17. Ini kencan?

36.2K 2.8K 86
                                    

~Happy Reading~

Pagi-pagi Meta sudah cantik dengan setelan casual jeans dan blouse putih, keluar dari kamar menarik perhatian Arya yang sedang sarapan sambil menonton TV,"Tumben mandinya pagi amat."

"Emang Mbak kayak kamu?!" Dengan santai Meta mencomot potongan buah milik Arya sambil bermain smartphonenya.

Remaja lelaki itu menatap kakaknya sinis,"Hari libur biasanya juga mandi jam 12."

"Mau refreshing dong, masa di rumah terus." Meta dengan mengibaskan rambutnya bermaksud sombong kepada sang adik.

"Biasanya juga menguasai rumah," kata Arya lagi, Meta memang bisa di mana saja ketika di rumah, bukan  hanya berdiam di kamar terkadang gadis itu duduk di belakang rumah, dapur atau depan rumah untuk sekedar mengambil atau mengedit foto dan video.

Arya yang awalnya fokus dengan sarapan dan tontonannya akhirnya menoleh setelah menangkap  pergerakan Meta menuju keluar, sedangkan gadis itu yang merasa di ikuti menoleh menatap adiknya sengit,"Apa sih?"

"Nggak." Tetap pura-pura tidak tau walaupun gelagatnya pasti terbaca, dan tetap mengikuti Meta hingga teras rumah. Dia melihat seseorang yang familiar dan kendaraan yang sudah dia hafal diluar kepala, dia kira dengan tidak bilang Arya tidak tau? Sekali lihat pun dia tau itu mobil siapa.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Meta dengan menenteng tas berlari menjauh dari adiknya,"Aku pergi dulu ya, Arya." Sedangkan remaja itu masih dengan keterkejutannya.

Arya berlari ke belakang, menuju Ibu dan Bapaknya,"Buk, Mbak Meta pergi sama cowok."

"Sama Mas Satria itu," jawab si Ibu santai, kemarin malam Meta sudah izin dengannya dan suami jika memiliki acara keluar dengan Satria pagi ini, dia sebagai orang tua tidak banyak ikut campur dengan urusan anak muda, yang terpenting dia sudah tau anaknya dengan orang yang bisa dia percaya.

Kening Arya mengkerut,"Kok tau." 

Dan jawaban Bapak membuat anak itu semakin kesal,"Cuma kamu yang nggak tau."

***

Kali ini Satria dan Meta sampai di sebuah taman di pucuk bukit, walaupun tempat tinggalnya di daratan tinggi pula tetapi butuh suasana baru untuk dilihat, apalagi setiap hari melihat perkotaan di lingkungan kerja. Dulu ketika Meta baru pulang dan belum bekerja, dia suka sekali mencari suasana baru di kota, tetapi setelah setiap hari bergelut di gedung tengah kota membuatnya rindu dengan pemandangan hijau.

"Wah, keren sih ini." Di taman ini masih natural sekali, hanya ada pepohonan, jalan setapak rapi dari bebatuan, dan beberapa tempat duduk di pinggir jalan.

Bagus sekali dan tidak ada stand foto berbentuk love atau sayap di sekitar sana, tidak seperti tempat wisata lainnya di indonesia.

"Kita ke atas dulu?" tanya Meta di setujui Satria, jalan setapak ini akan berujung pada puncak bukit.

"Boleh, kita cari-cari tempat nyaman dulu." Awalnya jalan mereka beriringan, namun beberapa waktu Satria tidak merasakan ada seseorang di sebelahnya.

Satria menghentikan langkahnya,"Hm?" Lelaki itu menoleh ke belakang, mendapati Meta fokus memotret sekitar.

"Maaf tadi lihat spot nya bagus." Meta tersadar membuat lelaki itu menunggu, gadis itu tersenyum canggung, dia tidak bertingkah menyebalkan kan?

"Nggak apa-apa," kata Satria kemudian mempersilakan Meta untuk kembali berjalan bersama.

Selang beberapa lama Satria kembali tidak merasakan keberadaan Meta berjalan di sebelahnya, sudah tau apa yang gadis itu lakukan tetapi dia tetap melihat kali ini apa objek foto gadis itu. Nyatanya Meta berdiri mengarahkan kameranya lurus ke depan, dia menfoto jalanan ini?

"Bagus," gumam Meta dan tersenyum dengan hasil jepretannya.

Meta mendekat, menunjukkan foto tangkapannya kepada Satria,"Lihat." Jarak mereka dekat sekali sampai saling bisa mencium aroma parfum satu sama lain.

"Bagus," komentar Satria senyum kecil, tatapannya beralih dari layar smartphone gadis itu ke wajah pemiliknya yang sedang tersenyum bahagia.

"Yuk jalan lagi." Masih dengan jalan berdampingan secara perlahan, jalan mereka belum terlalu menanjak memang.

Meta sengaja mengsejajarkan langkah mereka, mengambil video langkah-langkah mereka atau hal-hal apapun yang bisa dia tangkap dengan kameranya. Karena jalan yang semakin menanjak langkah Meta semakin berat, dan lagi-lagi tertinggal dari Satria.

"Ini masih jauh nggak sih?" Dia sudah ngos-ngosan menempuh jalan yang sudah mulai berubah menjadi tangga lebar, tangannya bertumpu pada kedua lututnya.

"Itu manusia udah jauh aja," gerutu Meta melihat Satria masih terus berjalan, dia tidak tau apa partnernya ini termasuk manusia jompo bercover wanita muda.

 Gadis itu menegakkan tubuhnya menatap ke atas sana yang ternyata Satria berhenti menunggunya di sana, Meta tentu langsung berlari ke arahnya,"Oh, kamu tungguin? maaf agak nggak biasa nanjak jauh."

Satria menundukkan badan, Meta yang mengira mereka akan langsung melanjutkan jalan hanya mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Ayo naik." Lelaki itu mengisyaratkan untuk naik ke punggungnya, berniat menggendong gadis itu saja.

Meta masih terpaku,"Nggak apa-apa kok, bisa." Mereka minim sekali skinship, di mata Meta lelaki itu juga sosok yang tidak begitu peka lalu kenapa kali ini begitu manis? 

Satria hanya melihat gadis itu,"Ayo." Walaupun wajahnya serius tetapi niatnya sudah baik sekali.

Meta naik ke gendongan Satria dengan perasaan tidak karuan, dia hanya bisa berdo'a semoga debarannya ini hanya dia saja yang tau. 

Tidak lama mulai terlihat pemandangan perkotaan yang tampak kecil sekali dari atas sana, dan puncak dari bukit ini pun sudah terlihat, lapangan yang tidak terlalu lebar di pagar rapi.

"Waaa." Meta terkagum-kagum melihat pemandangan dari atas sana, sama halnya dengan Satria.

Satria tersenyum puas melihat pemandangan yang disuguhkan,"Hasil dari perjuangan membuat semua lebih indah."

Yang mereka bawa ke atas sini hanya dompet, buku, botol minum dan beberapa makeup di tas Meta. Lalu mereka ke sini hanya untuk membaca buku karena ceritanya hari ini mereka ingin sejenak terbebas dari gadget dan media sosialnya, menikmati alam dan kehidupan yang lambat untuk sesaat.

"Terkadang kita memang perlu meromantisasi hidup seperti ini ya, menikmati hidup seolah kita tokoh utama, take time, mengsyukuri nikmat Tuhan seperti ini." Cuaca panas pun tidak terlalu terasa karena cukup berangin dan membawa kesejukan, sangat cocok dinikmati seperti yang mereka lakukan saat ini.

Mereka berdua dari yang awalnya serius membaca buku di bawah pohon, menatap luruus ke depan dimana terlihat pemandangan kota, hiruk pikuk keramaian yang indah juga di lihat dari sisi lain,"Kita memang sejatinya tokoh utama di masing-masing cerita kan, hanya terkadang kita terlalu fokus dengan cerita orang lain." Yah, memang semua hal memiliki sisi lain, tergantung kita ingin melihat dari mana.

Satria mengajak Meta untuk turun lagi,"Ayo kita cari makanan, sebelum kamu kelaparan dan tidak bisa berjalan turun." Perjalanan turun tentu tidak se drama ketika menaiki bukit, Meta terus mengikuti Satria beberapa langkah di belakang.

Tertawa sendiri Meta bermain bayangan yang ada di samping mereka, dengan iseng gadis itu membuat bayangan tangannya meraih tangan Satria, seperti bergandengan tangan. Sampai entah dari kapan Satria sadar, lelaki itu menggandeng tangan Meta untuk berjalan di sebelahnya membuat gadis itu tidak berkutik.

Ini baru yang namanya kencan kan?

BERSAMBUNG...
Selamat menyambut hari libur terakhir ya yang sekolah, kayaknya kebanyakan tanggal 17 udah harus masuk ya, yang kerja atau kuliah tetap semangat di era temen pada naik pelaminan dan kita masih sendirian haha, yang terpenting mari bertumbuh lebih baik setiap harinya...

BTW udh tau visual si mas Satria blom? atau kalian punya visual sendiri? bisa komen-komen



Flower Romance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang