11. Simalakama

12.9K 478 5
                                    

"Kak!, udah dong nangis nya, Kak Sasha udah jelek malah tambah jelek kalau nangis terus" Tegur Nana yang muak melihat Kakak nya.

Sasha hanya diam, ia tak menyangka jika Pras benar-benar memilih bertunangan dengan wanita pilihan Mamah nya.

Dan hari ini, Sasha sekeluarga pergi ke jakarta guna menghadiri acara pertunangan laki-laki itu. Sasha tak menyangka jika dirinya harus melepas Pras secepat ini.

Sesungguhnya Sasha juga bingung dengan perasaan nya. Ia risih jika di ganggu oleh Pras, makanya ia terima saja sikap Gavin yang terlihat menyukai nya. Tetapi, setelah Pras menyatakan perasaan nya dan memilih pulang ke jakarta demi menerima wanita pilihan Mamah nya, rasanya Sasha tidak ikhlas. Sasha merasa kehilangan. Sasha seperti ingin menangis kala Pras terus mendiami nya. Dan Sasha tahu perasaan apa itu. Cinta, Sasha sudah mencintai Pras dari lama, hanya gadis itu tak sadar.

Dan kini, dengan luka hati yang belum sembuh total. Sasha harus menghadiri acara tunangan orang yang ia sayang. Rasanya Sasha ingin teriak.

"Udah sampai, kita nginep di hotel dulu ya, soalnya acara tunangannya besok pagi" Jelas Aryo yang turun dari mobil di ikuti Serina.

Kedua orang tuanya itu sudah tahu jika Sasha menangisi Pras sejak lelaki itu pergi hingga saat ini. Dan respon kedua orang tuanya seperti orang tua pada umumnya.

Mencoba menyemangati dan nenyuruh Sasha melupakan Pras.

"Ugh akhirnya sampai, pegel belakang aku duduk di mobil ber jam-jam" Ucap Nana sebelum turun dari mobil.

Sasha ikut turun dan menarik kopernya menuju hotel. Ia mengikuti langkah kedua orang tuanya dan berhenti saat mereka berdua menyerahkan kunci ke Sasha.

"Ini, Kamar Papah di sebelah sama Mamah kalian, kalian tidur berdua ya, soalnya kan kita cuma semalam, gak apa-apa?" Tanya Aryo.

"Pah, aku gak mau tidur sama kebo ih!" Ucap Nana mencoba menghibur Sasha.

Gadis itu menghela napas gusar dan membuka pintu kamar 109 meninggalkan Nana dan kedua orang tuanya yang bercanda gurau.

"Kasian banget sih Kak Sasha" Celetuk Nana kepada kedua orang tuanya.

"Udah sana masuk" Tegur Aryo yang langsung di angguki Nana.

💢💢💢

Malam ini Sasha memutuskan untuk berkeliling di area hotel setelah keluarganya selesai makan malam. Ia hanya butuh angin segar untuk menjernihkan pikiran.

Semakin melangkah, semakin jauh pula dirinya dari hotel. Langkah nya terhenti saat melihat sosok yang sangat ia kenal tengah bergandengan dengan wanita cantik yang masih memaki jas dokter.

Tak ingin berpapasan. Akhirnya Sasha memutar tubuhnya hendak berbalik. Namun, napas nya tercekat saat suara bariton itu memanggil nya. Suara yang sangat ia rindukan.

"Sasha?"

Lelaki dan perempuan dokter itu mendekat. Ia memegang bahu Sasha yang otomatis membuat gadis itu berbalik menghadapnya.

"O-om Pras" Cicit Sasha menatap bergantian Pras dan wanita di sebelahnya.

"Kamu kok disini?" Tanya Pras.

"O-oh ah aku sama keluarga nginep di hotel situ" Tunjuk Sasha canggung.

"Kenapa gak nginep di rumah saya aja?"

"Papah udah capek nyetir, Jadi cari hotel yang deket aja katanya"

Pras manggut-manggut paham. Ia memperhatikan Sasha yang terus melihat ke arah wanita di sampingnya.

"Sha, kenalin ini Aluna calon tunangan saya" Ucap Pras.

Deg

Ucapan Pras membuat jantung Sasha berpacu dua kali lipat dari biasanya. Pantas jika Pras enggan menolak perjodohan tersebut. Jika Sasha di bandingkan oleh Aluna maka Sasha tak ada apa-apanya.

Aluna tersenyum kemudian menjabat tangan Sasha lembut "Aluna".

Beberapa detik Sasha terpaku dengan wajah cantik yang tersenyum kepadanya itu. Namun, ia tersadar dan langsung menerima uluran tangannya.

"Sasha, Mbak"

"Sasha ini yang pernah kamu ceritain ke aku ya?" Tanya Aluna kepada Pras.

"Iya"

"Wah cantik ya"

Sasha tersenyum canggung "Makasih, Mbak".

"Kata Pras, kamu orangnya pinter masak ya?, aku mau dong belajar dari kamu"

"Boleh, Mbak"

Entah apa saja yang Pras cerita kan pada gadis itu. Mungkin keduanya sudah sangat dekat, maka dari itu Pras menceritakan tentangnya pada Aluna.

"Oh iya, mulai sekarang kamu jangan sungkan ya sama aku, karena Pras udah anggep kamu ponakan jadi aku juga bakal anggep kanu adikku" Ucap Aluna membuat Sasha membisu.

Sasha hanya diam, ia tak tahu harus mengatakan apa. Jadi, Sasha di kenalkan ke Aluna sebagai anak sahabatnya yang ia anggap ponakan?, bukan sebagai gadis yang pernah Pras cintai?. Astaga!, Sasha harus sadar, sepertinya Pras memang ingin menghapusnya dari list wanita di hatinya.

"Iya, Kalau gitu aku balik ke hotel ya, udah malam soalnya" Ucap Sasha.

"Mari, Mbak" Ucap Sasha menatap Aluna kemudian berganti ke Pras "Aku ke hotel ya, Om" Ucap Sasha tersenyum kemudian meninggalkan kedua pasangan itu yang terus menatapnya.

"Hati-hati Sha!" Teriak Aluna yang di angguki oleh Sasha.

Pras melihat punggung gadis itu mulai menjauh seketika tersadar jika Sasha menangis. Bahunya gemetar, rasanya Pras ingin berlari memeluknya dan menenangkan gadis itu. Andai tak ada Aluna.

Pras meggeleng, ia tak boleh seperti ini. Aluna adalah pilihannya, Sasha akan ia lupakan. Pras yakin jika perasaan Sasha padanya hanya sementara. Seiring berjalannya waktu, mereka berdua akan saling melupakan dan hidup bahagia dengan pilihan masing-masing.

"Aku pulang sendiri aja ya, Mas" Ucap Aluna.

"Biar aku anter"

"Nggak usah" Tolak Aluna halus.

Gadis itu berlalu meninggalkan Pras dengan tatapan yang sulit di artikan. Pras tahu jika Aluna merasa sakit hati, karena Pras terus menatap Sasha.

Dan sebenarnya, Pras mengenalkan Sasha kepada Aluna sebagai gadis yang pernah ia cinta. Bukan gadis yang ia anggap ponakan.

"Kalau gini ceritanya, gue serba salah" Gumam Pras menatap punggung Aluna dan Punggung Sasha yang semakin jauh.

Sudah seperti di sinetron saja, Pras bagai memakan buah simalakama. Bingung menentukan hidupnya sendiri. Ia hanya mengikuti alur saja. Jika Sasha bukan jodohnya maka Pras ikhlas. Dan jika Aluna lah yang berjodoh dengannya maka ia akan mencoba membuka sedikit demi sedikit hatinya untuk Aluna.

Arrrgh!.

"Bingung banget anjing!" Umpat Pras kemudian menggerakkan kakinya seolah menendang.

"Mas, maaf jangan teriak, anak saya takut" Ucap seorang ibu-ibu menggendong anak berusia 3 th.


*
*
*
TBC

Prasetya (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang