sadar? kamu ngerasain apa?"  Yang pertama Meta lihat adalah warna putih, lalu wajah tetangga kostnya muncul dengan wajah khawatir.

Dia bingung dan butuh beberapa saat untuk mencerna semuanya, dan menyadari dia berada di tempat asing juga badannya yang super lemas, "Hah?"

"Kamu pingsan tadi pagi, di depan kost sebelum berangkat kerja," jelas wanita itu pada Meta, menyadari Meta mulai bingung dengan kondisinya sekarang.

Ingatan pagi tadi seperti kaset rusak di dalam kepalanya, dia yang menjalani hari seperti biasa tiba-tiba seperti ini,"Ng ..."

"Kamu kena tipes." Satu fakta lagi yang membuat Meta kaget, selama ini dia belum pernah kelelahan atau stress hingga sakit seperti ini.

Rasa tanggung jawab dan ambisinya bahkan membuatnya bingung sekarang, sampai mana dia harus terus bekerja atau berhenti.

BWESAMBUNG...
Apa kabar nih? 
Halo ketemu lagiiii, mau ketemu lagi hari apa? ehehe
Jaga kesehatan dan bahagia selalu yah, udah akhir bulan ajaaa
Bisa nih evaluasi bulan ini dan planning buat bulan depan yah, aku sendiri ada rencana besar yang belum aku lakuin wkwk, memang masih banyak yang perlu di perbaiki, semangat yahhh kalian dengan kegiatan masing-masing... luvyu
Salam

Kuncup Peony 🌷🌷

Flower Romance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang