~Happy Reading~
Tandai jika ada kesalahanSelesai beribadah Meta memutuskan keluar dari kamar tamu, di rumah calon mertua tidak boleh terlihat malas walaupun mata masih 5 watt.
Di dapur sudah berdiri lelaki dengan setelah kaos polos putih dan sarung, sedang membuat minuman di sana,"Pagi." Sapanya.
"Mau teh?" Satria menunjukkan satu mug kosong.
Meta mengangguk,"Boleh." Walaupun udara tidak se dingin di rumahnya tetapi udara pagi di kota ini lumayan dingin.
Satria membawa dua mug ke ruang keluarga yang memang menjadi satu ruang besar ini, menghampiri Meta yang melihat ikan bergerak-gerak dalam aquarium,"Arya gimana?" tanya nya sambil menyerahkan satu mug pada gadis itu.
"Katanya mau tidur aja mumpung libur." Dia menyeruput teh pahitnya.
Mereka menyandarkan punggung ke sofa,"Nggak apa-apa, gimana first impresion semalam."
"Harusnya aku yang nanya gitu, mereka gimana ke aku?" tanya Meta khawatir, semalam setelah mereka sampai di rumah, mereka berbincang berjam-jam sampai memutuskan liburan bersama esok hari.
"Nggak gimana-gimana kok, kalian langsung bisa akrab aja kan semalam." Bahkan rancana liburan mereka hari ini destinasinya diserahkan pada Meta sepenuhnya, katanya sih karena Meta yang akan mereka perkenalkan dengan kota ini.
"Nanti kita berangkat jam 9 an, mau coba cari sarapan ke luar?" tawar Satria menunjuk pintu utama.
"Nggak apa-apa?" Dia bangun pagi karena takut orang rumah akan masak sarapan dan dia kesiangan, tetapi lelaki itu ternyata mengajaknya membeli sarapan.
Dengan cengiran Satria menjawab,"Cuma ke depan perumahan aja sih."
"Aku bilang Mama dulu." Dia berlalu menuju kamar Mama untuk mengabari supaya tidak memasak saja dan dia akan keluar bersama Meta.
Satria sudah keluar dengan celana selutut dan hoodie abu, sedangkan Meta hanya melapisi dress nya dengan cardigan dan mengikat rambut, tidak lupa memoles sedikit bibirnya.
Urusan mandi belakangan, asal pakai lip cream semua beres.
Meta inisiatif membantu membuka pagar ketika Satria mengeluarkan sepeda, sampai akhirnya,"Kak Ta," panggil pemuda di gerbang rumah depan, melambaikan tangan ke arahnya.
"Ibraa, pagi," sapa gadis itu balik, Ibraa ini anak pertama Om nya Satria yang semalam turut ramai di rumah.
Remaja lelaki itu melihat Satria keluar dan tersenyum,"Mau pada cari sarapan?"
Satria mengangguk,"Iya, kamu juga?"
Pertanyaan itu hanya di jawab anggukan dan menunjukkan beberapa lembar uang di tangan,"Sekalian aja, kamu tunggu di rumah, 4 kan? chat aja request apa gitu."
"Samain aja sama Mas, makasih." Setelah itu Ibraa kembali masuk ke dalam rumah dan kami pergi dengan sepeda.
Meta di belakang berpegangan pada pinggang Satria, menikmati angin sepoi-sepoi dan cahaya matahari pagi yang hangat,"Kalau lagi di desa mana bisa beli bubur ayam begini."
"Beli daging ayam di warung Bulek yang ada." Satria tertawa, yah pada nyatanya memang tidak ada yang menjual sarapan kecuali mereka mau mencari ke kota.
Begitu keluar dari komplek perumahan, ada berjejer penjual makanan di pinggir jalan raya dan setelah memarkir sepeda langkah Satria memimpin nya ke gerobak bubur Ayam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Romance [End]
ChickLitMeta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ketika dia memilih pulang berarti dia siap kehilangan ketenangan dalam hidupnya. Dan tanpa di duga dia...