29. Rumah Sakit

26.3K 2.1K 62
                                    

~Happy Reading~

"Iya bagian situ," kata Meta sedang berbaring di sofa ruang tamu dengan kaki bertumpu pada kaki sang adik, sambil menonton serial kartun.

"Agak kencengan." Perintah Meta dengan sesuka hati pada Arya yang sudah memasang wajah sebal, niat hati pulang untuk libur sejenak malah kakaknya berulah.

Arya berdecak kesal, tangannya gatal ingin menyentil telapak kaki kakaknya tapi di tahan,"Ngelunjak ya anda yaa, lagian ini biasanya orang sakit nggak doyan makan tapi kakak makan satu mangkok buah sendirian."

"Buah kan menyehatkan," balas Meta tidak mau kalah, nafsu makannya sudah kembali lagi, dan banyak makanan enak di rumah.

"Cih." Arya berdecak kesal, tapi tangannya kali ini terulur meminta buah di mangkuk kakaknya.

"Udah lanjutin pijat nya."

"Tau gini kemaren nggak pulang," gumam Arya masih dapat didengar Meta.

Gadis itu mencubit lengan adiknya,"Heh, inget orang tuaaa, sering-sering pulang biar Bapak sama Ibu nggak kepikiran terus, mereka takut kamu di sana kurus."

"Nih orang sakit demam apa darah tinggi si?" gumam Arya lagi, belum sempat mendapatkan balasan lagi dari Meta, perhatian mereka teralihkan.

"Permisi." Suaranya khas sekali, Meta meringkuk mendengar suara pacarnya di depan pintu.

Dia mendorong-dorong tubuh Arya,"Ada mas Satria itu."

"Sana keluar." Kali ini adiknya yang keheranan, pacarnya datang bukanya semangat malah makin lemas.

"Kamu aja Arya, muka Mbak lagi kucel," alibinya dengan tangan yang masih mendorong adiknya untuk segera menemui Satria.

Arya berdiri, tidak ingin membuat Satria menunggu lebih lama,"Biasanya juga gitu-gitu aja mukanya." Walaupun kesal, dia satu-satunya orang yang ada di rumah sekarang, orang tuanya tetap ke sawah pagi tadi.

"Masuk aja Mas, Mbak Meta lagi malu katanya dia jelek." Mendengar kata sambutan untuk Satria itu Meta melotot tak percaya, tangannya mengepal kesal, kurang ajar memang adiknya satu itu.

Satria sempat tertawa kecil lalu menggeleng, setelahnya memberikan sebuah bingkisan,"Aku harus langsung pulang, ini buahnya biar dimakan."

"Makasih Mas," jawab Arya mewakili berterima kasih atas pemberian Satria, yang sudah kedua kalinya seharian ini setelah pagi tadi.

Nyatanya setelah lumayan membaik menjelang sore tadi, malam ini Meta drop dengan suhu tubuhnya kembali naik, luar biasa lemas sampai kembali tidak bisa bangun dari ranjang.

"Ke Rumah sakit aja yuk," ajak Ibu tidak tega melihat kondisi lemah anaknya, setidaknya Meta di rawat oleh yang berpengalaman, tau anak gadisnya itu kenapa.

"Hmm." Dalam hatinya membatin untuk tidak repot membawanya pergi, dia baru dua hari ini sakit dan sepertinya demam biasa, dan alasan lain karena takut jarum suntik.

'Nanti kalau di suntik terus nangis dokternya ketawa nggak ya?' batin Meta nelangsa.

"Yaudah ayok." Arya sepertinya salah paham, dia sudah bersiap membopong tubuh kakaknya sekarang, seolah Meta setuju saja.

Gadis itu tidak banyak bicara dari perjalanan sampai dia sudah ada di ruang rawat, matanya masih ada sisa air mata saksi dari pemasangan jarum infus di tangannya, tidak ingat malu lagi karena dominan rasa sakitnya.

"Perasaan tadi pagi udah nggak pusing." Meta masih menyangkal bahwa dia butuh di rujuk ke Rumah Sakit, apalagi harus rawat inap, alamat harus mengajukan cuti lagi besok.

Flower Romance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang