17. Bukan Akhir

7.4K 417 17
                                    

Tak ada yang dilakukan Sasha selama kejadian kemarin, dia juga sudah menceritakan kejadian kemarin kepada Aryo.

Aryo yang mendengarnya marah besar, dia tak akan membiarkan anak gadisnya mengalami kejadian seperti kemarin, Aryo sangat takut, lebih baik dia meninggalakan pekerjaannya daripada harus melihat anaknya yang hampir di lecehkan karena tidak di jemput.

Bahkan Aryo tak menyangka tentang yang Sasha alami semuanya karena menunggu Pras, bahkan tentang mantan pacar Pras pun Aryo baru mengetahuinya.

Dulu Pras memang sering bercerita tentang mantannya yang bernama Riana itu, tapi setelah Pras mendekati Sasha, lelaki itu tak pernah lagi membahas tentang Riana.

Aryo tahu bagaimana susahnya Pras untuk move on dari Riana, bahkan Aryo sampai muak mendengar cerita tentang gadis yang bernama Riana itu.

Dan mungkin benar kata Sasha, mungkin Aryo perlu bicara kepada Pras soal pernikahannya, Aryo jadi ragu melepas Sasha untuk Pras.

Kalaupun ingin membatalkan pernikahan mereka berdua, Aryo tak enak hati kepada orang tua Pras, mungkin Aryo hanya ingin mempersulit Pras mendapatkan Sasha, dia ingin Pras membuktikan apakah dia sayang atau tidak dengan Sasha.

Dan disini lah Sasha sekarang, berada di balkon kamarnya, cuaca malam ini sangat dingin, bahkan Sasha mengenakan sweater.

"Kok gue gini banget ya? Harusnya kan gue tuh nikmatin masa remaja gue dulu, ga usah mikir tentang nikah, atau gue tolak lamaran Pras ya? Kayaknya emang harusnya gue tolak, gue belum siap buat sakit hati terus"

Saat asik memandang langit malam, Sasha beralih menatap rumah Pras, dan betapa terkejutnya Sasha yang melihat Pras berada di balkon juga.

Sasha melihat Pras mengetik di hp miliknya, dan tak lama hp milik Sasha berbunyi menandakan pesan masuk.

Sasha melihatnya dan ternyata itu pesan dari Pras, ada 87 pesan baru yang Sasha tidak buka di room chat nya dengan Pras. Dan malam ini dengan terpaksa Sasha membukanya.

Pras
Online

Sha, please turun sebentar, saya mau bicara sama kamu, jangan cuekin saya terus, ayok kita bicara baik"

Hanya satu pesan itu yang Sasha baca,yang sebelumnya hanya di abaikan.

Gadis itu menatap Pras, lalu setelahnya ia mengangguk, tanda setuju untuk turun dan bertemu Pras.

Tak dapat di pungkiri, walupun baru 2 hari mereka bertengkar, namun Sasha sangat merindukan lelaki itu, Tetapi ia sangat gengsi untuk mengakuinya duluan.

Dan sekarang saat nya dia memberanikan diri untuk bertemu Pras, dia tidak bisa juga menghindar terus seperti ini kan?. Dia harus menyelesaikan semuanya.

Sasha berdiri dari duduknya dan bergegas turun.

Saat sampai di tangga, terlihat Serina yang juga mau menaiki tangga, membawa gelas berisikan air putih di tangannya.

"Mau kemana Sha?" Tanya Serina begitu berpapasan dengan anaknya.

"Aku mau ketemu Om Pras sebentar, boleh Mah?" Tanya Sasha.

Serina tersenyum lalu setelahnya mengangguk "hati-hati, banyak kucing garong di luar" Ucap serina lalu setelahnya wanita itu masuk ke kamar Nana.

Sasha hanya menggeleng heran, mana ada kucing garong? Sasha baru dengar, kalau kucing belang mungkin iya.

Sasha berjalan keluar, setelah sampai di luar halaman rumah, Sasha menutup gerbang dan menatap Pras yang menunggunya.

"Kita bicara di taman kompleks ya?" Tanya Pras.

Sasha mengangguk, Sedangkan Pras tersenyum melihat respon Sasha, Lelaki itu hendak menggenggam tangan Sasha, namun gadis itu seolah tak melihatnya dan berjalan mendahului Pras.

Pras memaklumi perlakuan Sasha padanya, mungkin gadisnya masih kecewa, Pras sadar akan kesalahannya.

Sekitar 80 meter mereka berjalan. Kini tibalah Pras dan Sasha di taman, mereka berdua duduk di bangku yang terdapat di taman tersebut. Sudah sekitar 1 menit mereka hanya diam-diaman dengan pikiran masing-masing.

"Sha.. sebelumnya saya mau minta maaf sama kamu, kemarin saya gak jemput kamu pulang kuliah" Ucap Pras yang memandang Sasha.

"Iya" hanya itu yang Sasha jawab.

"Soal saya gak jemput kamu itu karena kemarin saya nganter Riana ke rumah sakit liat pacarnya, saya kasian karena dia kehujanan, tapi setelah saya dari rumah sakit, saya langsung ke kampus tapi kamu sudah gak ada" Kelas Pras panjang kali lebar.

Sasha hanya tersenyum, tak di sangka air mata Sasha menetes mendengar penuturan Pras tadi.

"Om tau gak? Aku nunggu Om se jam. kampus aku udah sepi karena emang kemarin hujan lebat, dengan bodohnya aku nunggu Om datang, dan lebih parahnya aku hampir di lecehin Om, untung ada Gavin, kalau gak ada dia mungkin aku gak tau gimana hancurnya aku dan orang tua aku sekarang Om, lain kali kalau gak bisa gak usah ngasih janji" Ucap Sasha.

Gadis itu sangat kecewa dengan Pras, lelaki itu terlambat menjemput nya hanya karena menemani mantannya ke rumah sakit? Yang bahkan jika di pikir itu bukan kewajiban Pras untuk mengantarnya.

Pras yang mendengar ucapan Sasha pun terkejut, dia tak menyangka jika Sasha mengalami kejadian seperti ini hanya karena menunggunya.

"Sha.. maafin saya, saya gak tau kalau sampai ada kejadian seperti ini, saya beneran minta maaf, kalau kamu mau pukul saya atau mau omelin saya lakuin Sha, mungkin itu gak sebanding sama kesalahan saya ke kamu" setelah mengatakan itu Pras hendak memegang tangan Sasha namun di tepis dengan halus oleh Sasha.

"Om masih cinta sama Riana?" Tanya Sasha memandang Pras.

Pras diam, dia tak tahu harus menjawab apa, jujur masih ada rasa ingin melindungi wanita itu. Tetapi jika di tanya cinta atau tidak, Pras tidak cinta sama sekali. Karena perasaannya telah di ambil oleh gadis muda yang berada di hadapannya sekarang.

"Saya cu-"

"Om gak bisa jawab kan? Aku duduk disini bicara berdua sama Om gak ada maksud apapun kecuali selesaiin masalah kita Om" Sasha menghentikan sebentar ucapannya.

"Setelah aku pikir lagi, mungkin emang kita gak jodoh, melihat semua masalah yang kita hadapi, mungkin emang sulit buat kita sama-sama Om, setelah aku pikir lagi, ternyata aku juga belum siap nikah, aku masih mau nikmatin masa muda aku, jadi Om berhak milih wanita mana yang Om mau, aku gak begitu bisa mengimbangi Om, dan mungkin Riana itu wanita yang tepat untuk Om" Sasha mengatakan ini penuh penekanan.

Apakah Sasha sakit hati mengucapkannya? Sudah pasti ia, merelakan orang yang kita sayang untuk orang lain, tapi kata orang titik terbaik mencintai seseorang itu melihat dia bahagia walaupun bersama orang lain.

Sedangkan Pras yang mendengar perkataan Sasha, seperti tersambar petir, kenapa mudah sekali gadis ini berbicara seperti itu? Susah payah Pras mengejarnya selama ini, dan ujungnya jadi seperti ini? Pras tidak mau melepaskan gadis ini begitu saja. Dia terlanjur jatuh terlalu dalam kepada gadis belia ini.

"Maksud kamu apa bilang gini?" Tanya Pras kepada Sasha.

Sasha memejamkan mata, lalu menatap Pras, susah payah Sasha menahan air matanya, namun tetap saja tumpah.

"Ayok akhiri semuanya Om" ucap Sasha lalu menjeda ucapannya dan melepas cincin pertunangannya dengan Pras.

Sasha menarik tangan Pras dan meletakkan cincin tersebut di atas telapak tangan Pras.

"Ayok kita jalani hidup masing-masing kayak dulu" lanjut Sasha.

"Cuma itu yang mau aku bilang, makasih Om udah mau luangin waktu buat bicara sama aku, aku pulang duluan ya Om, Assalamualaikum"

Sasha meninggalkan Pras yang masih terdiam, memandang kepergian Sasha yang semakin menjauh, tidak dipungkiri air mata Pras turun tanpa di minta.

"SHA!, TOLONG DENGERIN SAYA DULU!" Teriak Pras namun, di hiraukan oleh gadis tersebut.

Kenapa jadi seperti ini? Bukan ini yang Pras inginkan, kenapa semuanya terjadi secara tiba-tiba? Pertunangan, pertengkarannya dengan Sasha semuanya tiba-tiba.

*
*
*
TBC

Prasetya (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang