#36 - Orang Jahat

366 55 7
                                        

Tidak ada satu pun manusia yang ingin menjadi orang jahat. Semua kejahatan di dunia ini terjadi ketika seseorang merasa terdesak atau memiliki dendam. Aku tidak dalam kondisi terdesak apalagi memiliki kebencian yang mendalam. Maka dari itu, aku tidak menginginkan hal buruk terjadi pada siapa pun yang kukenal.

Appa pernah bilang kalau mendoakan sesuatu yang buruk adalah bibit kejahatan. Aku tidak mau menjadi orang jahat yang menempatkan orang lain dalam bahaya. Meski aku pernah marah dan sempat membenci seseorang, aku tidak mau apabila terjadi sesuatu yang buruk padanya akibat doaku.

"Shixun, doa dan perbuatan bisa menjadi bumerang. Jika kau tidak ingin terempas oleh bumerang yang kau lempar sendiri, jaga doa dan perbuatanmu, ya, Nak."

Aku tersenyum mengingat ucapan Appa beberapa tahun lalu ketika kami baru pulang dari gereja. Saat itu, aku bergelayut manja di lengan Appa. Seperti saat ini ketika kami berjalan menyusuri Hyde Park untuk menuju Istana Buckingham. Dua minggu lalu, aku mengantar tamu hotel ke tempat ini. Namun, hari itu aku tidak bisa menikmati bunga-bunga yang bermekaran di taman depan istana.

Banyak tempat indah dan bangunan bersejarah di London, tetapi tidak ada satu pun yang mampu membuatku berseri-seri. Semua tempat terlihat jauh lebih menyenangkan ketika aku berjalan bersama keluargaku. Aku merasa lebih senang saat menikmati waktu bersama Appa dan Jaehyun Hyung. Terlebih lagi, kini aku tidak lagi memusuhi mereka sehingga hidupku jadi lebih berwarna.

Kebencian menutup mata seseorang. Aku pernah merasakannya sendiri. Semenjak meninggalkan rumah dengan kondisi hati diselimuti amarah. Tidak ada satu pun yang terlihat menyenangkan di mataku. Semua tempat menjadi suram. Makanan pun tidak enak. London terasa asing dan membosankan.

Perlahan-lahan, aku mulai bisa menerima keadaan. Aku memahami kenyataan tanpa dipaksakan. Saat itulah kehidupan London yang damai dapat kurasakan. Aku benar-benar menikmati keseharianku di kota ini seolah berada di tanah kelahiran. Kemarahan pada Appa dan Jaehyun Hyung juga tidak seperti dulu lagi meskipun kami masih jarang berkomunikasi. Meski begitu, Paman David bilang bahwa aku sudah memiliki cukup banyak kemajuan dan berharap aku tetap seperti ini. Menjadi si bungsu yang disayang dan menyayangi keluarga.

"Senang sekali, eh?" Appa merangkul bahuku penuh proteksi.

"Tentu saja. Aku bisa ke sini lagi bersama Appa."

Appa tertawa pelan. "Kakakmu akan iri kalau tahu," ujarnya.

"Aku akan meneleponnya nanti dan memamerkan perjalanan kita," cetusku sambil memperhatikan hamparan bunga di halaman depan.

Taman di Istana Buckingham sangat luas. Saat musim panas seperti ini, jumlah wisatawan meningkat. Banyak agen perjalanan wisata memberikan diskon untuk satu kali kunjungan atau juga menawarkan paket keliling London. Biasanya, Appa memasrahkannya kepada pihak hotel atau juga membayar agen turis. Namun, kali ini kami sengaja hanya datang berdua. Pemandu wisata akan kami dapat dari pihak istana sebagai penyelenggara, sebab memang ada aturan bagi para turis untuk selalu berkeliling ditemani pemandu khusus.

Di depan kami, bunga tulip merah dan kuning mempercantik pemandangan. Jika tidak ingat ada bangunan megah berdinding cokelat muda di belakang kami, kupikir sedang menikmati keindahan alam di Belanda. Tiba-tiba aku berpikir kalau perjalanan berikutnya mungkin akan menyenangkan apabila kami pergi ke Negeri Kincir Angin.

"Mau masuk sekarang?"

"Boleh." Aku mengangguk. Sebenarnya, aku tidak pernah suka mengantre. Apalagi antrean panjang untuk melewati cek keamanan. Hanya saja, Istana Buckingham adalah pengecualian. Aku suka berbaris dengan ratusan turis lainnya sambil mengamati para penjaga yang tersebar di beberapa sudut istana. Mereka terlihat lucu dengan pakaian merah dan topi hitam tebal yang menjulang tinggi.

On Me [OSH] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang