#32 - Minum Bersama

283 59 16
                                    

Gara-gara Jongin dan Mingyu, aku jadi harus izin bekerja untuk beberapa hari ke depan. Mereka tidak mau menginap di Sky Park dan lebih memilih untuk tidur di apartemen kecilku saja. Sungguh aneh. Di Sky Park lebih nyaman karena ruangannya sangat luas dan berkelas. Namun, mereka bersikeras bahwa di mana pun kami tinggal, asalkan selalu bertiga, rasanya seperti menginap di hotel bintang lima.

Ruang tamu yang cukup sempit menjadi lebih sempit karena tiga kopor besar yang mereka bawa. Satu milik Jongin, satu milik Mingyu, dan satu lagi milikku. Awalnya mereka hanya meminta tolong agar aku ikut membantu membongkar kopor, tetapi setelah membukanya, aku baru tahu bahwa seluruh isi di dalamnya adalah pemberian Appa.

"Kau boleh menolak uang atau fasilitas apa pun yang diberikan ayahmu, tapi jangan menolak makanan yang sudah ayahmu siapkan," kata Jongin ketika menyadari perubahan ekspresiku. Ia mengambil satu kotak besar kimchi dari dalam kopor. "Paman Ling membuat kimchi dan acar kesukaanmu tengah malam setelah dia menyelesaikan pekerjaannya. Jadi, kau harus menghargainya. Oke?"

Aku tidak menanggapi. Kubongkar lagi keseluruhan isi kopor dan mendapati beberapa makanan kesukaanku yang memang dimasak sendiri oleh Appa. Aku bisa saja menuduh dengan dalih makanan itu dibeli di restoran, tetapi penciuman dan hatiku tidak bisa meyangkal bahwa aku merindukan masakan Appa.

"Andai aku punya ayah seperti Paman Ling," ujar Mingyu dengan pandangan sendu. Hubungannya dengan Paman Kim tidak terlalu baik. Ia terlalu nakal untuk dididik menjadi penerus perusahaan. "Aku benar-benar iri padamu, Hun."

"Kau iri pada orang yang salah!" decakku malas. Kutata satu per satu kotak berisi makanan ke lemari penyimpanan. "Aku tidak punya lagi sosok ayah seperti Appa-ku yang dulu," jelasku ketika mereka berdua hanya diam.

"Ya!" tegur Jongin. Lagi-lagi tatapannya terlalu tajam untuk sebutan teman. Dia selalu bersikap seperti Jaehyun Hyung karena merasa bertanggungjawab padaku sebagai kakak. "Hanya karena kau punya adik, bukan berarti kau kehilangan ayah!"

"Apa bedanya?" cibirku.

"Ini juga bukan keinginan ayahmu." Mingyu menatapku jarak jauh. "Aku percaya kalau Paman Ling juga tidak ingin berada di situasi ini."

"Lalu kalian menyuruhku bagaimana? Pulang dan menerima semuanya? Setelah mereka memperlakukanku layaknya orang asing?" keluhku. Ini tidak adil. Mengapa semua orang berpikir bahwa akulah yang jahat hanya karena memilih pergi dari rumah?

"Tidak." Jongin menggeleng. "Jika kau ingin pergi, silakan pergi yang jauh. Hanya saja ...." Tatapannya berubah lembut. "Jangan menolak kasih sayang ayahmu. Kau harus ingat bahwa Paman Ling menyayangimu lebih dari siapa pun."

Aku tahu itu. Masih teringat jelas bagaimana Appa mematahkan prinsipnya terhadap Choi Jiwoo hanya agar aku senang. Appa selalu mengingkari sumpahnya demi aku dan Jaehyun Hyung. Alasan aku tidak menyuruh Choi Jiwoo menggugurkan kandungan karena aku tidak ingin menjadi orang jahat. Jika memang anak itu lahir, aku tidak akan menghalanginya. Aku hanya tidak ingin hidup bersama anak itu.

Sama seperti aku tidak ingin menjadi penjahat dalam hidup siapa pun, aku juga tidak ingin Appa berbuat jahat dengan mengorbankan anak ketiganya. Appa tidak pernah membeli hukum, tetapi karena ingin melindungi Jaehyun Hyung, Appa terpaksa mendatangi orang-orang penegak hukum untuk menghapus masalah itu.

Appa memang tidak memohon pada mereka sampai membungkuk-bungkuk. Namun, menggunakan uang untuk meniadakan sebuah kasus besar justru lebih tak bermoral daripada kesalahan itu sendiri. Maka dari itu, aku memberi mereka kesempatan memilih jalan yang tidak akan membuat siapa pun jadi orang jahat.

***

Ada banyak restoran bintang tiga Michelin di London, tetapi kedua sahabatku ini tetap tidak mau beranjak dari gedung. Alih-alih memesan ruang VIP di sebuah restoran, mereka justru memesan layanan barbeque di atap gedung. Jongin dan Mingyu sibuk menata makanan ketika aku menerima panggilan dari Jeha Hyung yang bilang akan pergi keluar sebentar.

On Me [OSH] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang