25. Gavin dan Sasha

7.1K 331 3
                                    

Terlihat dua sejoli yang kini tengah duduk menatap hamparan lampu kota yang gemerlap. Dua makhluk tuhan itu kini berada di atas bukit sembari memakan jagung bakar dan meminum bajigur.

Dua remaja itu adalah Gavin dan Sasha. Saat tadi selesai sholat maghrib, Gavin menghubungi Sasha dan mengajaknya jalan. Katanya sih mau menikmati malming bersama gadis itu.

"Sha.., gue tau kita berdua bukan anak kecil lagi, dan gue juga tau kalau hubungan kita ini gak wajar kalau cuma di anggap teman" Ucap Gavin yang fokusnya masih menatap hamparan lampu kota dari atas bukit.

Sasha yang awalnya memakan jagung bakar kini terusik dengan ucapan Gavin barusan. Jadilah Sasha menatap Gavin dan menghentikan makannya.

"Maksudnya gimana ya Kak?" Tanya Sasha yang menatap Gavin.

Lelaki berumur 21 tahun itu berbalik menatap Sasha lekat. Ia memandangi wajah cantik Sasha yang di sorot oleh lampu dari salah satu warung penjual jagung bakar di sekitar pondok yang mereka tempati untuk duduk.

Awalnya, Gavin ingin mengajak Sasha ke malioboro namun ia mengurungkan niatnya karena menurutnya lebih tenang jika mereka jalan-jalan di bukit.

"Lo harusnya tau Sha kenapa akhir-akhir ini gue sering deketin lo, dan bahkan gue udah ngenalin lo ke Mamah gue, kayaknya itu semua udah cukup buat bikin lo paham" Jelas Gavin yang masih terus menatap Sasha.

Tak ada yang dapat di katakan oleh Sasha. Tenggorokannya sangat sulit untuk menelan ludahnya sendiri sekarang. Ucapan Gavin seolah berputar-putar di kepalanya.

"G-gue gak paham Kak, maksudnya gimana ya?" Tanya Sasha yang sebenarnya dia tahu maksud ucapan Gavin itu apa.

"Gue suka sama lo Sha, dari mulai awal lo masuk kuliah, disitu gue yang jadi panitia saat lo daftar jadi maba, lebih tepatnya saat masa orientasi" Ucap Gavin menjelaskan.

Tuh kan apa kata Vivi!. Ternyata benar kata Vivi jika Gavin menyukainya, namun Sasha terus saja menyangkal dengan alasan 'Gavin mungkin cuma mau temenan'. Namun semua opini Sasha hancur malam ini juga.

Tak ada yang bisa terlontar dari mulut gadis itu sekarang. Rasanya dia sangat jahat kepada Pras. Saat pria itu tidak ada, dia malah malmingan bersama lelaki lain.

"Dan lo tau gak Sha? Gue seneng banget lo ikut ambil bagian jadi anggota himpunan, dan disitu gue makin sering pantau lo. Kalau lo mau tau kenapa gue berani deketin lo, itu semua karena gue banyak dengar gosip kalau banyak laki-laki seangkatan gue yang incer lo juga" Jelas Gavin lagi yang membuat Sasha makin terdiam.

Gavin menarik telapak tangan Sasha dan menautkan jemari mereka. Gavin menatap manik Sasha yang dimana gadis itu juga menatapnya lekat.

"So.. Will you be mine?" Ucap Gavin dengan serius dan sungguh-sungguh.

Sasha yang sadar apa yang sedang terjadipun reflek menarik tangannya dari genggaman Gavin dan kembali menatap hamparan kota di depan mereka.

Gadis itu menghela napasnya gusar. Dengan begini Sasha bukan hanya menyakiti satu hati lelaki saja, tapi juga ada hati lelaki lain selain Pras yang ia sakiti.

"Sha..?" Ucap Gavin yang membuyarkan lamunan Sasha.

"Sebelumnya maaf Kak kalau gue gak jujur, tapi gue kira lo deketin gue itu cuma mau berteman. Jujur aja Kak gue gak punya pacar untuk saat ini..." Ucap Sasha menjeda kalimatnya.

"Tapi gue udah punya calon suami" Ucap Sasha selanjutnya.

"Ha-ha, lo coba bohongin gue Sha?" Tanya Gavin dengan ketawa yang di paksakan.

Cepat-cepat Sasha menggeleng dan tersenyum ke arah Gavin.

"Gak Kak, gue gak bohong, Kak Gavin udah pernah ketemu kok sama calon suami gue"

Gavin mengeryit dan setelahnya menatap ke arah Sasha penuh tanya. Dia bingung pada gadis di hadapannya, sejak kapan ia mempertemukan Gavin dan calonnya?.

"Kapan? Dimana gue ketemu dia?" Tanya Gavin

"Di rumah, dan di Rumah sakit" Jelas Sasha dengan menampilkan senyumnya.

Kembali Gavin mengeryit. Dirinya semakin bingung, apa katanya tadi? Rumah? Rumah sakit? Sejauh ini Gavin tidak pernah bertemu lelaki yang menurutnya calon Sasha.

Tapi tunggu! Sedetik kemudian Gavin tersadar dan kembali mengingat ingat siapa saja lelaki yang sering berkomunikasi dengan Sasha. Gavin ingat! Itu dia, Lelaki yang Sasha bilang sahabat Aryo-Papahnya Sasha.

Prasetya. Iya lelaki itu Prasetya, gavin ingat sekarang.

"Om Pras? Om om yang tinggal di depan rumah lo? Yang lo bilang sahabat bokap lo itu?" Tanya Gavin penuh selidik.

Sasha mengangguk mantap dan pikirannya kembali menerawang jauh. Dirinya kembali ingat dengan Pras. Ah! Lelaki itu tengah apa ya di kalimantan? Sudah hampir seminggu Pras pergi dan baru 2X lelaki itu menghubunginya. Itupun tidak terlalu lama mereka saling membalas pesan.

"Kenapa gak bilang? Kalau lo bilang dari awal mungkin gue bakal nahan perasaan gue buat gak terlalu jauh berharap ke lo Sha, dan selama ini respon lo seakan mendukung perasaan gue juga" Ucap Gavin sendu.

Jujur saja sudah hampir 2 tahun Gavin menutup perasaannya. Namun di saat dia membukanya kembali hatinya berlabuh ke pelabuhan yang salah.

"Maafin gue Kak, tapi alasan gue gini tuh ya balik di awal lagi, gue kira Kak Gavin cuma mau temenan, dan jujur gue gak menutup akses untuk siapapun temenan sama gue. Gue welcome ke semua orang, dan termasuk Kak Gavin" Jelas Sasha.

Gavin membuang mukanya, ia malu. Malu sekali dengan perasaannya, cintanya selama ini bertepuk sebelah tangan. Dan dengan bodohnya dia mendekati Sasha saat ada calon suami gadis itu di depannya. Gavin merasa bersalah.

"Kak.. Maafin gue kalau memang Kak Gavin merasa gue salah karena kasih lo harapan, tapi emang ini faktanya Kak, gue bukan yang terbaik buat lo. Dan kakak pantes dapat yang lebih baik dari gue, Kakak orang baik, pasti besok jodohnya baik juga" Ucap Sasha menatap Gavin lekat-lekat.

"Gak usah minta maaf Sha, gue paham kok gimana kondisi lo. Lo cuma mau memperluas jaringan pertemanan aja, dan gue yang terlalu baperan, gue maklumin. Jadi lo jangan minta maaf terus, karena gue yang salah juga" Ucap Gavin lesuh.

"Makasih ya Kak, lo baik banget. Gue jadi merasa gak enak"

"Hm.. gue gak sebaik itu kok Sha, tapi biarpun lo udah ada calon suami, kita masih bisa temenan kan?" Tanya Gavin.

Sasha mengangguk dan tersenyum. Jelas saja Sasha tidak melarang dan menutup akses untuk Gavin jika Lelaki itu ingin berteman.

"Makasih ya Sha, dan maaf juga soal perasaan gue. Gue beneran gak tau kalau lo udah punya calon suami"

Kembali lagi Sasha mengangguk mendengar penuturan Gavin kepadanya. Sasha tak masalah tentang itu. Jelas disini malah dia yang tak enak pada Gavin.

"Kalau nikah jangan lupa undang gue ya?" Ucap Gavin dengan tampang minatnya.

Walaupun Gavin sangat kecewa karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Tapi dia juga masih bisa berpikir waras untuk marah dengan Sasha hanya karena cintanya tak terbalas. Sungguh tidak logis rasanya saat lelaki marah kepada perempuan karena cintanya di tolak.

Gavin juga sadar bahwa dia tidak akan terlalu mendekati Sasha lagi karena tak enak dengan Pras. Dan dia merasa malu saat mengingat tingkahnya di rumah sakit kala itu saat dia bermesraan dan memberikan perhatian kepada Sasha saat disana ada Pras berada.

*
*
*
Tbc

Holaa🙌jangan lupa cek profilku yaa!, ada cerita baru yang gak kalah heboh sama cerita Pras dan Sasha.

Prasetya (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang