Pras dan Sasha melewatkan sarapan paginya akibat pertempuran mereka kemarin. Pras menghajar istrinya itu tanpa ampun hingga jam satu malam. Dan mau tau berapa kali Pras keluar selama itu? Hanya empat kali. Sedangkan Sasha sudah tidak terhitung berapa kali keluar.
Selangkangan Sasha sampai kebas, badannya terasa remuk karena Pras yang terus mengganti gaya bercinta mereka.
Dan tadi jam 11 siang sebenarnya mereka sudah bangun untuk makan. Namun pasutri itu memutuskan untuk kembali tidur hingga jam 3 sore.
"Mas? Kita beneran mau jalan-jalan di pantai kan?" Tanya Sasha yang kini memperhatikan suaminya.
"Iya sayang, kita udah siap gini kok, kamu gak percaya?" Tanya Pras kembali.
"Ya abisnya, kemarin aja katanya mau liat sunset tapi malah gituan sampe aku susah jalan tau!" Sasha bersedekap dada dan mengerucutkan bibirnya ke arah Pras.
"Udah jangan ngambek, ayok" Ajak Pras menggandeng Sasha keluar dari villa.
Mereka berdua berjalan kearah pantai yang ada di dekat villa mereka. Sasha sangat menyukai ombak yang ada di bibir pantai. Entah mengapa rasanya sangat tenang melihat ombak yang meninggalkan bekas di pasir pantai. Membuat sekelilingnya ikut basah seolah air pantai itu ingin mengatakan kepada sekitarnya tentang apa yang ia rasakan. Entah pantai itu tengah merasa bahagia atau sedih. Namun yang pasti kali ini cuaca sedang cerah. Anginnya cukup kencang. Sepertinya lautan tengah berbahagia.
"Gimana sayang? Suka?" Tanya Pras saat mereka sudah duduk di pasir tepian pantai.
"Suka bangettt, makasih ya Mas" Sasha memeluk lengan Pras dan menatap hamparan pantai di depannya.
Pras mencium singkat puncak kepala Sasha "Your welcome sayang, saya lebih makasih sama kamu karena sudah mau menerima segala baik buruknya saya"
"Mas itu udah sempurna kok buat aku. Mas tau gak? Sebenarnya aku udah lama kagum sama Mas, bahkan sebelumnya aku belum pernah kagum sama laki-laki manapun, dan gak tau kenapa waktu itu Mas datang ke rumah memperkenalkan diri sebagai teman kuliah Papah, disitu aku mulai sedikit kagum sama Mas, cara bicara Mas, dan tingkah Mas yang bisa buat aku dag dig dug, tapi gak tau kenapa setelah Mas jadi tetangga aku, Mas tuh berubah jadi jail dan mesum, yang awalnya aku kagum, eh malah dibuat takut sama tingkah Mas" Pras terkekeh saat Sasha sudah menghentikan ucapannya.
Pras juga tidak menyangka bahwa Sasha pernah tertarik padanya saat pandangan pertama.
"Makasih Sayang, makasih udah jadiin saya laki-laki pertama buat kamu, dan maafin saya karena bukan kamu wanita pertama buat saya, tapi saya janji akan jadiin kamu wanita terakhir di hidup saya" Sasha berdehem demi menghilangkan degupan jantungnya.
Wanita itu memilih berdiri dari duduknya dan membersihkan dress pantainya yang terkena pasir.
"Udah ah, Mas makasih muluu, aku mau main air aja" Sasha berlari ke arah bibir pantai, bermain dengan ombak pantai disana.
Pras yang melihatnya langsung mengeluarkan ponselnya dan mengabadikan gerak gerik istrinya dalam ponsel pribadinya itu.
Terlihat senyuman di wajah Pras saat dia berhasil mengambil beberapa foto Sasha yang menurutnya cantik.
"Mas!!!, sini iih, kok malah diem aja!?" Teriak Sasha.
Pras terkekeh dan memasukkan ponsel yang berlogo apel tergigit itu ke dalam saku celananya "i'm coming darling" Teriak Pras menaikkan alisnya.
Sungguh rasanya Sasha ingin melempar wajah Pras menggunakan pasir pantai. Wajah lelaki itu di buat-buat seperti Om-om yang akan mencabuli anak usia dini.
Pras menghampiri Sasha lalu memeluk wanita itu dan menggelitikinya. Sasha yang ingin berontak pun tak jadi karena dirinya asik tertawa.
"Udah ihh Mas" Pras langsung menghentikan gelitikannya dan melepas Sasha dari pelukannya.
Pras berjalan menjauh dari Sasha. Sedangkan Sasha mengerutkan alisnya, apakah suaminya marah? Tidak mungkin karena hal sepele seperti itu Pras marah.
Namun asumsi Sasha buyar saat Pras kembali dengan memegang setangkai bunga yang ia ambil tak jauh dari pantai. Bunga berwarna kuning dengan kelopak kecil.
"Bunganya cantik, kecil-kecil tapi pintar buat alihin perhatian saya ke dia. Kayak kamu" Ucap Pras yang langsung menyelipkan bunga tersebut ke telinga Sasha.
"Duh Sayang, kamu kenapa sih makin cantik? Kasian jantung saya yang tiap hari detaknya gak nentu" Sasha tersipu, namun tak mengurungkan niatnya untuk tetap mencubit pinggang suaminya.
"Gombal"
"Gak gombal sayang, ini itu fakta dan realita, bukan omong kosong, bahkan bukan cuma saya yang beropini kalau kamu itu cantik pake banget" Pras langsung mengeluarkan ponselnya sedangkan Sasha semakin tersipu namun menutupinya dari Pras. Takut jika lelaki itu kepedan.
"Kamu berdiri disini sayang, saya foto" Pras sedikit menjauh dari tempat Sasha dan menyiapkan kamera ponselnya bersiap memotret sang istri.
"Masa aku sendiri sih? Mas juga sini dong" Pras yang melihat Sasha mengerucutkan bibir langsung menghampiri wanita itu dan mencium sekilas bibir istrinya. Seletalahnya Pras merangkul Sasha dan berfoto berdua bersama wanitanya.
Puas bersua foto akhirnya pasutri tersebut berjalan kembali ke tepian panti dan duduk seperti awal tadi.
"Bentar lagi matahari tenggelam, kita pulangnya kalau matahari bener-bener hilang ya Mas?" Tanya Sasha menatap Pras.
"Iya sayang" Jawab Pras yang masih fokus menatap layar ponselnya melihat hasil foto bersama sang istri.
"Mas, aku punya permintaan buat Mas"
"Apa?" Tanya Pras yang kini menyimpan ponselnya ke dalam saku celana.
"Kalau kemarin aku yang ngerubah panggilan aku ke Mas, Sekarang aku mau Mas ganti cara bicara Mas ke aku" Pras menatap Sasha dan menaikkan satu alisnya saat mendengar ucapan wanita itu.
"Cara bicara? Yang mana sayang? Emangnya selama ini kamu gak nyaman sama cara bicara saya?"
"Bukan gituuu, aku cuma mau Mas ubah sebutan 'Saya' pake sebutan 'aku', soalnya tuh ya Mas, aku tuh bukan rekan bisnis Mas, aku tuh istri Mas, masa mas pake kata 'Saya'" Jelas Sasha menatap Pras juga.
Pras tersenyum dan mencium pipi kanan Sasha. Sepertinya love language Pras itu act of service, physical touch, quality time, word of affirmation. Hmm rasanya hampir semua Pras miliki.
"Oke, kalau itu yang kamu minta say- eh aku bakal ubah mulai sekarang" Ucap Pras.
"Hihih makasih ya Mas sayanggg" Sasha cekikikan dan langsung memeluk kembali lengan Pras dan menaruh kepalanya dipundak lelaki ynag berstatus suaminya itu.
Tak henti-henti Pras tersenyum sembari mencium pucuk kepala Sasha. Rasanya Pras menjadi lelaki yang paling bahagia sekarang. Betapa bahagianya dirinya saat cinta yang selama ini ia simpan bertahun-tahun mampu membuahkan hasil.
Sore itu menjadi salah satu sore impian Pras dari dulu. Dan pada akhirnya impiannya terwujudkan untuk menikmati sore itu menatap langit senja bersama wanita yang ia cintai.
Hari itu matahari tenggelam dan deburan pantai menjadi saksi bisu bahwa Pras pernah sebahagia ini dan mengukir kenangannya di tempat ini bersama wanita yang mampu membuat Pras jatuh cinta sedalam ini. Dan Pras bisa di juluki si bulol. BUCIN TOLOL.
*
*
*
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Prasetya (Completed)
RandomCerita dewasa 18+ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!. (SUDAH REVISI) Sasha sungguh muak, muak karena kelakuan Pras. Jika saja lelaki bangkotan itu bukan tetangga sekaligus teman sang papah. Mungkin Sasha sudah menggantung Pras hidup-hidup lalu mengambil g...