~Happy Reading~
Setelah berjam-jam perjalanan di jam 6 sore akhirnya lelaki itu sampai di rumah, dia menemukan hanya sang adik dan Mama, harusnya jam segini semua anggota keluarga sudah berkumpul di rumah.
Mengetahui tatapan heran anak lelakinya ketika memasuki rumah, Mama nya inisiatif menjawab sambil menyambut Satria yang mencium tangannya,"Kakak agak lembur katanya."
"Aku bersih-bersih dulu Ma," pamit Satria lalu berlalu ke kamarnya setelah meletakkan bawaan-nya berupa kue dari Meta kemarin.
Lelaki itu memilih berdiam diri di kamar setelah selesai dengan kegiatan-nya, membuka room chat nya dengan Meta yang beberapa menit lalu mengirim foto gadis itu yang sedang memakai bando berbentuk ikan, katanya baru beli sore tadi ketika ke mall bersama temannya sepulang kantor.
Senyum Satria hilang ketika matanya menangkap hal tidak biasa di depan pagar rumah,"Siapa?" gumamnya lalu keluar menuju balkon untuk melihat lebih jelas.
Kak Syakira yang baru pulang bekerja tiba-tiba saja di hadang oleh lelaki dari mobil tersebut, Satria mengenali postur itu. Dia segera berlari turun menghampiri keduanya, saking cepatnya membuat Mama dan Syadira yang duduk cantik di ruang TV dibuat kaget.
"Ada apa sih Mas?" Merasakan suasana tidak enak, Mama mengikuti anak lelakinya keluar rumah.
Sedangkan Satria begitu sampai langsung memisahkan keduanya,"Woy lepas nggak!" Tetapi tidak semudah yang dibayangkan, lelaki itu tetap menggenggam pergelangan tangan kakaknya dengan erat.
"Mas!" pekik Mama ketika Satria akhirnya melayangkan pukulan, sementara Syakira yang akhirnya terlepas langsung menjauh ke sebelah adik perempuan-nya.
Dia masih linglung, perasaannya juga tidak karuan sekali, karena lelaki itu sudah beberapa kali terus berusaha mengikutinya untuk mengajak rujuk.
"Udah Mas!" Teriakan Mama mereka mengundang Om mereka dan keluarganya juga keluar rumah.
Bapak-bapak dengan kaos putih dan sarung andalannya tergopoh-gopoh keluar, kaget melihat keponakannya yang kalem itu menonjok orang,"Ya Allah, udah udah!"
Ketika berhasil di lerai ternyata korbannya adalah Sean si calon mantan kakak ipar Satria, melihat Sean sendiri sudah bonyok lelaki paruh baya itu membantu berdiri, berujung mengusir secara halus,"Kamu mendingan pulang saja Sean."
"Saya cuma mau ngomong sama Syakira," kata Sean pelan, melirik lagi wanita yang bahkan sekarang tidak mau melihat ke arahnya.
"Nggak usah maksa juga, lagian mau ngasih pembelaan apa lagi?" jawab Satria dengan nada tinggi, kalem-kalem gini kalau marah nyatanya bisa bikin anak orang babak belur.
"Maaf," gumam Sean akhirnya menyerah juga, mau se-denial apapun harusnya dia sadar wanita yang pernah dia jaga itu juga sudah sakit sekali karenanya.
"Sudah lebih baik pulang, nggak harusnya ada keributan gini." Pada akhirnya Sean kembali memasuki mobil dengan berat hati.
Sementara Satria masih melihat mobil itu sampai benar-benar jauh tidak terlihat,"Ayo masuk!" tegur si Om masih menunggunya untuk masuk dan membicarakan tentang hal yang baru saja terjadi.
Mulai hari itu kewajiban Satria bertambah untuk mengantar dan menjemput kakaknya bekerja, walaupun wanita itu sempat menolak tetapi tetap saja adiknya itu bersikeras.
Pagi sekali Satria sudah rapi untuk mengantar kakaknya pergi bekerja, wanita itu justru ragu-ragu menatap adiknya, "Katanya kamu ada kelas online pagi ini."
"Bisa sambil di jalan kok, jadwal mereka yang presentasi," kata Satria memasuki mobil seolah tidak mau menerima protes apapun.
Dia sudah berkomitmen untuk bejaga-jaga hingga proses perceraian kakaknya selesai, dia akan mengupayakan supaya lelaki itu tidak lagi menyakiti kakaknya. Tidak jarang dia mendapati calon mantan suami kakaknya itu berada di sekitaran kakaknya diam-diam, membuat Satria semakin was-was juga selama sebulan ini.
***
Meta sedang mengedit foto yang sayangnya sudah 30 menit ini hanya melamun saja, Meta fokus pada layar smartphone yang mati di sebelah bunga dalam kaca pemberian Satria beberapa bulan lalu.
Gadis itu tersadar ketika layar smartphone-nya menyala, terlihat panggilan video dari Satria di sana, akhirnya ada terlihat pula kabar lelaki itu.
'Maaf aku ketiduran sebentar,' kata Satria di seberang sana dengan suara parau dan mengusap kepalanya bingung, mungkin kaget dengan pesan-pesan Meta yang belum dia balas dari siang.
Wajah lelaki itu terlihat lelah sekali, terlihat wajah bangun tidur lengkap dengan ke ling-lungan nya. Akhir-akhir ini memang lelaki itu terlihat sibuk sekali karena setiap mengirim foto pasti sedang diluar rumah, wajah yang dikirim pun terlihat lelah pula.
Dan untuk pertama kalinya telefon malam mereka akhirnya Satria tertidur terlebih dahulu daripada Meta.
Hari berikutnya Meta pulang lebih cepat karena hari Jum'at, kali ini dia memutuskan untuk langsung pulang setelah membeli kopi. Baru saja duduk menikmati sore hari dengan kopi, Meta di kagetkan dengan sebuah sapaan .
"Mbak Meta." Padahal dia sudah duduk di pojok kebun, sejauh mungkin dari jalan yang dilewati orang.
Sosok lain muncul menyapa Abizar yang berdiri di pinggir jalan,"Eh, Abizar ngapain di sini?"
Dia menggaruk tengkuknya canggung,"Oh, ngobrol aja bu." Pandangan nya mengarah pula pada Meta yang sibuk minum kopi walaupun melirik dengan ujung matanya.
Ibu-ibu itu hanya mengangguk sambil melihat keduanya bergantian,"Ohh iya iya, lanjut aja, saya duluan yaa."
Seberapa lama pun Meta diam, pada nyatanya Abizar tetap berdiri tegak di tempatnya, sampai akhirnya Meta melihat lelaki itu,"Ada apa?"
"Saya rasanya ingin denial mbak, saya tau gimana Mbak ngadepin omongan orang, saya beneran berniat serius kalau Mbak Meta butuh saya, saya siap," katanya membuat Meta pusing seketika, dia bukan hanya 'ingin' tetapi sudah denial untuk masalah perasaannya.
Meta tersenyum sinis,"Nikah itu bukan lomba yang harus cepat-cepat karena hanya orang lain." Dengan berbicara seperti itu entah kenapa rasanya Abizar juga menuntutnya untuk segera menikah, satu permasalahan ini agak sensitif menurut Meta.
"Saya juga punya hak kan Mbak, selama janur kuning belum melengkung." Abizar masih kukuh dengan pendiriannya untuk mendapatkan Meta.
Gadis itu tertawa sinis, tidak tau lagi bagaimana cara merespon lelaki itu, mungkin benar masih ada banyak kemungkinan sebelum janur kuning melengkung, tetapi Meta tidak suka rasa terdesak seperti ini.
Biarlah di anggap tidak sopan, gadis itu berdiri dan masuk kedalam rumah tanpa kata apapun.
"Ada apa sih dengan semuanya." Kenapa semua seolah pas sekali, bersambungan dan beruntun menjadi sebuah cerita menyebalkan.
"Ini ujian datangnya satu-satu bisa nggak sih? gak usah keroyokan begini," keluhnya lalu menjatuhkan diri di atas kasur.
Rasanya lelah sekali, semua terjadi bersamaan menimbulkan masalah lainnya.
BERSAMBUNG...
Sempet kepencet lagi tadi, karena sibuk ngobrol sama temen 😂
Terima kasih buat doa' nya ya temen-temen, aku gabisa bales satu-satu semoga setiap do'a baiknya balik ke kalian juga yaa 🤗
Aku bisa nulis begini buat kalian pun sudah kesenangan sekali, ketemu sama banyak orang baik disini 🥺BTW biasanya kalian baca novel di mana aja? apa cuma di WP?
Salam
Kuncup Peony 🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Romance [End]
ChickLitMeta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ketika dia memilih pulang berarti dia siap kehilangan ketenangan dalam hidupnya. Dan tanpa di duga dia...