Malam ini cuaca cukup dingin, membuat Sasha harus menghangatkan tubuhnya dengan menggunakan sweater lagi, tak lupa ia juga membuat cokelat panas.
Saat akan berjalan ke ruang tv, entah tangan Sasha yang licin atau apa, tapi yang pasti gelas berisikan cokelat panas tersebut jatuh dan membuat gelasnya pecah.
Baru saja Sasha akan membersihkannya, namun deringan hp menghentikan langkah gadis itu untuk mengambil kain pel dan sapu.
Tertera nomor tidak di kenal di sana, dan entah mengapa jantung Sasha tiba-tiba berdegup kencang, seperti orang ketakutan. Tidak biasanya dia seperti ini.
"Halo" Ucap Sasha saat mengangkat telepon.
"Halo, ini dengan RSUD Sleman Yogyakarta, kami mengabarkan bahwa atas nama Pak Aryo beserta keluarganya mengalami kecelakaan di perbatasan, ponsel yang berada di tkp kami cek dan nomor terakhir yang di hubungi adalah nomor anda, apakah anda keluarga pasien?" Tanya seorang wanita di seberang sana, Sasha menebaknya adalah suster.
Tubuh Sasha menegang, jadi dari tadi perasaannya tidak enak karena ini? Apalagi ini tuhan, Sasha belum siap kehilangan keluarganya.
Sasha menggeleng, menghilangkan semua kemungkinan kemungkinan yang membuat otaknya lama bekerja.
"Okayy, saya kesana sekarang" Jawab Sasha tanpa menunggu lagi sahutan wanita di seberang.
Sasha berlari menyambar kunci motor lalu mengeluarkan motor dari garasi dan tak lupa mengunci rumah serta pagarnya.
Saat tiba di luar, lagi dan lagi Sasha melihat Riana keluar dari rumah Pras, beserta lelaki itu, sempat Sasha bersitatap dengan Pras namun Sasha memutuskan tatapan itu duluan.
Sasha melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Pras yang melihat itu sedikit kaget, ia berniat mengikuti Sasha, ia sangat khawatir dengan gadis itu yang keluar malam dan ngebut seperti itu.
"Na, aku ngejar Sasha dulu ya, maaf aku gak bisa nganter kamu pulang" Ucap Pras dan setelahnya lelaki itu melajukan mobilnya tak kalah cepat dengan motor yang di kendarai Sasha.
Sedangkan Riana? Wanita itu menatap Pras dengan tatapan nanar, sudah jelas bukan jika Pras lebih membutuhkan Sasha daripada dirinya?. Ia membuang napas gusar, apa sih! yang dia pikirkan, harusnya dia tak pernah kembali bertemu Pras dan merepotkan lelaki yang bersatatus mantannya itu.
***
Pras menatap motor Sasha yang melaju sangat cepat bahkan gadis itu sudah beberapa kali menerobos lampu merah dan menyalip kendaran lainnya.
Hampir Pras kehilangan jejak karena mobil nya tidak selincah motor yang di kendarai Sasha, sekarang Pras tahu dimana tujuan gadis itu.
Rumah sakit.
Motor Sasha terparkir di parkiran rumah sakit kota, dan Pras membuntuti Sasha diam-diam, terlihat wajah gadis itu yang sembab serta penampilan yang acak-acakan.
Pras bertanya-tanya dalam benaknya, sebenarnya siapa yang sakit sampai Sasha se khawatir ini? Pras mulai berpikir yang bukan-bukan, jangan bilang Aryo? Naudzubillah, Amit-amit.
Pras menggeleng demi menghilangkan pikiran-pikiran buruknya, namun ternyata dugaannya benar saat Sasha menangis meraung di dekat brankar dan disana terlihat Aryo serta Serina dan Nana yang terbaring.
Pras langsung berlari dan memeluk pundak Sasha, nampak gadis itu yang kaget lalu menjauhkan tubuhnya dari Pras.
"Sha... kenapa gak cerita sama saya?" Tanya Pras.
Sasha menatap Pras dengan mata sembabnya lalu berkata "Buat apa? Ini bukan urusan Om, lebih baik Om pulang dari sini"
Tak di duga ucapan Sasha menyulut emosi dalam diri Pras, namun pria itu menahannya, dia tidak mungkin menyakiti Sasha hanya karena hal sepele.
"Saya tahu kamu marah sama saya, tapi kalau menyangkut keluarga kamu saya tidak bisa diam saja Sha, mereka udah saya anggap keluarga dan dengan entengnya kamu bilang bukan urusan saya? Egois kamu Sha" Ucap Pras dan setelahnya lelaki itu meninggalkan ruangan tersebut.
Tak ada respon yang di berikan Sasha, gadis itu terus menangis dan menatap ketiga orang tersayang nya yang sekarang tengah terbaring lemah begini. Masa bodoh dengan Pras yang marah.
Terlihat Nana yang membuka matanya, dengam luka kepala yang di perban, Sasha tak tega melihatnya.
"K-kak, Kak Sasha" Ucap Nana.
"Iya Dek, Ini Kakak, apanya yang sakit hm?" Tanya Sasha.
Demi apapun baru kali ini Nana mendengar Sasha berucap selembut ini padanya, walaupun Nana tahu jika ucapan Sasha biasanya hanya bercanda. Nana juga tahu kalau Sasha sangat menyayangi dirinya. Nana sedikit tersenyum saat mendengar jawaban Sasha tadi.
"Kak, Papah sama Mamah gak apa-apa kan?" Tanya Nana dengan suara parau nya.
Sasha mengangguk dengan air mata yang terus mengalir, demi apapun ini adalah hal paling menyedihkan dalam hidupnya.
"Kamu istirahat aja Na, kamu gak perlu pikirin apapun" Ucap Sasha.
Nana mengangguk lalu menatap langit-langit kamar rumah sakit, jelas dia ingat kenapa mobil Papah nya bisa kecelakaan. Bahkan teriakan Mamahnya masih terngiang-ngiang di kepalanya.
"Permisi, dengan keluarga Pasien?" Tanya seorang dokter muda, yang Sasha taksir umurnya tak jauh dari dirinya.
"Iya dok, Saya anak dari pasien" Jelas Sasha.
"Jadi begini, dari hasil pemeriksaan medis kami, pihak rumah sakit menyatakan bahwa Pak Aryo beserta istrinya mengalami kelumpuhan, dan Pak Aryo juga mengalami benturan di kepalanya, kami takut jika darah yang membeku mengakibatkan fatal jadi kami meminta persetujuan anda untuk mengoperasi Bapak Aryo, jika kamu setuju, kamu bisa menandatangani surat tanggung jawab pasien" Jelas dokter yang ber name tag Bian tersebut.
Jelas hati Sasha nyeri mendengarnya, biar bagaimana pun Sasha bersyukur karena keluarganya selamat namun dia juga sedih karena Papah Mamah nya kritis.
"Kelumpuhan nya bisa sembuh gak dok? Atau permanen?" Tanya Sasha lagi.
Dokter tersebut tersenyum "tenang aja, lumpuhnya tidak permanen, orang tua kamu bisa sembuh, hanya perlu terapi beberapa saat saja dan melatih otot-ototnya agar kembali lemas"
"Kalau Nana gimana dok?" Tanya Nana
"Kamu gak apa-apa cantik, cuma ada luka goresan di pelipis makanya di perban gitu" Ucap Dokter itu tersenyum ke arah Nana.
Jangan bilang Nana tidak salting, jelas dia salting di bilang cantik, apalagi yang memuji nya ganteng begini.
"Kalau begitu bagaimana? Kamu setuju jika Pak Aryo di operasi?" Tanya dokter itu.
"Iya saya setuju, mana yang perlu di tanda tangani?"
Perawat yang sedari tadi di belakang Dokter Raka memberikan selembar kertas, dan tanpa basa-basi Sasha menanda tangani surat tersebut.
"Kalau begitu saya permisi, operasinya akan kami lakukan jam 2 dini hari, kamu jangan khawatir, orang tua kamu akan baik-baik saja" Setelah mengatakan itu, Raka keluar dari ruangan dan meninggalkan Sasha yang masih terdiam.
Dia akan melakukan apapun untuk kesembuhan keluarga nya, dia tidak mau kehilangan salah satu keluarganya, dia belum siap kehilangan.
*
*
*
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Prasetya (Completed)
RandomCerita dewasa 18+ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!. (SUDAH REVISI) Sasha sungguh muak, muak karena kelakuan Pras. Jika saja lelaki bangkotan itu bukan tetangga sekaligus teman sang papah. Mungkin Sasha sudah menggantung Pras hidup-hidup lalu mengambil g...