36. Photograph

24.3K 2.1K 28
                                    

~Happy Reading~

Meta keluar dari kamar setelah selesai membersihkan diri sepulang kerja,"Anak Arya belum pulang juga jam segini?" tanya-nya pada Ibu, ketika tidak juga melihat eksistensi mahluk berbulu itu.

Ibunya mengangkat bahu, menunjukan dia tidak tau,"Dari tadi siang udah nggak keliatan setelah makan."

"Udah tau musim ujan kelayapan mulu," kata Meta di akhiri decakan kesal, Imeng memang salah satu beban hidupnya.

"Paling juga di greenhouse nya Satria itu." Imeng masih pada kebiasaannya makan di kebun Satria yang memang menyediakan makanan kucing untuk kucing liar, tapi mungkin anak bulu itu lupa dia bukan kucing liar, dia diberi makan tiap hari oleh Meta dan keluarga, benar-benar ya.

"Awas aja dia." Meta memijit keningnya, pening menghadapi mahluk bulu satu itu.

"Buk, aku jemput Imeng dulu," pamitnya pada sang ibu.

Meta keluar rumah dengan cuaca dingin karena hembusan angin ketika akan hujan,"Eh bagus juga, biar aku ambil foto sebentar." Suasananya sedikit berkabut dan jalanan agak basah, memasuki musim hujan sudah tidak heran jika sepanjang hari akan mendung seperti ini.

"Mau kemana?" Meta terlonjak kaget di jalan yang sedari tadi sepi tiba-tiba ada suara di belakangnya.

Satria berhenti tepat di sebelahnya dengan sebuah sepeda, "Hah? oh mau cari Imeng."

"Di greenhouse tadi, ayo ikut." Lelaki itu menepuk boncengan pada sepedanya, meminta Meta untuk segera naik ke sepeda dan ke kebun bersama.

Meta membonceng dan berpegangan pada kedua ujung kaos Satria,"Sepeda siapa?" Selama ini dia tidak mengetahui Satria memiliki kendaraan itu.

"Pak Edi," jawabnya dan menarik kedua tangan Meta untuk melingkari perutnya, berpegangan lebih erat.

"Kamu dari mana?" Tubuh mereka sekarang lebih dekat lagi, bahkan Meta bisa menyandarkan kepalanya di punggung lebar lelaki itu, selagi bertemu ambil sedikit kesempatan, masa engga? Rugi dong!

"Cek-cek kebun lain aja." Kepindahannya sudah semakin dekat, berarti dia juga harus memastikan semuanya tetap aman saat dititipkan pada orang kepercayaan-nya.

Sampai di greenhouse mereka langsung bisa melihat Imeng yang bersantai di sebelah tempat makan kucing, Meta bergegas mendekat,"Sini kamu!" 

"Mewww!" tentu saja kucing itu lari terbirit-birit menghindari Meta yang memasang wajah garang itu mendekatinya.

Dia tidak berusaha mengejarnya, hanya menatap bengis kucing itu berlari,"Oooh gitu ya, nggak usah pulang sekalian! cari makan sendiri sana, bener-bener anaknya Arya."

Meta memijit keningnya merasa pening,"Hidup lagi capek-capeknya ini majikan nambah capek aja, kayak kucing lain kek yang bisa ngurangin stress." Perasaan yang dia lihat di media sosial kucingnya lucu-lucu, ini kenapa Imeng agak lain?

Di tengah kepeningan yang diciptakan hewan bulu itu, Satria  membawakan Imeng yang nurut-nurut aja dengan lelaki itu,"Ini." Setelah memberikan Imeng selanjutnya memberikan satu batang bunga merah hati, itulah untungnya memiliki pacar pemilik kebun bunga.

"Tadi pagi aku nemu tempat bagus, mau pergi besok?" tanya Satria setelah menutup pintu greenhouse, merasakan hembusan angin, akhirnya Satria memilih melepas jaket rajutnya untuk Meta.

Mata Meta berbinar-binar mendengar nya,"Oh ya? dimana?" Mengabadikan hal indah aalah hal yang disukai, selain itu dari sana membuatnya selalu mengingat banyak hal sederhana yang indah di dunia ini yang membuatnya ingat untuk selalu bersyukur.

Flower Romance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang