Khawatir

141 20 0
                                    

Dukung author dengan vote dan comment, terima kasih.

Happy reading (⁠◕⁠દ⁠◕⁠)

"Gue juga nggak mau lo nantinya merusak hubungan dia dan orang yang dia suka saat ini. Gue sayang sama lo dan gue nggak pernah berpikir buat nyakitin hati lo. Gue pengen lo benar-benar bahagia, walaupun bukan sama cowok itu."

Setelah pembicaraan dengan orang itu, Sunghoon melajukan motornya ke rumah.

"Kalian ngapain di rumah gue?" Ketus Sunghoon melihat Jake dan Jay.

"Lo masih berhubungan sama orang itu??" Tanya Jake.

"Kenapa emang?? Nggak ada salahnya kan?? Dia berharga buat gue, dan gue sayang sama dia." Balas Sunghoon.

"Lo beneran nggak ada pikiran untuk buat orang itu ketemu sama dia??" Kini Jay yang bertanya.

"Nggak."

"Sampai kapan lo mau begini terus Hoon? Masalah nggak bakalan selesai kalo lo egois." Saran Jake.

"Egois??" Sunghoon tertawa remeh.

"Kalian yang egois!! Kalian nggak pikirin hati orang yang gue sayang nanti!! Kalo dia ketemu sama cowok itu apa yang bakalan terjadi?!! Cowok itu pasti bingung dengan hatinya lagi dan menyakiti dua orang yang seharusnya tidak tersakiti."

"Ah lo berbelit-belit Hoon!! Gue muak dengan segala pikiran lo!! Kalo lo nggak mau mempertemukan mereka berdua, maka gue dan Jake yang akan bertindak!!" Ancam Jay dengan tatapannya yang tajam.

Sunghoon tak kalah menatap tajam Jay.

"Pusing gue lihat semua masalah ini. Nggak ada beres-beres nya." Batin Jake.

Dua Minggu sudah terlewat, Hyunsuk sudah sadar dan sekarang sedang bercanda dengan Haruto dan Jeongwoo. Tentunya sekarang sudah sore, mana berani mereka bolos sekolah.

"Wony mana?" Tanya Jeongwoo.

"Oh dia lagi belajar. Nggak mau diganggu, makanya gue mutusin kesini sama lo." Balas Haruto.

"Tumben nggak belajar bareng?? Kalian berantem?"

"Nggak sih, gue cuma cemburu doang Wony didekati sama cowok. Tau sendiri kan Wony itu populer juga." Haruto cemberut membuat Hyunsuk gemas sedangkan Jeongwoo jijik.

"Cowoknya siapa?? Jangan bilang anak kelas kita?"

"Kalo anak kelas kita sih gue rasa nggak masalah karena otaknya gesrek semua. Gue yakin mereka ditolak sama Wonyoung."

"Terus?? Siapa dong kalo gitu??" Ini Hyunsuk yang ngomong. Dia mulai tertarik dengan hubungan Haruto ini.

"Itu tu si Kai datang-datang dari kelas sebelah selalu ganggu waktu gue sama Wonyoung. Mana ngintilin tiap waktu lagi, udah kayak penguntit njir." Haruto kesal sekaligus merinding.

"Ya terus sekarang Wonyoung dimana? Di apartemen lagi belajar?" Tanya Hyunsuk.

"Nggaklah!! Di apartemen kan ribut, mana mau dia disana!"

Hyunsuk dan Jeongwoo saling menatap membuat Haruto bingung.

"Kenapa kalian??"

"Jangan bilang Wonyoung masih di sekolah belajar di jam segini??" Jeongwoo dan Hyunsuk bertanya bersamaan.

"Iya. Emang kenapa? Ada masalah?" Heran Haruto.

Hyunsuk tepuk jidat sedangkan Jeongwoo langsung pergi melesat keluar kamar.

"Lah kenapa dia?" Haruto bingung dengan Jeongwoo yang tiba-tiba keluar kamar.

"Lo kejar Jeongwoo, bantu dia temukan Wonyoung. Gue rasa Wonyoung dalam bahaya di sekolah." Titah Hyunsuk.

"Tapi hyung gimana??"

"Gue bisa panggil suster kalo butuh apa-apa. Sekarang pergi ke tempat Wonyoung bodoh!!" Akhirnya Haruto juga buru-buru ke sekolah lagi.

Wonyoung asik belajar sambil mendengar musik. Tak sadar sekarang sudah jam 18.00 dan sebentar lagi sekolah akan tutup.

"Sepertinya gue kali ini bakalan berhasil, nggak ada yang menghalangi." Gumam seseorang di belakang Wonyoung.

Jeongwoo tiba lebih dulu di sekolah, ia meloncat pagar dan berteriak ke segala arah mencari Wonyoung.

"Perpustakaan!!" Jeongwoo teringat Wonyoung pasti ada disana karena sepi.

Setelah dirasa cukup belajar, Wonyoung membereskan seluruh bukunya dan menuju pintu perpustakaan.

Cklek.

Cklek.

Terkunci.

Wonyoung bingung, kenapa pintunya dikunci?? Biasanya walaupun sudah jam segini, pintu perpustakaan tidak dikunci.

"Wony." Panggil seseorang dari belakang Wonyoung.

Wonyoung kenal suara itu, itu suara Kai. Cowok yang selalu menganggu Wonyoung dengan memberikan coklat, surat, dan bunga di loker Wonyoung. Bahkan ia selalu mengikuti Wonyoung dimanapun dan kapanpun sampai Haruto marah dan hubungan mereka sedikit renggang.

Wonyoung menoleh dan melihat Kai tersenyum aneh. Kalo kata Wonyoung sih kayak psikopat.

"Lo tau nggak Nyoung??" Ucap Kai.

Wonyoung mundur dan menggelengkan kepalanya. Kai juga semakin maju.

"Gue udah naksir lo sejak kita masih SMP. Waktu itu gue nembak lo di depan semua orang, tapi yang gue dapat malah gue dipermalukan oleh orang yang gue suka."

"Iya!! Itu lo!! Lo nolak gue depan anak-anak dengan mengatakan kalo lo udah suka sama cowok lain!! Gue nggak terima Nyoung! Karena lo udah permalukan gue, sekarang gue yang bakalan balas dendam!"

Kai menerjang Wonyoung, Wonyoung yang tenaganya lebih kecil sudah pasti akan kalah dari Kai. Kai tiba-tiba mencium bibir Wonyoung secara paksa dan melumatnya.

Setelah menciumnya, ia tersenyum bangga dan membius Wonyoung dengan obat tidur.

"Gue nggak mau lo ribut. Tidur yang nyenyak." Bisik Kai.

Brak.

Keributan itu membuat atensi Kai beralih ke orang yang mendobrak pintu. Dia Jeongwoo.

Jeongwoo dan Kai langsung terlibat perkelahian, Jeongwoo tidak tahan melihat Kai berada di atas Wonyoung, pikirannya sudah dipenuhi hal negatif yang Kai lakukan ke Wonyoung.

Bugh.

Bugh.

Bugh.

Bugh.

Saling memukul, saling menendang, tapi Jeongwoo jelas lebih unggul. Dan akhirnya Kai mendecih dan kabur.

Disaat itu juga Haruto datang ke perpustakaan, ia melihat Jeongwoo yang terkapar tapi masih sadar dan Wonyoung yang pingsan.

"Lo lebih baik bawa Wony ke apartemen, dia butuh istirahat dan mungkin butuh lo saat bangun nanti." Pinta Jeongwoo.

"Terus lo?? Muka lo babak belur gitu. Gue nggak mungkin ninggalin sahabat gue disini." Haruto tidak langsung mengiyakan permintaan Jeongwoo.

"Gue baik-baik saja To. Ini luka kecil, lo tau kan kalo gue itu kuat. Hal beginian nggak mengganggu bagi gue." Balas Jeongwoo.

"Udah sana pergi!!" Usir Jeongwoo dan diangguki Haruto.

Setelah Haruto pergi, Jeongwoo ingat waktu itu ia pernah menunda pertandingan basket. Dan hari ini jadwalnya.

Di lapangan,, terlihat teman-teman Jeongwoo. Jeongwoo juga melihat Rei.

"Dia datang. Setidaknya dia masih melihat gue." Batin Jeongwoo.

Di tengah pertandingan tiba-tiba Jeongwoo terjatuh dan pingsan. Jeongwoo pingsan bukan karena kelelahan, tapi karena dia dipukul dengan balok oleh Kai saat berkelahi tadi.

Terlihat teman-teman Jeongwoo dan Rei berlari ke arah Jeongwoo.

"Lo khawatir banget sama gue kayaknya. Gini ya rasanya dikhawatirin sama cewek, entah kenapa gue senang." Setelah itu Jeongwoo benar-benar pingsan.

Love In Apartment | Treasure Feat Aespa And IveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang