~Happy Reading~
"Maaf ya Ta, aku beneran harus pergi nih biar cepet kelar ini urusan." Jam menunjukkan jam makan siang, dan sepertinya dia harus makan siang sendiri lagi, karena Aini, temannya dari devisi marketing itu sedang sibuk di dua hari belakangan.
"Iya, nggak apa-apa, semangat." Mereka berpisah di lobi, sementara Meta memasuki kantin perusahaan, padahal hari ini dia dan Aini berencana makan mie pedas di luar kantor.
Tetapi tidak apa lah, setidaknya menu kantin kantor hari ini tidak membuatnya hilang selera, ada nasi udang asam manis, beberapa sayuran dan juga potongan buah. Meta sengaja memilih duduk di ujung ruangan,yang lebih tenang untuk duduk dan makan sendirian.
"Meta ya? bener kan?" Perlahan si pemilik nama mendongak, menatap manusia sok kenal di hadapannya ini, perlahan mencoba menelan makanan dalam mulutnya.
Semakin bingung ketika tanpa diminta lelaki itu duduk di kursi kosong di hadapannya,"Ya?"
"Kenalin, Kevin." Meta menatap wajah manusia bernama Kevin itu lalu ke tangan yang mengajaknya bersalaman.
Dengan senyuman terpaksa, Meta membalas jabat tangan Kevin, masih dengan pikiran bingung mempertanyakan ke-random-an lelaki di hadapannya. Gadis itu melanjutkan acara makannya perlahan, agak tidak nyaman dengan keberadaan orang asing yang tengah menatapnya.
Tidak tahan dengan apa yang dilakukan manusia di hadapannya, yaitu memandangi dirinya yang sedang makan Meta angkat bicara,"Jadi sebenarnya anda ada perlu apa?"
"Ah, jadi aku ketua devisi marketing, temannya Bima, dia..." Ah, dia tau darimana dan bagaimana lelaki itu sampai di sini.
Meta tidak suka menyerobot, tetapi dia tau apa yang akan di ucapkan akan membuatnya kesal saja,"Oh, berhenti aku tau maksudnya."
Lelaki itu malah tertawa, membenarkan rambut klimisnya,"Begitu dia cerita tentang kamu, aku coba perhatiin kamu,"
Baru saja Meta mau memasukkan sepotong buah semangka.
"Kamu dari kapan suka gambar?" Pertanyaan lelaki itu cukup mengerikan, dari mana dia tau hobinya? padahal dia tidak pernah bercerita pada siapapun meskipun itu Aini.
"Aku sering lihat kamu gambar di sela-sela istirahat kerja," jawab Kevin ketika menyadari wajah heran Meta.
Gadis itu menyibukkan diri dengan makanan penutupnya, menjawab Kevin seadanya,"Udah lama."
Kevin menumpukan kedua sikunya ke meja, membuat Meta mundur menjauh.
Lelaki itu masih dengan senyumnya menawarkan pada Meta,"Di rumahku ada lukisan-lukisan mahal dari beberapa pelukis terkenal kalau kamu mau lihat."
Meta tertawa hambar,"Terima kasih." Padahal dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ingin rasanya untuk bilang jika dia tidak ingin melihatnya, dan astaga! bahkan rasanya Meta mendengar nada kesombongan di sana.
"Gara-gara si bos tau tentang itu, beliau sering banget ngajak aku ngopi bahas koleksi lukisan." Kevin tertawa asik sendiri setelah mengucapkan hal itu, sedangkan Meta hanya menatap ke arah lain.
Oke, sepertinya Meta harus mengakhiri sampai di sini, menatap tempat makannya yang sudah kosong,"Aku cuma bisa gambar aja, tidak mempelajari sejauh itu."
"Aku juga nggak terlalu tertarik, tapi sepertinya bos nyaman banget ngobrol sama aku, bahkan aku jadi ketua divisi paling muda dari ketua divisi lain." Timpal Kevin pada pernyataan Meta.
Astaga! ternyata dia malah berbicara panjang lebar, sekarang Meta mulai memegang keningnya karena pusing mendengar Kevin dengan mulut besarnya.
10 menit Meta mendengarkan cerita Kevin dan kehidupannya, bukanya tersanjung justru Meta merasakan sebaliknya, entah karena latar belakang pertemuan mereka atau memang ucapan-ucapan lelaki itu yang membuat Meta kesal setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Romance [End]
ChickLitMeta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ketika dia memilih pulang berarti dia siap kehilangan ketenangan dalam hidupnya. Dan tanpa di duga dia...