~Happy Reading~
"Langsung bersih-bersih dan makan ya Mas." Kepulangannya sore ini disambut suara lembut wanita dari arah dapur, terhitung 4 hari sudah kondisinya seperti ini.
Satria melipir ke dapur sebelum ke kamarnya untuk memulai bebersih tubuhnya, mengecup sekilas pipi wanita yang sedang sibuk memasak itu,"Iya."
Lalu Satria berlalu ke kamar untuk segera mandi, dan kembali dengan wajah lebih segar dan rambut basahnya. Tidak seperti biasanya dia harus memasak untuk makan malam, kali ini dia di urus dengan baik oleh wanita paruh baya di depan sana.
Tidak ingin wanita kecintaannya sibuk sendiri, Satria berinisiatif mengambil alat makan dan menyusunnya di meja makan,"Masak apa ma?"
Sedangkan sang Mama membawa hasil masakannya ke meja makan,"Rendang."
"Kakak mana?" tanya lelaki itu ketika tidak mendapati kakaknya sedari dia pulang kerja, biasanya kakaknya itu sudah membahas banyak hal dengan sam Mama.
"Telponan sama adik mu tuh," tunjuk Mamanya ke pintu sebelah rumah, Satria sendiri memang anak tengah dan sekaligus anak lelaki satu-satunya.
Tak lama kakak perempuannya itu masuk dengan mengutak-atik smartphone-nya,"Ada apa anak itu?" tanya Satria melihat kakaknya yang menuju ke meja makan pula.
"Pengen ikut kesini katanya, tapi habis kamu kasih uang jajan katanya langsung inget harus serius belajarnya." Adiknya memang masih kuliah di kota asal mereka, karena dari almarhum Papa mereka, Kakak pertama hingga Satria sendiri menempuh S1 di kampus yang sama, jadi adiknya otomatis mengikuti.
"Matiin lagi ah, tadi mau pamer aja sama Sadhira." Wanita itu mematikan Smartphone-nya supaya tidak bisa di hubungi untuk sementara.
"Syakira." Tegur sang Mama, pasti anak bungsunya sekarang sedang mencak-mencak di sana.
Anak kecil
Kamu bisa ke rumah Mas di liburan tahun baru nanti, jangan lupa bawa laptop sambil siapin judul skripsi.
Mas, aku baru semester 5
Mama dan kakaknya tidak tanpa alasan berada di tempat tinggalnya sekarang, setelah segala yang terjadi Satria merasa memiliki tanggung jawab dengan ketiganya.
Setelah Papanya meninggal ketika umur Satria menginjak 11 tahun, dia bisa dibilang Satria paling kuat dibanding kakak dan adiknya. Saat itu ketika ketiganya dipaksa pulang lebih awal dari sekolah dan taman bermain oleh Om nya, dan disambut banyak sekali orang di kediaman mereka.
"Mama," panggil kakak tertua ketika menyadari apa yang terjadi, suasana rumah berkabung pasti sangatlah berbeda dan Satria kecil cukup paham akan itu.
"Sini sama Mama, Kakak, Mas sama Adek sekarang sama Mama aja ya." Di depan mereka tubuh kaku ayahnya terbaring, orang yang biasanya menemani dia bermain, orang yang selalu mengajaknya melindungi 3 wanita di rumah mereka.
Satria terdiam menatap wajah sang Ayah, lalu ikut dalam pelukan sang Mama seperti kedua saudaranya,"Mas sayang semua." Dia merasa sendirian tapi tidak lupa kalau dia harus menjadi pilar.
Entah mengapa beberapa jam terasa lama sekali, Mama beberapa kali harus kehilangan kesadaran membuat dua anak perempuannya pun semakin sedih. Yang paling tidak terdengar tangisannya adalah Satria, hanya beberapa kali terlihat mengusap air matanya, dia harus menenangkan adik dan kakaknya dari mereka sampai rumah hingga mengantar sang Ayah ke liang lahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Romance [End]
ChickLitMeta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ketika dia memilih pulang berarti dia siap kehilangan ketenangan dalam hidupnya. Dan tanpa di duga dia...